“Umat Hindu di Bali sangat menghormati keberadaan tumbuh-tumbuhan dan menjaga keseimbangan antara alam dan manusianya. Kalau pun ada canang (sesajen) di sekitar pohon, itu adalah bentuk syukur kami.”
DENPASAR - Jika bertandang ke Provinsi Bali, Sahabat Tani akan mudah menemukan hal unik dengan filosofis mendalam.
Salah satunya yaitu penggunaan kain kotak-kotak hitam putih pada pepohonan besar yang ada di seantero Pulau Dewata, baik di daerah perkotaan, maupun pedesaan.
Warna hitam dan putih atau poleng dalam kepercayaan umat Hindu di Bali memiliki arti tersendiri.
Baca juga: Asyiknya Ditemani Anjing Kintamani
Salah satu tokoh umat masyarakat di Kota Denpasar, Ida Pandita Mpu Jaya Ashita Santi Yoga mengatakan, kain poleng menyiratkan makna tentang rwa bhineda.
Rwa bhineda menggambarkan hubungan baik dan buruk, utara dan selatan, dan lainnya yang berlawanan.
Hal itu seperti makna yin dan yang pada kepercayaan Cina.
Meski begitu, banyak orang, khususnya wisatawan, yang menganggap umat Hindu di Bali menyembah pohon yang dillitkan kain poleng, namun hal itu diluruskan oleh Ida Pandita.
“Jangan bilang ritual itu berarti umat Hindu menyembah pohon. Ini lebih ke makna ungkapan terima kasih kepada Tuhan, karena telah menciptakan pohon yang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Umat Hindu di Bali sangat menghormati keberadaan tumbuh-tumbuhan dan menjaga keseimbangan antara alam dan manusianya. Kalau pun ada canang (sesajen) di sekitar pohon, itu adalah bentuk syukur kami,” jelasnya kepada JagadTani.id belum lama ini.
Penghormatan tentang pohon terdapat pada ajaran agama Hindu, yaitu ajaran Sad Kertih, terdiri enam konsep yang bermaksud menjaga keharmonisan alam.
Termasuk di dalamnya pepohonan, yang telah memberi unsur kehidupan dan oksigen yang dibutuhkan manusia.
“Orang-orang terdahulu memang mengkaitkan pohon-pohon besar berkain poleng dengan cerita magis dan tenget (angker). Tapi alasan itu disebarluaskan agar tidak sembarang orang menebang atau merusak pohon, sehingga kelestarian alam dapat terpelihara. Jadi, siapa saja mentaati aturan itu. Baik warga asli maupun pendatang,” tuturnya.
Di luar hubungan ajaran agama, pohon berukuran besar seperti beringin, memang memiliki peran signifikan dalam menjaga kelestarian alam.
Karena beringin merupakan salah satu pohon yang dapat menyimpan cadangan air terbesar diantara ribuan jenis pohon lain.
Ditambah lagi, umurnya yang dapat mencapai ratusan tahun, menghasilkan oksigen lebih banyak dibandingkan pohon yang berukuran kecil, mudah tumbuh di kondisi apa pun, tidak perlu perawatan khusus, hingga tahan terhadap gangguan hama.
Fungsi dari pohon beringin juga tidak sedikit.
Daun pohon ini dipercaya dapat mengobati sakit sariawan pada anak-anak.
Baca juga: Menengok Kesakralan Pohon Kamboja
Caranya, yaitu dengan merebus daun beringin yang sudah dicuci bersih unutk dikumurkan.
Manfaat lain dari daun beringin yaitu dapat mengobati influenza, radang saluran nafas (bronkitis), batuk rejan, radang usus, disentri, dan kejang panas pada anak.
“Bisa dibilang, mesaput poleng (melilitkan kain berwarna hitam-putih) pada pepohonan besar adalah cara kami, umat Hindu di Bali, berkontribusi menjaga alam, berterimakasih pada alam, sekaligus melindungi pohon tersebut,” tutup pria yang juga merupakan anggota Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Denpasar ini.