• 22 November 2024

Jatuh Bangun Usaha Jamur Tiram

Menjadi pengusaha seperti ini, saya juga sambil motivasi saudara dan anak-anak Papua lainnya.”

SORONG - Bermodalkan hobi bercocoktanam, Frengki Duwith, bersama sang istri, Widi, menyulap garasi di rumahnya untuk berbisnis jamur tiram.

Selain berbisnis, ia juga membudidayakan jamur tiram.

Hal itu ia lakukan sejak empat tahun silam, secara otodidak dari berbagai sumber salah satunya dari YouTube.

Baca juga: Ketika Jamur Enoki Bermasalah

Kerap gagal beberapa kali tak membuatnya patah semangat, hal itu justru memacu dirinya untuk mengembangkan budidaya jamur.

Dengan modal yang ia dapatkan dari penjualan satu unit mobil miliknya, ia pun memutuskan membudidayakan jamur di atas lahan sekitar 200 meter persegi yang ia sewa dari warga lokal di Kelurahan Malasom, Kecamatan Aimas, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat.

Lulusan Fakultas Kehutanan ini juga mengisahkan, sejak kecil ia memang sudah diajarkan orangtuanya untuk mencari uang sendiri.

Sebelum menjadi petani jamur, ia pernah bekerja sebagai ojek, supir mobil rental, hingga kerja serabutan.

Namun, kini semua itu berubah.

Di lahan yang ia sewa, ia berhasil menanam sebanyak 10.000 baglog dengan panen per hari antara 10-20 kilogram.

Bila sedang panen raya, dirinya bisa memanen 30-35 kilogram per harinya.

Kerja kerasnya tersebut berbuah manis, usaha jamur tiramnya mulai dikenal masyarakat hingga keluar Sorong, seperti di Kabupaten Sorong Selatan, Maybrat, Raja Ampat, Fakfak, hingga ke Biak Numfor, Provinsi Papua

Harga yang ia patok pun terbilang cukup terjangkau yaitu, Rp35.000 per kilogram.

Dengan rata-rata omset per hari Rp500.000 hingga Rp700.000.

Dalam menjalankan usahanya, Frengki juga menemukan kendala.

Menurutnya, kendala terbesarnya yaitu kurangnya pelatihan dan bimbingan dalam pengembangan usaha jamur.

Seperti bimbingan atau pelatihan pembuatan bibit atau spora jamur, yang sampai saat ini masih didatangkan dari Pulau Jawa.

Saat menunggu jamurnya berkembang, ia juga mencoba peruntungan lain dengan menjual telur ayam dan sagu, Dirinya menilai, di mana ada usaha, pasti ada peluang dan pasti ada jalan untuk mencapai kesuksesan.

"Menjadi pengusaha seperti ini, saya juga sambil motivasi saudara dan anak-anak Papua lainnya. Ikut orang dulu, dari bawahan kemudian jadi pemimpin. Soal gaji, sabar dulu, semua berproses nanti gantian kita yang bangga bisa menggaji orang,” ujarnya.

Baca juga: Konsumsi Jamur, Si Sumber Vitamin

Motivasi ini terus saya berikan supaya image bahwa anak Papua itu pemalas, pemabuk, tidak tahu kerja, itu perlahan bisa berkurang dengan bimbingan dari semua pihak, termasuk saya sebagai anak asli Papua," tutupnya.

Dirinya juga berpesan kepada generasi muda, khususnya anak asli Papua, untuk tidak fokus dalam mengejar karir sebagai pegawai negeri sipil (PNS) atau politisi saja.

Karena, menurutnya, lahan di Papua kaya dan dapat berkembang, sehingga dibutuhkan pengusaha-pengusaha muda asli Papua yang pandai membaca peluang.

Related News