• 22 November 2024

Nila Srikandi, Ikan Unggulan KKP

uploads/news/2020/10/nila-srikandi-ikan-unggulan-26779b2115f5de9.jpeg

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah mengembangkan nila srikandi yang diklaim lebih unggul dibanding nila lokal.

JAKARTA - Badan Riset Sumber Daya Manusia (BRSDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong peningkatan program riset dan pengembangan strain ikan unggul di masyarakat melalui program ikan unggulan hasil riset pemuliaan Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI).

Saat ini, BRPI tengah melaksanakan melakukan riset dan pengembangan nila srikandi di Kabupaten Subang dan Karawang, Provinsi Jawa Barat; dan Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah.

Kegiatan tersebut diawali dengan menebar benih ikan pada awal Mei 2020, di Kabupaten Karawang.

Baca juga: KKP Lepasliarkan 50 Ekor Penyu

Sebanyak 30.000 ekor benih nila srikandi berukuran 3-5 sentimeter ditebar ke tambak dengan luasan 4.000 meter persegi milik pembudidaya di Desa Ciparage, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang.

Pada September 2020, BRPI kembali melakukan penebaran dengan jumlah dan lokasi yang sama, dengan ukuran benih nila srikandi yang lebih kecil, yaitu 1-2 sentimeter per ekor.

Pada Juli 2020, penebaran lalu dilakukan di Jawa Tengah.

Sebanyak 10.000 ekor benih nila srikandi berukuran 2-3 sentimeter ditebar di tambak seluas 15.000 meter persegi milik Kelompok Pembudidaya Perikanan (Pokdakan) Dian Mandiri di Desa Bangsri, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes.

Pada Oktober 2020, BRPI melakukan penebaran kembali di Kabupaten Subang, tepatnya di Desa Legon Kulon, Kecamatan Pamanukan.

Sebanyak 45.000 ekor benih nila srikandi berukuran 3-5 sentimeter, ditebar pada tambak luasan 11.000 meter persegi milik Kelompok Usaha Perikanan (KUP) Tambak Lestari Legon Kulon.

Setelah 100 hari pemeliharaan, pemanenan ikan nila srikandi dilaksanakan di Desa Ciparage, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang, Jawa Barat pada Agustus 2020, di tambak bersalinitas 12-20 ppt.

Biomassa panen sebesar 1.722 kilogram, dengan bobot ikan nila berkisar antara 74-173 gram per ekornya, konversi pakan mencapai 1,89 dan tingkat sintasan 93,51%.

Sedangkan ikan nila srikandi yang dikembangkan di Desa Bangsri dipanen pada 3 Oktober 2020, setelah 71 hari dipelihara di tambak.

Kecepatan waktu pemanenan dikarenakan salinitas air tambak mencapai 48 ppt, dan merupakan kondisi yang tidak ideal untuk pertumbuhan ikan nila srikandi.

Ikan yang dipanen sebanyak 9.500 ekor (sintasan=95%), nilai biomassa 215 kilogram dengan rata-rata bobot ikan 60 gram per ekor dan konversi pakan 0,23.

Sementara itu, untuk Kabupaten Karawang dan Subang, rencana pemanenan ikan nila srikandi akan dilaksanakan pada Desember 2020.

Menurut Kepala BRSDM, Sjarief Widjaja, kegiatan tersebut sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo kepada Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo, untuk meningkatkan produksi perikanan budidaya, terlebih di saat pandemi.

Jadi di masa pandemi ini kami dapat tugas dari Presiden. Untuk sektor pertanian, membuat sawah dan kebun yang seluas-luasnya. Untuk sektor perikanan, membuat budidaya perikanan seluas-luasnya juga. Kalau perlu, ada tanah di belakang rumah 200 meter dibuat juga untuk budidaya perikanan,” ujar Sjarief.

Ia kemudian memaparkan, data penduduk Indonesia sekitar 260 juta orang, dengan tingkat konsumsi ikan mencapai 51 kilogram per orang per tahun.

Sehingga, diperlukan 13 juta ton ikan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri per tahunnya.

Dengan demikian, menurutnya, sektor perikanan memiliki potensi dan peluang yang sangat besar untuk dikelola, salah satunya melalui budidaya perikanan.

Untuk kawasan pesisir, budidaya tambak payau merupakan mata pencaharian yang sangat penting.

Salah satu komoditas yang dikembangkan yaitu ikan nila, namun terdapat kendala terkait pertumbuhan yang kurang baik, serta kematian pada saat salinitas tinggi.

Nila srikandi merupakan strain ikan nila unggul hasil riset pemuliaan di BRPI yang diperoleh dari hibridisasi antara nila nirwana dan nila biru.

Dengan peningkatan performa pertumbuhan dan ketahanan terhadap salinitas, diharapkan menjadi solusi atas permasalahan tersebut.

Ikan nila srikandi sendiri telah dilepas ke masyarakat berdasarkan Keputusan Menteri Nomor KEP.09/MEN/2012.

Keunggulan spesifik dari ikan nila srikandi, yaitu toleran terhadap salinitas tinggi, sehingga mampu dibudiayakan pada tambak bersalinitas 20 sampai 30 ppt, dengan kelangsungan hidup mencapai 80%.

Pertumbuhan ikan nila srikandi lebih cepat dibandingkan ikan nila lainnya.

Dengan kandungan protein lebih tinggi, sebesar 17,06%, lebih tinggi dibandingkan ikan nila lokal.

Hasil organoleptik juga menunjukkan rasa yang lebih enak, sehingga disukai konsumen.

Kandungan asam lemak omega 3 dan 6 yang terdapat dalam daging ikan tersebut juga diklaim tinggi.

Baca juga: KKP Kembangkan Teknologi Pembenihan Rajungan

Kemampuan toleransi terhadap salinitas dan pertumbuhan yang baik pada ikan nila srikandi ini, berpotensi untuk dapat dibudidayakan bersama dengan udang vaname, baik secara polikultur maupun rotary croping.

Kemampuan tumbuh yang lebih cepat juga diiringi dengan konversi pakan yang lebih rendah, yaitu berkisar antara 0,7-1,1, sehingga relatif efisien dalam penggunaan pakan.

Melalui kegiatan riset dan pengembangan nila srikandi di Jawa Barat dan Jawa Tengah, dan daerah lainnya nantinya, diharapkan dapat mempercepat capaian-capaian program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat khususnya di bidang perikanan, sekaligus meningkatkan kemakmuran masyarakat desa,” tutur Kepala BRPI, Joni Haryadi.

Related News