• 29 March 2024

Untungnya Budidaya Ayam Arab

uploads/news/2019/10/untungnya-budidaya-ayam-arab-6796023e4d5263c.jpg

Untuk memenuhi gizi dan protein masyarakat, Dinas Pertanian Kota Bogor mengkampanyekan konsumsi ayam arab.

BOGOR - Untuk mengimbangi kebutuhan gizi dan protein masyarakat, Dinas Pertanian (Distani) Kota Bogor terus mengembangkan inovasi yakni membudidayakan ayam arab. Bahkan, dalam membudidayakan ayam arab tersebut, OPD yang menangani bidang pertanian itu berencana membangun kampung tematik ayam arab yang saat ini sudah berhasil dikembangkan beberapa kelompok ternak (poknak).

Kepala Dinas Pertanian Irwan Riyanto mengatakan, ide untuk terus mengembangkan ayam arab itu karena tren dari harga daging yang terus meningkat. Karena itu, untuk memenuhi gizi dan protein masyarakat, menurut Irwan, konsumsi masyarakat harus memiliki berbagai varian semisal ayam dan telur. Apa lagi, kandungan protein dalam telur ayam kampung arab lebih tinggi dibanding ayam kampong biasa karena mengandung asam aminol 100% serta betakarotilnya yang juga lebih tinggi.

"Awalnya pada tahun 2017 kami pilih ayam kampung arab petelur, dan kami sosialisasikan dan beberapa masyarakat kami berikan bibit. Pas harga telur meningkat naik di saat ayam arab sedang musim, sehingga banyak warga yang termotivasi untuk membudidayakan," kata Irwan.

Diakuinya, bagi masyarakat yang tertarik dan ingin budidaya tidak sulit, karena harga pulet (bibit-red) cukup terjangkau, untuk ayam siaga satu atau siap bertelor hanya Rp90-Rp100 ribu per ekor. Ditanya soal sejarah ayam kampung arab, Irwan menuturkan bahwa ayam arab berasal dari ayam kriel yang berasal dari eropa. Suatu saat ketika ayam itu dipelihara warga Arab di Mekah dan betelur, telur itu kemudian dibawa dan dittetaskan di Indonesia oleh salah satu jamaah haji, sejak itu ayam itu memiliki sebutan ayam arab.

"Uniknya penampakan fisik ayam kampung arab berbeda dengan ayam kampung lainnya, karena bagian muka hingga leher syam arab berbulu warna putih kebawahnya baru berbulu warna lurik hitam dan jika dilihat sekilas seperti pakai jilbab," tuturnya.

Masih kata dia, jika dikalkulasikan hitungan bisnis, budidaya ayam arab terbilang cukup menguntungkan, sepanjang masa produktif ayam arab bisa bertelur hingga 250 telor, jika dikalikan dengan harga Rp2.000 perbutir maka sudah Rp500 ribu. Selesai masa produktif lanjut doa, atau masuk usia 1,5 tahun ayam itu baru bisa dijual dengan harga Rp50 ribu untuk dikonsumsi. Keunggulan lainnya, daya seksual ayam arab terbilang cukup tinggi, karena sekitar per 15 menit selalu timbul rasa seksual sehingga ayam ini selalu bertelur tiap hari. Selain itu, ayam ini juga tidak memiliki sifat mengeram, berbeda dengan ayam kampung biasa yang memiliki masa musim bertelur selama 21 hari.

"Pakannya sehari hanya 1 ons untuk dua kali kasih pakan pagi dan sore, bahkan kalau di harga eceran harga telor kisaran Rp2.500 - 3000," jelasnya.

Dalam perawarannya ayam arab lebih mudah karena daya tahan tubuhnya lebih kuat berbeda dengan ayam bronsis yang selama masa bertelur harus mengalami perlakuan ekstra dan asupan obat.

"Cuma minusnya, pertama lingkungan harus tenang jauh dari kebisingan, polusi suara, kedua harus jauh dari binatang lain seperti musang dan sinar matahari tidak berlebihan," katanya.

Saat ini ada beberapa kelompok ternak binaan yang sudah membudidayakan ayam arab, seperti di Kelurahan Sukaresmi yang membudidayakan 50 ekor, lalu di Cipaku terdapat 24 ekor. Rencanany kelompok ternak Assyirah, Cikaret, juga akan membuat Kampung Ayam Arab Tematik karena selama ini ayam arab di sana sudah sering dilombakan dan memiliki juara di tingkat provinsi. (FD)

Related News