• 25 November 2024

Filosofi Alam Doktorandus Coffee

uploads/news/2019/10/filosofi-alam-doktorandus-coffee-817293ec981f4ee.jpg

Dengan menunggunakan bahan-bahan alami, Dokterandus Koffee ingin mengenalkan kopi seluruh Indonesia dengan berbagai cita rasa.

JAKARTA - Satu tahun belakangan ini Universitas Budi Luhur baru membuka kafe yang diber nama Doktorandus Koffee. Kafe dengan menggunajan pondasi bambu dan bernuansa rumah Baduy ini memiliki banyak menu kopi yang unik serta mempunyai rasa yang berbeda dari kopi-kopi pada umumnya. Kenapa berbeda? Ini karena mereka menggunakan bahan-bahan alami dari seluruh Indonesia.

Doktorandus Kofee yang terletak di dalam kampus Budi Luhur, menjual berbagai kopi dari seluruh nusantara seperti dari Flores, Padang, Ciamis, Bandung, Sulawesi, hingga Papua. “Kita tidak mengambil kopi dari luar negeri karena di Indonesia sendiri enak-enak kopi nya. Karena sebelum buka caffe ini kita eksplorisasi kopi sekitar 3 tahun, berkeliling buat mengabdi juga sampai pada akhirnya tercetus lah doktorandus. Jadi tujuan kita sebenernya selain untuk bisnis dan jualan jadi lab percobaan juga untuk kita,” ucap Mahfud Rahman, pengelola Dokrandus Coffee.

Sekedar info saja, nama Doktorandus sendiri diambil dari gelar pendiri kampus Budi Luhur yaitu Drs. Djaetun. Sedangkan alasan penamaannya, Mahfud berkilah jika nantinya Doktorandus Coffee akan menjadi tempat pelatihan para calon barista. Mereka akan diajarkan untuk menyangrai, roasting, sekaligus membuat kopi yang berbeda. Selain mendapatkan ilmu, calon barista nantinya juga dapat mengikuti pelatihan untuk mendapatkan sertifikat.

Selain itu, karena berada di lingkungan pendidikan, nuansa Doktorandus pun berubah otomatis menjadi bernuansa ilmiah. Mahfud jika mengungkapkan jika ke depannya Doktorandus akan membuka cabang baru. “Kalau bicara mau buka cabang lagi ya pasti mau, tapi kan kita pelan-pelan dulu kan karena kita mementingkan bahan baku yang berkualitas,” kata Mahfud.

Umur kafe ini bisa dibilang terhitung muda, meski demikian Mahfud mengungkapkan jika saat ini omzet kafe mencapai Rp40 juta per bulan. Meski Dokterandus terus berkembang, namun Mahfud tidak ingin menghilangkan nuansa rumah baduy yang sudah melekat dalam kafe yang setiap memiliki 150 pengunjung yang rata-rata terdiri dari mahasiswa.

Sedangkan untuk menu minuman, Mahfud memberi rekomendasi berbagai minuman yang enak dan lezat di Dokterandus. “Kalau menu rekomendasi kita tuh ada BLUchino, BLUcinnamon, dan BLUcoconut. Jadi kata BLU itu sebenarnya ambil dari Kata Budi Luhur ini sendiri. Cino itu kopi susu gula aren, cinnamon kopi susu kayu manis, dan kopi susu kelapa. Sama ada lagi susu magic, jadi dia susu putih terus dikasih es batu tapi yang beda adalah es batu nya itu terbuat dari kopi ekspresso dan rasanya lebih soft,” terangnya.

Tak hanya bercerita mengenai kopi dan menu minuman, Mahfud juga memberi pendapatnya mengenai anak-anak milenial yang saat ini banyak yang berkecimpung di dunia kopi. “Kalau ngomongin zaman sekarang sih kan banyak banget ya yang buka coffee shop ya mereka antara kepanggil sama ikut-ikutan, tapi kebanyakan sih ikut-ikutan kayaknya,” katanya.

“Nah, makanya yang harus diperkuat itu sebetulnya visi dan misinya dia, kalau kita kan sebenernya landasan kita membuat Doktorandus ini kita membuat usaha yang mana usaha itu bisa membuat manfaat dari semua makhluk ciptaan-Nya. Dalam artian tidak hanya manusia, tapi juga buat hewan dan tumbuh-tumbuhan,” tambahnya.

Selain itu, lanjut Mahfud, kehadiran Dokterandus diharapkan bisa bermanfaat untuk petani, termasuk pegawai, hingga para pengunjungnya. Maka dari itu, dirinya mengklaim jika Dokterandus akan selalu membuat minuman dan makanan yang sehat untuk para pelanggannya. Seperti sirup-sirup yang berasal dari bahan baki alami seperti kayu manis yang diambil dari Flores karena memiliki grade yang bagus.

“Gula aren juga 100% bahannya bagus, karena untuk mencari gula arennya saja kita mesti cari kemana-mana mulai dari Padeglang, Sukabumi, Bandung. Karena gula aren sangat berpengaruh ke kopi dan rasa arennya juga beda-beda. Seperti di daerah Sulawesi yang kecenderungan dia memilki rasa asem. Manis tapi rasa asemnya tinggi, tergantung tanahnya. Banten dan Jampang itu rasanya beda-beda,” katanya

“Kita akhirnya ambil yang di Ciamis. Nah, yang di sana juga beda-beda rasanya. Karena tergantung petani mengolahnya dan treatment-nya kan beda. Sebetulnya di daerah Jawa Barat itu banyak petani gula dan kopi. Di daerah Garut, Bandung, di Bandung dari Ciwidey sampe Puntang banyak bertebaran petani kopi,” tambah Mahfud. (Annisa Bidara)

Related News