“Dari kecil kami bisa dibilang dihidupi dari cengkeh. Biasanya harganya cenderung stabil. Kalau pun ada naik-turun harga, biasanya tidak jauh.”
DENPASAR - Selama ini, cengkeh akrab sebagai bumbu dapur, aroma terapi, hingga hiasan di bagian atas kue nastar.
Tapi, tahukah Sehabat Tani, di sebelah utara Pulau Bali, terdapat desa penghasil cengkeh terbesar di Pulau Seribu Pura?
Ya, desa tersebut bernama Desa Pegayaman.
Baca juga: Senyum Petani Cengkeh Lahat
Berlokasi di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, penduduk desa ini mayoritas bermatapencaharian sebagai petani cengkeh.
Awalnya, Desa Pegayaman merupakan tempat persinggahan para pelaut dari bugis yang membawa cengkeh ratusan tahun lalu.
Dari situlah cengkeh mulai berkembang hingga sekarang.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Buleleng, pada 2018, jumlah produksi cengkeh di Desa Pegayaman mencapai 478,40 kuintal dengan luas lahan 119,00 hektare.
Luasnya lahan pertanian cengkeh yang berada di Desa Pegayaman, membuat para penduduk memilih bekerja sebagai petani cengkeh.
Tidak sedikit yang hanya mengandalkan dari hasil panen cengkeh, yang memiliki musim panen setahun sekali.
Bahkan, jika cuaca atau iklim sedang ekstrem atau curah hujan yang tinggi, sangat memungkinkan musim panen cengkeh menjadi dua tahun sekali.
Salah satu petani cengkeh di Desa Pegayaman, Wayan Zohirudin mengatakan, ia dan keluarganya sangat bergantung dari harga cengkeh saat panen.
“Dari kecil kami bisa dibilang dihidupi dari cengkeh. Biasanya harganya cenderung stabil. Kalau pun ada naik-turun harga, biasanya tidak jauh. Per kilogram-nya rata-rata dihargai Rp90.000-100.000. Tapi pandemi ini sampai Rp60.000 per kilogram. Agak repot untuk kami,” tuturnya kepada Jagadtani.id belum lama ini.
Ia mengaku, jika memiliki kebun cengkeh seluas 3 hektare, yang dikelola oleh keluarganya dan seluruhnya ditanami cengkeh.
Total pohon cengkeh yang ada di kebunnya berjumlah sekitar 750 pohon.
”Dalam sekali panen bisa dapat 7 ton cengkeh. Dalam satu pohonnya itu tergantung ukurannya, jika tinggi bisa menghasilkan cengkeh 200 kilogram, kalau kecil bisa mencapai 100 atau 70 kilogram. Cengkeh biasanya saya jual setelah saya keringkan sekitar empat hari, baru disetor ke pengepul. Nanti pengepul yang kirim ke pabrik rokok kretek atau ke pasar di luar pulau (Bali). Dari cengkeh ini saya bisa sekolahkan anak saya sampai kuliah," tuturnya.
Baca juga: Ironi Wangi Minyak Atsiri
Petani cengkeh lainnya, Farhan (45), menerangkan cara menanam cengkeh sebagaimana yang biasa ia lakukan.
“Pertama, bibit harus sehat, memiliki batang yang kokoh dengan percabangan kuat, daun lebat, tidak terserang hama dan penyakit, permukaan batang, mulus berwarna kecoklatan, dan berbatang tunggal. Paling tidak tingginya 25-30 sentimeter. Jarak tanamnya juga berbeda untuk di dataran tinggi dan dataran rendah. Jarak tanam pada dataran rendah 7x7 meter, 6x8 meter atau 8x8 meter,” jelasnya.
“Kalau di dataran tinggi, jarak tanamnya 10x10 meter atau 8x12 meter. Kalau umur panennya sekitar 4,5-8,5 tahun sejak disemaikan. Panen cengkeh ini ada beberapa tahap. Yang pertama, jika 50-60% jumlah bunga yang ada di pohon telah matang dipetik. Pemetikan ini bisa diulangi lagi setiap 10-14 hari selama 3-4 bulan,” tutupnya.