Kisah Lulusan UGM menjadi Petani
“Tujuh bulan lalu aku lulus dari Fisipol UGM. Januari lalu akhirnya aku pulang kampung, dan bulan Maret aku mulai ambil cangkul dan pergi ke kebun.”
JAKARTA - Michael Raffy Sujono atau yang sering disapa Dipa (22), tak menyangka jika ia yang lulusan Jurusan Hubungan Internasional (HI) dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada (UGM), akhirnya lebih tertarik untuk bertani.
Semuanya berawal ketika dirinya bertemu komunitas Sekti Muda, yang mewadahi masyarakat untuk belajar pertanian alami.
Baca juga: Waspada Dampak dari La Nina
Ia lalu memutuskan untuk menulis thread di akun Twitter miliknya, @tanikelana.
“Tujuh bulan lalu aku lulus dari Fisipol UGM. Januari lalu akhirnya aku pulang kampung, dan bulan Maret aku mulai ambil cangkul dan pergi ke kebun. Sedikit cerita tentang memilih jalan seorang petani,” tulisnya.
Dipa pun beralasan kepada Jagadtani.id jika ia membuat thread tersebut, agar memotivasi anak muda lainnya, jika menjadi petani merupakan hal yang menyenangkan.
“Cerita tentang memilih jalan seorang petani! Dulu waktu kuliah, aku ketemu komunitas sekolah tani muda, wadah belajar bersama tentang pertanian alami. Ternyata banyak anak muda yang tertarik dunia pertanian,” tulisnya.
Di komunitas itu, dirinya mulai belajar mengenai cara bertanam, membuat pupuk, dan pestisida nabati, langsung dari para petani.
Ia mengaku belajar dari Udik, salah satu guru yang sering mengajarkan mengenai nutrisi dan cara membuat pupuk cair untuk tanaman.
Selain itu, ia bersama teman-temannya sempat berkunjung ke Daliman, praktisi pertanian alami di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
“Setelah banyak ketemu petani, belajar menanam di kos, jiwa bertani ku yang dipupuk sejak kecil karena main Harvest Moon makin menjadi. Di situ aku makin yakin, cita-citaku adalah jadi seorang petani,” tulis Dipa.
Selain itu, Dipa juga dibimbing oleh Qomarun Najmi dalam dunia pertanian.
Akhirnya, ia pun meminta pendapat dari keluarganya mengenai keputusannya untuk memilih bertani.
“Aku merasa ini keberuntungan aku terbesar selama hidup. Meski tidak berlimpah harta, tapi aku punya keluarga dan teman-teman yang selalu suportif. Karena ini, aku merasa hidupku selalu gampang,” tambahnya.
Untuk memulai usaha, ia Dipa mengaku sempat meminjam untuk sedikit modal usaha kepada keluarganya, sisanya ia juga menjual buku-buku yang dikumpulkannya saat kuliah.
Baca juga: Di Balik Hari Pangan Sedunia
Dipa sendiri mengaku jika ia telah menanam banyak sayuran seperti kangkung, terong, hingga bayam.
Namun, dirinya juga menyadari, banyak faktor yang sulit diperhitungkan di dunia pertanian, mulai dari fluktuasi harga, iklim, hama, dan penyakit.
“Di situ kamu bakal benar-benar belajar pentingnya sabar dan tekun,” tandasnya.