“Pesanan terus masuk, bahkan sampai ada yang sudah bayar uang muka dengan cara membayar ketika anjingnya belum lahir.”
DENPASAR - Anjing merupakan binatang yang terkenal karena kesetiaan dan sikap yang bisa menyesuaikan dengan manusia.
Sehingga, julukan ‘sahabat manusia’ pun melekat pada binatang mamalia ini.
Sebagai binatang yang telah mengalami domestikasi dari serigala sejak ribuan tahun lalu, anjing telah melahirkan berbagai ras yang tersebar di seluruh dunia.
Baca juga: Kintamani, dari Desa Menuju Dunia
Sebagian diantaranya menjadi satwa endemik, seperti anjing jindo dari Korea Selatan atau anjing shiba inu dari Jepang.
Indonesia juga memiliki anjing endemik yang berasal dari Bali, yaitu anjing Kintamani.
Anjing ini berasal dari Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.
Awalnya, anjing ini diperkirakan berasal dari hasil persilangan antara anjing geladak dan anjing chow chow yang dibawa saudagar dari Cina pada masa kerajaan Bali kuno.
Kelebihan anjing kintamani ini yaitu kemudahan cara merawatnya, mudah dilatih, tangkas, tidak rentan penyakit, dan sikapnya yang mudah bersahabat dengan manusia.
Secara fisik, anjing kintamani jantan rata-rata memiliki tinggi 51,25 sentimeter dengan berat badan rata-rata 15,09 kilogram.
Sedangkan anjing betina rata-rata memiliki tinggi 44,65 cm dengan berat badan rata-rata 13,24 kilogram.
Namun, penelitian itu dipatahkan oleh hasil penelitian dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana (Unud), Kota Denpasar yang diketuai oleh Prof. Dr. Drh. I Ketut Puja, M.Kes, yang juga merupakan Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Bali.
Hasil penelitian tersebut menyebutkan, DNA anjing kintamani menunjukkan, hewan ini tergolong anjing kuno (ancient dog), yaitu anjing lokal yang telah kehilangan keragaman genetikanya.
”Anjing ini disebut anjing kintamani karena ditemukan di kawasan kintamani, tepatnya di Desa Sukawana yang terletak di kaki Gunung Batur. Secara fenotipe, penampilan anjing-anjing ini mirip, yakni berbulu lebat atau gembrong,”ujar Prof. I Ketut kepada Jagadtani.id belum lama ini.
Pada 20 Februari 2019, anjing kintamani diakui oleh Federasi Kinologi Internasional (Federation Cynologique Internationale/FCI) sebagai anjing ras dunia.
Sejak saat itu, anjing kintamani pun sejajar dengan shiba inu dan sejumlah anjing maskot negara lain.
Spesialnya, hal tersebut merupakan kali pertama anjing lokal diakui dunia sebagai binatang endemik Indonesia.
Sementara oleh Indonesia Kennel Klub (dulunya bernama Persatuan Kinologi Indonesia/Perkin) anjing kintamani diakui sebagai anjing ras dalam negeri dan berhak mendapatkan sertifikat silisilah (stamboom) pada 2006.
Stamboom merupakan akte atau surat keterangan lahir yang dikeluarkan oleh Perkumpulan Kinologi Indonesia (Perkin) untuk anakan anjing yang dilahirkan dari induk dan pejantan yang memiliki jenis trah yang sama dan keduanya pun memiliki stamboom (terdaftar).
Sehabat Tani dapat mengetahui silsilah lengkap seekor anjing dari stambumnya.
Sebagai dukungan terhadap proses pengakuan FCI dan pengembangan anjing kintamani, Prof. I Ketut menjelaskan, Kementerian Pertanain pada 2014 telah menerbitkan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 581/kpts/sr.120/4/2014 tentang Penetapan Rumpun Anjing Kintamani sebagai rumpun anjing lokal Indonesia dan berkembang biak secara turun temurun di Kabupaten Bangli, Provinsi Bali.
Pengakuan dan dukungan pemerintah tersebut pun membuka peluang bisnis bagi peternak anjing kintamani seperti yang dilakukan Nengah Darsana.
Ia mengaku, sejak diresmikan menjadi anjing asli Indonesia, permintaan anjing kintamani untuk dijadikan peliharaan juga meningkat, tentu saja dengan harga jual yang lebih tinggi dari sebelumnya.
“Ras anjing kintamani telah mendapat pengakuan dunia, sehingga penggemarnya semakin bertambah. Pesanan terus masuk, bahkan sampai ada yang sudah bayar uang muka dengan cara membayar ketika anjingnya belum lahir. Saya sendiri sebelumnya tidak menyangka dalam kondisi pandemi COVID-19, justru permintaan anak anjing kintamani meningkat. Saya memelihara 12 ekor indukan dan empat pejantan. Setiap indukannya biasanya melahirkan setiap enam bulan dengan jumlah anak maksimal sebanyak dua hingga tiga ekor,” sebutnya.
Baca juga: Membedakan Hewan Sehat dan Sakit
Sementara untuk harga anakan anjing kintamani, Nengah menyebut, ia telah memiliki nilai standar resmi nasional.
“Sebelum diresmikan, harga anak anjing Kintamani per ekor berumur dua bulan harganya Rp500.000. Kalau sekarang, dilihat dulu kualitas dan stamboom-nya. Standar resmi dikeluarkan dari Perkinnologi nasional, bahkan sekarang kalau anakannya sesuai standar harganya bisa sampai Rp5.000.000 per ekor,” imbuhnya.