Dita, Sang Penolong Kucing Liar
“Kita sebagai manusia, yang derajatnya paling tinggi di muka bumi ini, seharusnya bisa berlaku secara adil terhadap makhluk hidup lainnya yang ada di dunia. Bukan hanya manusia saja yang punya hak untuk hidup.”
JAKARTA - Stigma buruk acapkali menimpa kucing-kucing liar, baik yang ada di perkotaan hingga ke pedesaan.
Tak jarang, mereka sering mendapat perlakuan kejam, mulai disiram, ditendang, dipukul bahkan dibunuh atau dibakar.
Menyaksikan hal tersebut, Dita, yang tinggal di Jalan Pasir Naga, RT 01/RW 07, Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, memutuskan untuk mengubah rumahnya menjadi tempat penampungan kucing-kucing liar atau shelter.
Baca juga: Demi Menyelamatkan Kucing Terlantar
Dita bersama sang suami merawat kucing-kucing lokal yang terlantar di tempat yang kini bernama Rumah Kucing Parung.
Kebanyakan, kucing yang ia rawat berada dalam kondisi sakit, seperti patah kaki, penyakit kulit, hingga yang terserang penyakit kanker.
Hingga saat ini, ibu dua anak ini berhasil merawat ratusan kucing lokal yang terlantar sejak 2015 silam.
Dita pun bercerita, kepeduliannya tersebut berawal saat dirinya berbelanja ke pasar tradisional.
Di sana, ia menemukan seekor anak kucing yang terlantar.
Ia yang memang menyukai kucing, merasa tak tega melihat anak kucing tersebut.
Dirinya sadar, tak hanya manusia yang berhak untuk hidup di dunia ini, ada makhluk lain yang juga berhak untuk hidup.
Memang tak mudah merawat kucing liar hingga berjumlah ratusan ekor.
Tantangan pun silih berganti mendatangi wanita yang kini berusia 46 tahun tersebut.
Ia kerap mendapat kritikan dari para tetangga di sekitar rumahnya.
“Ada saja tantangannya. Entah tetangga-tetangga yang komplain datang ke rumah. Katanya berisik, mengganggu. Bahkan yang lebih parahnya, ada yang sampai datang marah-marah ke rumah. Katanya, kucing liar dari rumah kami membuat jejak kaki di teras rumahnya. Padahal kucing liar yang saya rawat tidak ada yang keluar rumah,” ungkap Dita kepada tim Jagadtani.id belum lama ini.
Tak sampai di situ, Dita bahkan mengaku pernah ditipu oleh suami istri yang datang ke rumahnya.
Mereka datang untuk membuat video di rumahnya, kemudian menggalang dana dari uang publik untuk dikonsumsi secara pribadi.
“Beberapa orang yang datang ada yang berniat baik, namun ada juga yang sebaliknya. Kita tidak pernah tahu. Waktu itu pun begitu, mengaku Rumah Kucing ini atas nama mereka kemudian menggalang dana dari hasil video tersebut,” kenang Dita.
Meski demikian, hingga saat ini dirinya selalu bersyukur dan tidak pernah kesulitan dalam merawat kucing-kucing liar yang ia tampung.
Ditambah, banyak donatur yang berdonasi untuk Rumah Kucing Parung yang ia kelola, khususnya yang berasal dari para produsen pakan kucing.
Ia mengaku, selalu kedatangan pakan kucing yang di kirim ke rumahnya.
Baca juga: Melihat Prestasi Kucing Kampung RKP
Walau demikian, Dita mengaku dirinya masih prihatin lantaran diskriminasi terhadap kucing liar masih sering terjadi.
Hatinya sering teriris ketika melihat banyak kucing liar yang kesakitan dan terlantar di jalan raya.
“Kita sebagai manusia, yang derajatnya paling tinggi di muka bumi ini, seharusnya bisa berlaku secara adil terhadap makhluk hidup lainnya yang ada di dunia. Bukan hanya manusia saja yang punya hak untuk hidup,” tutupnya.