“Budidaya pare (dipilih) karena dari segi ekonomi lebih condong menguntungkan setelah melihat permintaan pasar di Kota Bogor.”
BOGOR - Kelompok Wanita Tani (KWT) Berkarya bekerja sama dengan Kelompok Tani Dewasa (KTD) Karya Mandiri berhasil membudidayakan pare.
Komoditas pare atau peria ini dipilih untuk memenuhi permintaan pasar.
"Kami sebelumnya budidaya terung dan sekarang pare. Budidaya pare (dipilih) karena dari segi ekonomi lebih condong menguntungkan setelah melihat permintaan pasar di Kota Bogor," kata Ketua KWT Berkarya, Mulyani, kepada Jagadtani.id, Rabu (18/11) kemarin.
Baca juga: Abiu, Sawo Australia Tanpa Musim
Selain melihat pangsa pasar, ujar Mulyani, dengan pergantian jenis tanaman sayuran tersebut, bagus untuk memulihkan kesuburan tanah dan memutus mata rantai hama.
"Jadi ada baiknya dirotasi, diganti dengan sayuran yang lain,” cetusnya.
Budidaya pare ini ditanam di atas lahan seluas 3.600 meter persegi yang berlokasi di Kelurahan Cilendek Barat, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Bulan ini merupakan masa panen buah bercita rasa pahit segar itu sejak ditanam dua bulan lalu.
"Panen pare dapat dilakukan 10 sampai 15 kali dengan interval empat hari sekali. Kemarin panen pertama hasilnya 300 kilogram, kedua 700 kilogram dan hari ini yang ketiga masih proses panen," kata Mulyani.
Ia mengakui, untuk saat ini harga di pasaran sedang turun dan dibeli seharga Rp3.500 dari prediksi awal sekitar Rp5.000-7.000 per kilogram.
Namun, pihaknya tetap bersyukur harganya tidak jatuh sekali seperti mentimun.
Ia juga menjelaskan jika untuk budidaya pare dengan varietas hokian dilakukan dengan cara sistem mulsa.
Penggunaan mulsa dinilai efisien dari segi tenaga dan juga biaya pembersihan, kerena dapat menekan pertumbuhan gulma.
Selain itu, sistem mulsa digunakan untuk menjaga struktur tanah karena dapat mengurangi penguapan pupuk saat kondisi terik matahari.
Agar tanaman tidak mudah stres, media tanam perlu didiamkan selama satu bulan sebelum penebaran biji.
"Jadi, setelah tanah diolah diberikan pupuk sekitar satu bulan, barulah biji ditanam. Biji ditanam dengan jarak 20 sampai 30 sentimeter antar tanaman, dan sekitar satu meter antara mulsa," jelasnya.
Untuk pemupukan sendiri, kata Mulyani, selama masa tanam 60 hari dilakukan sebanyak dua kali.
Baca juga: Budidaya Stevia di Kota Bogor
Pertama, saat usia tanaman dua minggu dan selanjutnya di bulan berikutnya.
Sedangkan penyiraman dapat menyesuaikan dengan kondisi iklim di Kota Bogor.
"Karena sekarang ini intensitas hujan tinggi, jadi (penyiraman) cukup dengan air hujan. Kelebihan dari varietas ini agak kuat terhadap curah hujan yang tinggi," tandasnya.