• 26 November 2024

Potensi Ubi Ungu saat Pandemi

uploads/news/2020/11/potensi-ubi-ungu-saat-5656664b376e049.jpg

Pengembangan pangan fungsional berupa cookies pasta ubi jalar ungu tidak saja merupakan bentuk diversifikasi pangan lokal, tetapi mampu memodifikasi metabolisme karbohidrat dan lemak dalam tubuh.

JAKARTA - Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Prof. Dr. Sedarnawati Yasni memastikan pandemi COVID-19 tidak akan berlalu dalam waktu cepat dan sudah merusak semua aspek kehidupan.

Salah satunya akan terjadi krisis pangan.

Baca juga: Manisnya Gula Cair dari Singkong

Tindakan proaktif terhadap kemungkinan krisis pangan akibat pandemi, dapat diatasi melalui pemanfaatan jenis-jenis pangan sumber karbohidrat.

Laporan dari Kementerian Pertanian menyatakan Indonesia memiliki 77 jenis sumber karbohidrat yang sudah diketahui.

Hal itu selaras dengan program peningkatan produk pangan lokal untuk mendukung gerakan diversifikasi pangan non-beras dari pemerintah.

Guru besar yang fokus meneliti pengembangan potensi lokal, khususnya tanaman umbi-umbian ini melihat, setiap daerah di Indonesia memiliki potensi lokal yang berbeda yang dapat dikembangkan.

Seperti tanaman umbi-umbian yang dapat digunakan sebagai substitusi beras.

Pemanfaatan dan pengembangan potensi lokal, terutama umbi-umbian, dapat diarahkan pada pengembangan bentuk-bentuk pangan tradisional dengan memberikan sentuhan teknologi.

Penambahan citarasa ekstrak rempah sebagai bentuk diversifikasi produk olahan juga dapat dilakukan.

Cara ini, menurutnya, sekaligus meningkatkan manfaatnya bagi kesehatan tubuh.

Dalam risetnya, Prof. Sedarnawati berfokus pada ubi jalar ungu, karena didorong oleh informasi tentang potensi komponen aktifnya sebagai anti kanker.

Selain itu, ubi jalar merupakan salah satu komoditas unggulan riset dari Kementerian Pertanian. 

Melalui kerja sama riset dengan Balai Besar Pascapanen dan pengadaan ubi jalar ungu oleh Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) di Kota Malang, Provinsi Jawa Timur, Prof. Sedarnawati berhasil mengembangkan produk cookies dari pasta atau puree ubi jalar ungu untuk penderita diabetes.

Inovasi ini pun mendapatkan penghargaan sebagai Inovasi Indonesia Paling Prospektif pada 2012 lalu.

Sedangkan produk biskuit pati lambat cerna ubi jalar ungu untuk penderita diabetes, mendapatkan penghargaan sebagai Inovasi Indonesia Paling Prospektif pada 2016 dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).

Dari dua jenis produk pengembangan berbahan dasar ubi jalar ungu tersebut, diperkenalkan aspek teknologi pengolahan pasta dan teknologi pengolahan pati.

Dilanjutkan dengan teknik fraksinasi komposisi pati berdasarkan kecepatan pencernaannya dan jenis olahan produk cookies dan biskuit sebagai camilan.

Target sasaran produk untuk penderita diabetes diperoleh dari hasil kajian pada tikus yang diinduksi diabetes menggunakan streptozotocin

Dalam risetnya tersebut, terbukti jika produk cookies dari pasta atau puree ubi jalar ungu mampu menurunkan glukosa darah tikus yang signifikan sebesar 70,5%, serta kecenderungan untuk menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah.

Analisis histopatologi jaringan pankreas juga menunjukkan, cookies pasta ubi jalar ungu mampu melindungi dari adanya kerusakan akibat stres oksidatif yang umumnya terjadi pada kondisi hiperglikemia. 

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengembangan pangan fungsional berupa cookies pasta ubi jalar ungu tidak saja merupakan bentuk diversifikasi pangan lokal, tetapi mampu memodifikasi metabolisme karbohidrat dan lemak dalam tubuh. Hal ini penting dalam mencegah risiko penyakit degeneratif,” ujarnya.

Selain cookies dan biskuit ubi jalar ungu, Prof. Sedarnawati juga mengembangkan makaroni non-gluten, flakes non-gluten dari pati ubi jalar ungu dan getuk yang kaya protein rasa kayu manis.

Baca juga: Ubi Jalar, Si Sumber Karbohidrat

Masing-masing jenis produk telah dikembangkan diversifikasi citarasa dengan ekstrak kayu manis dan ekstrak jahe, meski pun lebih disukai citarasa kayu manis.

Mencermati dampak dari pandemi COVID-19 pada aspek ekonomi dengan semakin meningkatnya jumlah pengangguran, maka keempat produk ini dapat dijadikan produk pengembangan industri kecil dan menengah melalui mitra pemerintah, akademisi, swasta, masyarakat, dan media. Sehingga potensi lokal dapat dimanfaatkan optimal, terbuka lapangan pekerjaan baru atau pengembangan usaha ekonomi produktif di bidang pangan untuk mengurangi pengangguran, dan masyarakat petani menjadi lebih sejahtera,” tutupnya.

Related News