Mini Combine Harvester dari Bogor
Menggunakan mesin ini di pematang sawah seluas satu hektare dapat selesai dalam waktu 8 jam dan hanya menghabiskan solar sekitar 10 liter.
BOGOR - Menuai padi dengan cara konvensional saat ini tak lagi dilakukan oleh para petani di wilayah Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor. Kelompok Tani Dewasa (KTD) Bangun Tani Hias telah menggunakan mesin potong padi otomatis yang diciptakan sendiri.
Ketua KTD Bangun Tani Hias yang juga inisiator mesin potong padi otomatis, H. Salim Abdullah mengatakan bahwa mesin pemotong padi tersebut mulai dirakit pada tahun ini atau tepatnya sejak mereka menerapkan budidaya padi organik di wilayahnya pada Juni 2019.
Mesin rakitan yang diberi nama Mini Combine Harvester ini merupakan buah hasil kombinasi dari mesin-mesin yang produksi oleh Taiwan, China dan Jepang. Mesin tersebut memiliki fungsi untuk memotong batang padi hingga menjadi gabah.
"Kita design istilahnya dari beberapa mesin, ada yang dari buatan China, Jepang, ada yang buatan Taiwan saya kombinasi jadi ngerakit, saya adopsi yang dari China maupun dari Jepang ataupun dari Taiwan dan jadilah ini. Saya beri nama Mini Combine Harvester," terangnya.
Menurut pria yang akrab disapa H. Aab, cara mengoperasionalkan mesin ini cukup mudah, dapat dioperasikan oleh satu orang dengan menggerakkan beberapa tuas sebagai pengendali dan tuas sebagai persneling untuk maju dan mundur.
Saat mesin memotong padi secara otomatis akan masuk ke dalam ruang perontokan. Setelah itu padi yang terpisah berupa gabah hasil rontokan masuk ke dalam karung, sedangkan batang padi keluar melalui saluran di sebelah mesin.
"Jadi lebih efisien dari waktu dan tenaga. Kalau menggunakan mesin ini di pematang sawah seluas satu hektare selesai 8 jam dan menghabiskan solar 10 liter. Kalau memanen padi secara manual itu bisa dua minggu dengan 8 orang dan dengan mesin ini gabah yang dihasilkan lebih bersih," ungkapnya.
Ia mengatakan ide untuk menciptakan alat tersebut muncul lantaran saat ini masyarakat sebagai tenaga kerja di sektor pertanian sudah berkurang. Oleh karenanya diperlukan adanya sebuah inovasi teknologi di bidang pertanian.
"Status masyarakat sudah mulai berpindah dari budaya agraris ke budaya metropolis, sedangkan masyarakat masih perlu pangan yang berkualitas sehat dan kuantitas kebutuhan tercapai. Kemudian tenaga kerja di lahan pertanian sudah sangat berkurang, kebanyakan sudah lanjut usia. Saya berharap dengan adanya inovasi ini pertanian bisa terus berkembang dan maju," tukasnya. (HAB)