Omah Salak setidaknya dapat menghasilkan 30 ton salak per tahunnya.
SLEMAN – Salak merupakan salah satu jenis buah asli Indonesia. Rasanya yang manis dengan sedikit masam membuat buah ini banyak disukai oleh masyarakat. Ada berbagai jenis salak yang ada di dunia dan salah satunya yaitu salak pondoh yang merupakan jenis asli dari Turi, Sleman.
Salah satu tempat yang telah lama mengembangkan salak di daerah Turi, Sleman, Yogyakarta ialah Omah Salak. Omah Salak sendiri diurus oleh 40 kelompok tani salak yang ada di sekitarnya. Perkebunan salak yang dikembangkan oleh Omah Salak tersebar di beberapa daerah di Turi dan dapat menghasilkan setidaknya 30 ton salak per tahunnya.
Omah Salak membagikan sedikit rahasianya untuk mendapatkan jumlah produksi yang fantastis tersebut dalam waktu setahun saja. Pemilik Omah Salak, Surya Agung mengatakan jika dalam membudidayakan buah salak dibutuhkan ketelatenan dalam merawat tanaman yang butuh perhatian tersebut. Setidaknya ada beberapa tahapan yang harus dilakukan sebelum menanam salak.
“Sebelum menanam salak sebaiknya membuat galuran dengan ukuran 2 meter x 1,5 meter. Pada umumnya kan petani (membuat galuran) 2 meter x 2 meter, tetapi ternyata yang paling efektif yang 2 x 1,5 meter” ungkap Surya.
Perawatan salak yang bisa dikatakan cukup rumit ini bisa saja teratasi jika dijalani dengan niat. Surya pun menjelaskan ada beberapa tahapan dalam perawatan budidaya salak ini dan butuh perhatian intensif hingga umur tertentu.
”Pada umur 6 bulan, akan tumbuh anakan yang sebgaian harus dimatikan. Setelah satu tahun berjalan, akan muncul anakan yang baru dan berguna untuk mencangkok. Setelah 1,5 tahun, mulai tumbuh calon bunga yang penyerbukannya nanti dilakukan secara manual oleh para petani. Setelah dua tahun barulah dapat panen buah salaknya” ungkap Surya.
Salak memiliki banyak varietas. Namun Omah Salak hanya memiliki varietas yang sekiranya mempunyai produktivitas yang baik. Setidaknya ada empat jenis varietas yang dikembangkan di sini. Pertama, salak pondoh dengan warna kulit hitam tetapi warna daging putih, rasanya manis. Kedua, salak pondoh super yang memiliki produktivitas yang tinggi. Ketiga, salak gading yang berwarna kuning dan memiliki rasa sedikit masam karena kandungan vitamin C-nya yang cukup tinggi. Terakhir, salak madu dengan rasa manis dan daging yang lembut juga dikembangkan di Omah Salak ini.
Budidaya salak di Omah Salak ini merupakan budidaya turun temurun yang kini pasarnya telah merambah ke dunia Internasional sejak tahun 2002 lalu. Namun sayang, saat bencana Gunung Merapi meletus, sebesar 80% salak miliknya rusak dan Surya harus memulai semuanya dari bawah lagi. Meski memiliki kendala, namun Surya dapat bangkit lagi dan mempertahankan nama Omah Salak sebagai salah satu pensuplai salak di beberapa toserba di Indonesia bahkan mancanegara. (BND)