• 16 October 2024

Hadapi Elnino, Pertanian Grobogan Andalkan Irigasi Perpompaan

uploads/news/2023/09/hadapi-elnino-pertanian-grobogan-1131147ff75ba63.jpg

Kemarau panjang terkait perubahan iklim ekstrim atau El Nino membuat sektor pertanian mengalami imbas cukup signifikan. Tentunya sangat mempengaruhi produksi pangan, termasuk di Indonesia sehingga berbagai langkah harus dilakukan, seperti yang dilakukan Kementan di Grobogan, Jawa Tengah.

Dalam mengatasi dampak kekeringan di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah (Jateng), khususnya di Kecamatan Geyer dan Godong, Desa Sobo dan desa Jatilor sekitar 200 ha untuk mendukung Gerakan nasional (Gernas) tanam padi 500.000 hektare (Ha) di 10 provinsi di Indonesia.

Kementan langsung melakukan koordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, petugas UPTD pengairan Kecamatan Geyer dan Godong, Danramil Geyer dan Godong, serta petugas PPL dan petani setempat. 

"Semua pihak terkait memang harus bekerja sama untuk memanfaatkan air secara efisien sehingga dapat mengurangi dampak kekeringan," ujar Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL), Senin (11/09).

Kesepakatan bersama seperti pengaturan waktu pembagian air serta penertiban pompa-pompa air yg langsung mengambil air di saluran, supaya tidak secara bebas menggunakan air. 

"Dengan demikian maka luas lahan sekitar 200 ha dapat terselamatkan sampai panen," tambah Mentan SYL.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Ali Jamil menjelaskan, kegiatan Gernas ini dilakukan di dua lokasi. Yaitu Desa Sobo, Kecamatan Geyer yang dikelola Gapoktan Ngudi Makmur dimana area terdampak 25 Ha dengan luas hamparan 35 Ha. Satunya lagi di Desa Jatilor, Kecamatan Godong yang dikelola Gapoktan Jatilor dimana Area terdampak >25 Ha dengan total hamparan >100 Ha.

"Untuk mengairi lahan sawah ini menggunakan sumber air Daerah Irigasi Sidorejo dari Waduk Kedung Ombo (WKO) dan sumber air sungai lusi," ujar Ali Jamil.

Dijelaskannya, jenis irigasi yang saat ini dikembangkan Kementan adalah irigasi perpompaan dan perpipaan, terutama untuk menghadapi musim kemarau ekstrem.

"Irigasi perpompaan ini juga untuk mengantisipasi kemarau ekstrim nanti. Selain itu juga meningkatkan intensitas pertanaman dan atau luas areal tanam, meningkatkan produktivitas pertanian, pendapatan, dan kesejahteraan petani. Antisipasi lainnya juga sudah dirancang dengan percepatan tanam, infrastruktur air dan pencocokan validasi cuaca dengan menggunakan data BMKG," tutur Ali Jamil.

Selain itu, tujuan dari kegiatan irigasi perpompaan dan perpipaan adalah memanfaatkan potensi sumber air permukaan sebagai suplesi air irigasi bagi komoditas tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan serta budi daya ternak. Luas layanan minimal 20 ha (tanaman pangan), dan 10 ha (hortikultura, perkebunan, dan peternakan).

"Kunci utama dari jenis irigasi perpompaan adalah terdapatnya sumber air. Walaupun posisi air di bawah permukaan lahan pertanian tidak masalah. Itu karena menggunakan pompa untuk pemanfaatannya," terangnya.

Output dari kegiatan ini adalah adalah terlaksananya kegiatan Kegiatan Irigasi Perpompaan dan Perpipaan sehingga tersedia sumber air yang dapat dimanfaatkan oleh petani, baik sebagai suplesi di daerah irigasi maupun sebagai irigasi utama di non-daerah irigasi (tail end).

"Program ini diharapkan dapat menambah luas areal tanam baru dan meningkatkan produksi atau produktivitas," tambahnya.

Related News