“Nyamuk menyebabkan lebih banyak penderitaan kepada manusia daripada organisme lain, dan menyerang tidak hanya manusia, tetapi juga hewan.”
Tahukah Sahabat Tani jika setiap 20 Agustus, selalu diperingati sebagai Hari Nyamuk Sedunia?
Guru Besar dari Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. drh. Upik Kesumawati Hadi menjelaskan, Hari Nyamuk Sedunia digagas pada 1897 oleh Dr. Ronald Ross dari Liverpool School of Tropical Medicine.
“Ia adalah dokter militer Inggris yang melakukan penelitian tentang penularan malaria yang banyak menimbulkan kematian pada manusia. Ketika bertugas di Secunderabad, India, Ross berhadapan dengan banyak pasien malaria. Ia melakukan pembedahan nyamuk untuk mendeteksi dan mengidentifikasi penyebab malaria,” terangnya dalam keterangan tertulis IPB University belum lama ini.
Baca juga: Madu Trigona di Kota Bogor
Pada 20 Agustus 1897, Ross menemukan ookista plasmodium falciparum pada bagian dinding lambung nyamuk Anopheles.
Dari penelitian tersebut, Ross pun mendeklarasikan, hanya nyamuk genus Anopheles yang menularkan parasit malaria.
Tanggal tersebut kemudian dideklarasikan sebagai Hari Nyamuk Sedunia.
Penelitian lebih lanjut lalu dilakukan Ross dengan menggunakan inang unggas untuk memastikan seluruh siklus hidup malaria, termasuk keberadaannya di dalam kelenjar ludah nyamuk.
Setelah itu, Ross lalu menyimpulkan, malaria ditularkan dari unggas yang terinfeksi ke unggas yang sehat melalui gigitan nyamuk.
Temuan ini menunjukkan cara yang sama tentang penularan penyakit tersebut ke manusia.
Atas penemuannya, Ross pun mendapatkan Hadiah Nobel untuk Kedokteran pada 1902.
Sementara itu, lanjut Prof Upik, WHO dalam World Malaria Report 2019 memperkirakan ada 228.000.000 kasus malaria terjadi pada 2018.
Sedikit berbeda dengan kasus pada 2017 dengan jumlah 210.000.000 di seluruh dunia.
Jumlah kematian akibat malaria berjumlah 405.000 selama 2018 dan 416.000 di 2017.
Kebanyakan dari mereka merupakan anak-anak di sub-Sahara Afrika dan Asia.
“Ini merupakan laporan kerugian akibat satu penyakit yaitu malaria, belum termasuk kematian akibat penyakit tular nyamuk lainnya. Nyamuk menyebabkan lebih banyak penderitaan kepada manusia daripada organisme lain, dan menyerang tidak hanya manusia, tetapi juga hewan. Atas dasar inilah nyamuk dinyatakan sebagai pembunuh nomor satu di dunia yang perlu diwaspadai,” ujarnya.
Selain malaria, ada berbagai jenis arbovirus yang ditularkan oleh nyamuk.
Seperti, virus dengue, chikungunya, japanese encephalitis dan lain-lain, yang secara endemik ditemukan di Indonesia.
Lalu kapan penularan penyakit-penyakit tersebut dapat terjadi di planet bumi?
Menurut Prof. Upik, hal itu tergantung oleh banyak faktor.
Yang jelas, penularan terjadi ketika manusia memiliki mobilitas tinggi, yang memungkinkan terjadinya kontak yang semakin erat dengan nyamuk.
Misalnya, pada saat melakukan aktivitas perjalanan, perdagangan, dan pariwisata, baik di dalam negeri maupun mancanegara, atau dari daerah non endemis menuju daerah endemis dan lain-lain.
Tahun ini, Indonesia sebenarnya juga ikut memperingati Hari Nyamuk Sedunia.
Namun karena pandemi COVID-19, Indonesia menyelenggarakannya dengan memundurkan dua bulan yaitu pada 22 Oktober 2020 di Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.
Lalu mengapa serangga pengganggu tersebut perlu diperingati?
Yakni untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat, terhadap sisi negatif keberadaan nyamuk di lingkungan sekitar.
“Nyamuk adalah serangga kecil. Mulai dari badannya, sayapnya, kaki-kakinya dan mulutnya yang langsing, yang keberadaannya di sekitar permukiman menjadi pengganggu kenyamanan kita. Selain mengisap darah dan menyebabkan gatal-gatal, nyamuk juga dapat menularkan berbagai macam penyakit baik pada manusia maupun pada hewan,” ujarnya.
Baca juga: Bisnis Menggiurkan Budidaya Jangkrik
“Seperti malaria, demam berdarah dengue, radang otak, filariasis, dirofilariasis, chikungunya, dan zika. Semakin sering bersentuhan dengan nyamuk, maka risiko tertular menjadi tinggi. Oleh karena itu kita harus tetap waspada untuk menjaga anak-anak, keluarga, dan komunitas agar aman dari gigitan nyamuk vektor,” tambahnya.
”Upaya-upaya pengendalian nyamuk juga dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat, seperti kegiatan menguras, menutup, dan mengubur) plus, Gerakan Satu Rumah Satu jumantik, membersihkan selokan dari genangan air, menghilangkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk, menggunakan repelan, kelambu dan anti nyamuk lainnya, tutupnya.