Porang yang Diminati Jawa Barat
“Porang saat ini menjadi komoditas yang menjanjikan. Tidak hanya berpeluang menjadi komoditas ekspor, porang juga memiliki nilai jual tinggi.”
JAKARTA - Ubi porang (Amorphophallus oncophyllus) kini sedang naik daun.
Pasalnya, tanaman yang memiliki banyak nama di berbagai daerah ini mengandung karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, dan serat pangan.
Di beberapa daerah, porang dikenal dengan nama iles-iles, iles kuning, hingga acung atau acoan.
Baca juga: Tanaman Porang Pencetak Miliarder
Manfaatnya pun beragam, mulai digunakan untuk bahan baku tepung, kosmetik, penjernih air, hingga bahan pembuatan lem dan “jelly”.
Karena manfaatnya tersebut, porang pun banyak diekspor ke Jepang, Cina, Vietnam, hingga Australia.
Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat, ekspor porang periode Januari hingga 28 Juli 2020 sebesar 14.568 ton dengan nilai ekspor Rp801,24 miliar.
Sebelumnya, ekspor porang selama 2019 sebanyak 11.720 ton atau senilai Rp644 miliar.
Melihat peluang tersebut, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Setiawan Wangsaatmaja menyebut, Pemprov Jabar ingin mendorong budidaya porang untuk memperkuat sektor pertanian di tengah pandemi COVID.
“Porang saat ini menjadi komoditas yang menjanjikan. Tidak hanya berpeluang menjadi komoditas ekspor, porang juga memiliki nilai jual tinggi. Dulu porang ini dianggap makanan ular, tetapi sekarang sudah tidak. Bahkan, sudah banyak kisah sukses petani porang,” ujarnya seperti melansir ANTARA, Rabu (14/10).
Setiawan mengatakan, kondisi itu menjadi peluang bagi Jabar untuk mengembangkan porang.
Apalagi, masih banyak lahan subur di Jabar yang dapat dimanfaatkan untuk menanam porang.
“Kalau kita lihat skala budidaya porang, masih sifatnya individu, bukan usaha besar-besaran. Maka, kita harus bergerak lebih,” sebut Setiawan.
“Kalau lihat khasiatnya, ini sangat banyak dan mungkin lebih dari ini. Kesempatan emas manfaatkan dengan baik. Harapannya (budidaya porang) bisa menyerap tenaga kerja,” tambahnya.
Baca juga: Membudidayakan Tanaman Viral, Porang
Menurutnya, pertanian menjadi salah satu sektor yang mampu bertahan di tengah pandemi COVID-19.
Apa lagi, ketika semua sektor terpukul oleh pandemi, pertanian justru mengalami pertumbuhan.
“Salah satu sektor yang positif (pertumbuhannya) adalah usaha di sektor pertanian. Situasi ini harus cepat kita tangkap,” ujarnya.