• 14 December 2024

Menyelesaikan Rehabilitasi Irigasi Gumbasa

Sudah dilakukan pengukuran, insya Allah dalam jangka waktu 2 tahun, jaringan Irigasi Gumbasa lintas kabupaten kota akan selesai tahun 2022.”

SIGI - Para petani di sebagian wilayah Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, kembali mendapat angin segar.

Pasalnya, dalam waktu dekat perbaikan Irigasi Gumbasa akan dilanjutkan.

Rencananya, perbaikan bendung yang menjadi harapan utama para petani itu akan dilaksanakan pada Februari 2021.

"Sudah dilakukan pengukuran, insya Allah dalam jangka waktu 2 tahun, jaringan Irigasi Gumbasa lintas kabupaten kota akan selesai tahun 2022," ungkap Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Gumbasa, Ngaripin di Kantor Pengamat Irigasi Gumbasa-Irigasi Lintas Kabupaten/Kota di Kabupaten Sigi, belum lama ini.

Baca juga: Mengejar Rehabilitasi Irigasi Gumbasa

Saat ini, pihak UPTD masih melakukan proses tender untuk proyek tersebut dengan melibatkan dua jasa kontraktor dari Jepang dan Amerika Serikat.

Rehabilitasi tahap dua yang menggunakan anggaran dari Asian Development Bank (ADB) tersebut, ditargetkan dapat memperbaiki Jaringan Irigasi Gumbasa untuk 7.000 lahan pertanian yang hingga saat ini masih mengalami kekeringan, baik itu saluran primer, sekunder, maupun tersier.

"Dari total keseluruhan Jaringan Irigasi Gumbasa, sepanjang 8.150 hektar potensial, sementara luasan fungsional sekitar 7.000 hektar, yang terdampak likuifaksi di empat titik, likuifaksi di Sibalaya, Sidondo, Jono oge dan Petobo," sebutnya.

Meski belum mengetahui berapa besaran anggaran yang akan dikucurkan untuk rehabilitasi tahap dua ini, namun Ngaripin memastikan dananya cukup besar.

Pasalnya, secara keseluruhan, kerusakan Irigasi Gumbasa mencapai 90%.

Kerusakan tersebut tersebar di 28 desa, empat kecamatan satu kota.

Mulai dari Kecamatan Gumbasa, Tanambulava, Dolo, Sigi Biromaru, dan Kota Palu.

Selain itu, kerusakan Irigasi Gumbasa, sangat berdampak besar terhadap petani di wilayah perlintasan jaringan irigasi.

Berdasarkan data, jumlah petani yang menggunakan Irigasi Gumbasa sebanyak 55.000 jiwa, itulah sebabnya jaringan Irigasi Gumbasa menjadi sentral pergerakan ekonomi masyarakat.

"Bendung Gumbasa, merupakan yang terbesar di Sulawesi Tengah, itu panjang saluran, premiernya saja 46,16 kilometer ditambah 53,59 kilometer, jadi totalnya hampir 99 kilometer," jelas Ngaripin.

Meski begitu, ia bersyukur bisa meringankan beban petani melalui rehabilitasi tahap satu yang menjangkau 1.079 hektar lahan pertanian yang menyebar di beberapa desa antara lain Desa Pandere, Kalawara, Lambara, sebagian Sibalaya Selatan, dan Sibalaya Selatan.

Baca juga: Irigasi Gumbasa Kembali Berfungsi

Pada masa penantian petani, hingga saat ini UPTD Pengairan terus berkoordinasi dengan beberapa Non-Governmental Organization (NGO), yang memiliki program pemenuhan air di wilayah terdampak sambil menunggu program rehabilitasi tahap dua dilanjutkan.

"Upaya ini terus kami lakukan agar masyarakat ini bisa membangkitkan perekonomian mereka lagi, seperti bantuan dari Wahana Visi Indonesia, mulai dari bibit sampai sumur dangkal. Bahkan dari ACT (Aksi Cepat Tanggap) dan ADRA (Adventist Development and Relief Agency International) juga,” tuturnya.

Dalam prosesnya, pihaknya terus mengawal terkait pembangunan sumur yang dilakukan oleh beberapa NGO, agar pemberi bantuan tidak menempatkan sumur di perlintasan saluran Irigasi Gumbasa.

"Jadi nantinya setelah irigasi sudah jalan, sumur-sumur itu tidak perlu ditutup dan masih terus difungsikan karena tidak mengganggu saluran kita, intinya tidak mubazir," pungkasnya.

Related News