• 25 November 2024

Mengembangkan Industri Sawit dengan Blockchain

uploads/news/2020/10/mengembangkan-industri-sawit-dengan-91351e8e135a0cd.jpg

Pengembangan blockchain based smart contract di industri sawit, dapat menguntungkan para petani. Karena akan tercipta transparansi harga yang diberikan berdasarkan pada kualitas dan kualititas produk yang ditawarkan.

JAKARTA - Dosen dari Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Dr. Taufik Djatna mengatakan, hingga munculnya pandemi COVID-19, pengembangan teknologi blockchain di Indonesia belum menyentuh aplikasi di pertanian khususnya di bisnis minyak kelapa sawit secara luas.

Sementara, teknologi blockchain masih didominasi sektor keuangan dan lembaga perbankan.

Baca juga: Luka di Balik Bisnis CPO

Secara sederhana, blockchain dapat diartikan sebagai sistem database berbasis internet.

Blockchain memiliki karakter data identik yang disimpan di banyak lokasi, bersifat immutable atau tidak bisa diedit dan dihapus, melainkan hanya bisa ditambahkan.

Block yang satu terhubung dengan block sebelum dan sesudahnya secara kriptografik.

Sementara. smart contract sendiri dapat dipahami sebagai perjanjian antara dua pihak dalam bentuk kode komputer.

Smart contract berjalan dalam jaringan blockchain, sehingga tersimpan di database publik dan tidak dapat diubah.

Pengembangan blockchain based smart contract di industri sawit, dapat menguntungkan para petani. Karena akan tercipta transparansi harga yang diberikan berdasarkan pada kualitas dan kualititas produk yang ditawarkan. Sehingga petani dapat memperoleh harga terbaik dari hasil penjualan tandan buah segar (TBS),” tutur pakar yang sudah mempublikasikan lebih dari seratus riset ilmiah itu.

Sementara itu, keuntungan yang didapatkan pihak koperasi atau pedagang berupa informasi yang akurat dan terpercaya dari pihak petani.

Sehingga, meningkatkan kepercayaan untuk membeli TBS dari petani yang datanya dialirkan melalui blockchain
Pabrik kelapa sawit (PKS) sebagai pihak hilir yang menerima produk TBS, dapat melakukan ketertelusuran dengan cepat terkait dengan kualitas sawit yang diperolehnya sehingga dapat mengoptimalkan kualitas crude palm oil (CPO) yang dihasilkannya,” ujar Ketua Departemen Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Alumni, Himpunan Alumni IPB University tersebut.

Menurutnya, melalui aplikasi sistem informasi yang sudah dilengkapi dengan fasilitas blockchain berbasis smart contract, petani dan koperasi atau pun institusi petani lainnya, dapat menggunakan data harga, mutu, dan transaksi dalam rantai pasok dengan benar dan valid.

Data transaksi ini yang menjadi sumber dari identitas digital sawitnya, yang nantinya terhubung dengan dompet elektronik (e-wallet) pada masing-masing petani untuk proses pembayaran yang juga dijalankan atas eksekusi smart contract.

Ia juga menyampaikan, pemanfaatan blockchain di Indonesia masih berskala kecil dan masih terbatas pada produk-produk keuangan yang bersifat spesifik.

Potensi lain dari teknologi blockchain yaitu di lingkungan pemerintahan dan layanan publik, di mana keamanan dan keterbukaan informasi sangat diperlukan.

Di sektor agroindustri, terdapat beberapa inisiasi pemanfaatan teknologi blockchain.

Mulai dari mekanisme pengumpulan data profil petani dan komoditi yang dilakukan dengan menggunakan teknologi blockchain.

Lalu, teknologi ketertelusuran keaslian bahan dalam suatu produk atau komoditi.

Hingga, kehalalan produk sepanjang rantai pasok dan logistiknya dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi blockchain .

Demikian juga di sisi pembeli, dengan adanya data yang mengalir dalam blockchain, pembeli dapat mengetahui bahwa produk yang dibelinya telah mengikuti semua aturan dan standarisasi yang berlaku sehingga harga dan pembayaran produk sawit akan sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang diterimanya,” ungkapnya.

Pakar supply chain risk management dan data mining ini menuturkan, pengembangan blockchain berbasis smart contract di industri sawit juga menjadikan mekanisme pengiriman sawit menjadi lebih transparan, karena telah mengikuti standar yang dibakukan di lingkungan sawit.

Proses dan mekanisme pengiriman sawit yang benar tentunya akan dilakukan dan akan tercatat dalam lingkungan blockchain

Pada masa pendemi seperti saat ini, pemanfaatan infrastruktur sistem informasi yang mengedepankan sifat otomatisasi di lingkungan sistemnya sangat diperlukan. Otomatisasi sistem dapat dituangkan dalam bentuk aturan-aturan baku pada fasilitas smart contract yang terdapat dalam blockchain. Smart contract memiliki kemampuan mengurangi campur tangan manusia dalam melakukan alur proses bisnis dalam lingkungan sistem. Smart contract memiliki kemampuan audit secara otomatis sehingga kontrak dan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh pengguna dapat diselasaikan secara lebih cepat dan efisien,” tuturnya.

Baca juga: Spray Anti-Bau dari Kelapa Sawit

Teknologi blockchain based smart contract di industri sawit di Indonesia juga diharapkan mampu menjadi suatu sistem yang memberikan manfaat besar bagi para pelaku sawit di Indonesia. 

Dengan adanya sistem yang transparan seperti blockchain diharapkan semua pelaku usaha sawit dapat melakukan kegiatan yang jujur, tidak melakukan manipulasi, serta mengikuti standar baku yang disyaratkan. Dengan memasukkan data yang benar dan valid maka akan tercipta suatu tata kelola persawitan yang memberikan transparansi dan kepercayaan yang berujung pada keuntungan semua pihak yang ada di dalam industri sawit,” pungkasnya.

Related News