“Ini sulit dikembangkan, karena batunya pipih sehingga sulit keluar tunas.”
BULELENG - Adakah Sahabat Tani yang tahu poh bikul?
Ya, poh bikul merupakan salah satu buah khas Provinsi Bali.
Dalam bahasa Bali, poh berarti mangga, dan bikul berarti tikus.
Disebut sebagai mangga tikus atau poh bikul, karena bentuk ujung buah mangga yang mirip seperti moncong tikus.
Baca juga: Mangga, Si Raja Buah Sesungguhnya
Poh bikul sendiri berasal dari Desa Menyali, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng.
Buah lokal ini termasuk tanaman buah langka, karena hanya tumbuh di Desa Menyali.
Pada 2016, tercatat hanya ada 13 pohon buah poh bikul yang rutin menghasilkan buah, yang tumbuh di halaman warga setempat.
Jumlah pohon yang sangat sedikit itu pun menjadikan poh bikul selalu diburu dengan harga yang cukup stabil, yaitu Rp50.000 per kilogram.
Poh bikul sendiri memiliki rasa manis yang cenderung gurih dan berdaging lebih lembut dari mangga jenis lain.
Seperti mangga pada umumnya, musim panen poh bikul juga terjadi setahun sekali.
Sementara, hal yang membuatnya menjadi langka, yaitu poh bikul sulit dibudidayakan.
Berdasarkan keterangan Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kabupaten Buleleng pada 2016, Pemda setempat sudah berulangkali mencoba mengembangkan poh bikul, namun belum berhasil.
Baik dengan menanam biji buah poh bikul, maupun mengambil tunas dari pohon induk.
Menurut Distanak setempat, tanaman ini sulit dikembangbiakkan karena pengaruh faktor kondisi tanah dan cuaca.
Selain itu, biji yang terlalu pipih, juga membuatnya sulit tumbuh tunas.
Kalau pun ada warga yang tunasnya dapat tumbuh, itu pun hanya terjadi beberapa tahun sekali, namun tak lama tumbuhannya mati.
Hal tersebut diamini oleh Cening Bukti (70), salah satu pemilik pohon poh bikul terbanyak di Desa Menyali.
Di halaman rumahnya, terdapat empat pohon poh bikul yang memiliki 13 buah dan terdaftar dalam data Distanak Buleleng.
“Buahnya kecil-kecil seperti tikus. Ini sulit dikembangkan, karena batunya pipih sehingga sulit keluar tunas. Poh bikul saya ini sudah ada dari saya kecil. Kurang lebih sudah lima puluh tahunan pohon-pohon ini ada seingat saya,” tuturnya kepada Jagadtani.id belum lama ini.
Poh bikul miliknya, kerap dibeli untuk menyambut pejabat yang sedang datang ke Bali seperti Megawati Soekarno Putri.
Jika saat panen tiba, Cening Bukti mengatakan, tidak ada satu pun yang membeli poh bikul-nya.
Walau begitu, Cening Bukti tetap menjualnya ke Kota Denpasar, karena harga jualnya yang lebih mahal dan sudah memiliki pelanggan tetap yang pasti membeli poh bikulnya.
“Saya selalu minta dikabarkan kalau Men (Bu) Cening Bukti ke Denpasar. Saya pasti membeli poh bikulnya walaupun cuma beberapa buah. Tidak apa-apa mahal, yang penting dapat merasakan poh bikul. Kadang-kadang memang rebutan sama pelanggan lain. Cepat-cepatan saja,” sebut Ririn, salah satu pelanggan tetap poh bikul milik Cening Bukti di Denpasar.
Baca juga: Daya Tarik Mangga Gedong Gincu
Khawatir hanya dapat tumbuh di Desa Menyali, pada 2016, Bupati Buleleng sempat meminta warga Desa Menyali untuk membudidayakan mangga lokal ini, supaya bisa menjadi ikon bagi Kabupaten Buleleng secara umum dan ikon Desa Menyali secara khusus.
Namun, untuk saat ini poh bikul masih dalam tahap pengembangbiakan di bawah Distanak Buleleng.