• 25 November 2024

Berkebun di Bawah Kolong Tol

uploads/news/2020/10/berkebun-di-bawah-kolong-94782a42291586d.jpg

Berkebun biasanya dilakukan di lahan pertanian atau pekarangan rumah. Namun, berkebun juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan lahan di bawah jalan tol.

JAKARTA - Jalan Raya Kalimalang, Kota Jakarta Timur, yang biasanya identik dengan pembangunan Jalan Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) yang gersang dan berdebu, sekarang banyak dihiasi sejumlah tanaman dan pepohonan.

Ide bertanam pohon dan sayur-sayuran di kolong tol berasal dari seorang warga bernama Pungki (53) yang juga tinggal di sekitar Jalan Raya Kalimalang.

Pungki sendiri pernah mengenyam pendidikan Magister Management Universitas gajah Mada (UGM) Yogyakarta.

Baca juga: Berkebun di Langit Jakarta

Dirinya mengaku jengah dengan keadaan lahan di kolong Tol Becakayu yang kerap kali berdebu.

Ia pun merasa tidak nyaman, karena debu tanah kolong tol seringkali mengganggu pengendara yang sedang melintas.

Pungki dan temannya lantas patungan untuk membeli bibit tanaman dan bercocoktanam di kolong tol.

Hal itu pun sudah dijalani Pungki dan kawan-kawannya kurang lebih tiga tahun.

Pertamanya sih (banyak) batu-batuan. Sampai saya pakai linggis, jadi kita bongkar semua tanahnya, langsung kita tanam. Tidak mudah menanam di sini, saya juga lihat di Dinas Pertamanan dan Pemakaman sepertinya mudah, padahal susah juga,” ujarnya.

Pungki menjelaskan, di awal pengolahan lahan, ia menggunakan tanaman ubi jalar dengan harapan cepat menutup tanah yang berdebu.

Setelah itu, dirinya mulai menanam pohon buah seperti mangga, sirsak, durian, alpukat, nangka, hingga pepaya.

Menurutnya, tidak banyak jenis tanaman yang bisa ditanam di tempat itu.

Terus saya tanam juga pohon obat-obatan yang saya dapat dari tetangga. Ada pohon papua, sambung nyawa, itu juga buat kebutuhan mereka. Dari situ, mulai tumbuh dan adem kan? Terus saya berpikir, bagaimana kalau pohon bunga? Dikasih juga bibitnya, tapi susah kalau (tanam) di sini,” tuturnya.

Pungki mengaku, pada awalnya dirinya sempat salah memilih bibit, sehingga tanaman bunga sulit tumbuh.

Kemudian, dia pun berhasil menumbuhkan beberapa jenis tanaman bunga seperti bunga telang dan bunga matahari setelah melakukan dua hingga tiga kali percobaan.

Ternyata menyiramnya harus dua kali sehari lima ember. Terus saya mulai tata tumbuhan lainnya, ada bawang dayak buat kanker, ada turi dua macam yang merah dan yang putih,” sebutnya.

Hasil kebun yang ia tanam, lanjut Pungki, tidak untuk dijual.

Menurutnya, siapa pun yang membutuhkan tanaman tersebut, bisa mengambilnya, dengan catatan, tidak merusak tumbuh kembang pohon.

Terkait perizinan, Pungki menceritakan, dirinya pernah didatangi oleh petugas yang berkecimpung dalam perawatan daerah aliran sungai (DAS) Cisadane-Ciliwung.

Petugas itu pun lalu kemudian menawarkan hak kelola lahan kepadanya.

Namun dirinya menolak dan menawarkan kepada rekannya yang lain.

Baca juga: Terpinggirkannya Tanaman Hias Asli Indonesia

Intinya, ini jangan sampai jadi jual beli lahan, itu yang paling penting. Oke lah sekarang peruntukannya untuk taman. Tapi, kalau taman masyarakat tidak akan ikut (merawat), karena tidak ada manfaatnya buat masyarakat. Seperti ubi ini, sudah ada pelanggannya yang mengambil daun ubi untuk obat hampir setiap hari,” tegasnya.

Ke depannya, ia akan memulai pertanian dengan model akuaponik dengan memanfaatkan sirkulasi air untuk pertumbuhan tanaman.

Related News