• 22 November 2024

Tahan Banting Bisnis Kaktus Hias

uploads/news/2020/11/tahan-banting-bisnis-kaktus-2964132ea9373c3.jpg

Kaktus itu harganya jauh lebih stabil. Walaupun dari luar, harganya tetap stabil, enggak ada kenaikan karena korona atau lainnya.

TANGERANG - Tanaman hias masih menjadi tren saat pandemi COVID-19.

Hal itu terlihat dari sejumlah penjual tanaman hias yang mengalami kenaikan pada penjualannya.

Seperti tanaman kaktus hias, yang kini memiliki banyak peminat.

Baca juga: Merawat Sri Rezeki yang Menawan

Sebelum pandemi, kaktus hias memang sudah meroket penjualannya.

Menurut Tolib, Pemilik Greenthink Kaktus Sukulen, fenomena tersebut karena kemudahan dalam perawatan kaktus yang tidak memerlukan penyiraman setiap hari.

Kaktus pertama kali ditemukan pada abad ke-16 di dalam bab 16 dari buku Historia general y natural de las Indias (1535) yang ditulis Hernandez de Oviedo y Valdez.

Hernandez kala itu mendeskripsikan kaktus sebagai tanaman yang memiliki duri yang khas dan buah yang unik.

Sebagian besar spesies kaktus berasal dari Amerika Utara, Selatan, dan Tengah.

Ia dapat tumbuh di iklim sedang hingga tropis dan juga cocok berada di lingkungan yang curah hujannya di bawah 60mm per bulan.

Karena pada saat itu cahaya matahari akan bersinar sepanjang hari dan udara yang dihasilkan pun panas.

Namun, Sahabat Tani kini tidak perlu lagi jauh-jauh lagi ke Benua Amerika untuk melihat kaktus.

Cukup merawat kaktus hias yang diperjualbelikan di berbagai wilayah di Indonesia, seperti di Greenthink Kaktus Sukulen yang berlokasi di Graha Raya, Kelurahan Sudimara Pinang, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Provinsi Banten.

Di Greenthink Kaktus Sukulen, Sahabat Tani akan menemui berbagai varian kaktus dari lokal hingga impor.

Tolib mengaku, banyak yang membeli kaktus hias miliknya.

Bahkan, hampir setiap hari kaktus miliknya selalu terjual habis dan dirinya selalu mengantungi minimal Rp3.000.000 hingga Rp15.000.000 per harinya.

Harga jenis kaktus hias yang ia budidayakan sendiri pun beragam, mulai Rp10.000 hingga jutaan rupiah.

Tolib mengaku, banyak pelanggan ke tempatnya lantaran harganya yang terjangkau dan memiliki varian yang lengkap.

Kalau yang lokal harganya kisaran Rp10.000 ada yang Rp15.000. Ada yang Rp35.000.000, tergantung jenisnya. Kalau yang dari luar, tergantung jenisnya juga, biasanya paling murah Rp150.000 ada yang Rp200.000,” kata Tolib saat ditemui tim Jagadtani.id, belum lama ini.

Kaktus itu harganya jauh lebih stabil. Walaupun dari luar, harganya tetap stabil, enggak ada kenaikan karena korona atau lainnya,” lanjutnya.

Sejak 2012 ia mengaku telah menekuni bisnis kaktus tersebut dan mendapatkan bibit kaktus dari pusatnya langsung yaitu di Lembang.

Selain membeli bibit, dirinya juga membudidayakan kaktus, hanya saja masa tumbuhnya memakan waktu lama untuk sampai bisa dijual.

Tolib menjelaskan, media tanam yang dibutuhkan untuk membudidayakan kaktus tidak terlalu sulit.

Untuk medianya, komposisinya pakai sekam bakar, pasir malang, dan pupuk kandang. Perbandingannya 1:1, untuk sekam bakar dan pasir malangnya. Untuk pupuk kandangnya cukup setengah saja, agar tidak lembab,” ucapnya.

Varian jenisnya pun beragam, untuk jenis lokalnya kebanyakan jenis sukulen.

Baca juga: Bisnis Anggrek Terkerek Pandemi

Sedangkan untuk kaktus impor, ada yang berasal Italia, Korea Selatan, dan juga Argentina.

Jenis kaktus impor, menurutnya, memang lebih banyak disukai penggemar kaktus, karena termasuk tanaman langka yang jarang ditemukan di tempat lain.

Kalau yang impor ini jenisnya langka. Makanya, harganya pun juga mahal bisa sampai jutaan. Karena langka, jarang ada yang punya, makanya banyak dicari orang-orang,” tutupnya.

Related News