• 15 November 2024

Maggot Kering ala TPS-3R Bogor

TPS 3R ini sekarang sudah memproduksi maggot kering sebagai substitusi ternak, seperti ayam, lele, bawal dan patin.

BOGOR - Tempat pengolahan sampah (TPS) reduce, reuse, and recycle (3R) berbasis Aparatur Sipil Negara (ASN) mulai mengembangkan budidaya maggot dengan memproduksi sebagai pakan ternak. 

Pakan ternak berbahan baku dari larva lalat tentara hitam atau disebut juga black soldier fly (BSF) ini, melalui proses pemanasan atau mesin oven pengering. Karena itulah pakan ini disebut juga maggot kering.

Baca juga: Manfaat Sekam untuk Pestisida 

Kepala Bidang Persampahan pada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor, Dimas Tiko PS mengatakan, budidaya maggot di TPS 3R tak hanya menjadi salah satu solusi penganggaran sampah organik yang dibuang ke tempat pengolahan akhir (TPA) Galuga. 

Di sisi lain, si kecil pendaur ulang alami sampah organik ini, memiliki nilai tambah secara ekonomi.

Maggot dapat dijadikan pakan tambahan ternak, sedangkan kasgotnya bermanfaat untuk pupuk organik tanaman yang kaya unsur hara. 

"TPS 3R ini sekarang sudah memproduksi maggot kering sebagai substitusi ternak, seperti ayam, lele, bawal dan patin," ujar Dimas kepada Jagadtani.id, Rabu (25/11).

Di TPS 3R berbasis ASN di Kelurahan Paledang, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat ini, kata Dimas, produksi maggot kering masih dalam skala kecil.

Dengan kata lain, belum dikomersilkan untuk dipasarkan.

"Jika berbicara dikomersilkan, harga jual maggot kering yang dikemas dalam toples seperti ini dengan berat bersih 150 gram antara Rp25.000 sampai Rp30.000. Tapi untuk ke arah sana, saya uji kandungannya dulu," ujarnya.

Namun, sambungnya, selama ini maggot sering dimanfaatkan untuk pakan tambahan ikan lele yang dibudidayakan di TPS 3R.

Hasilnya, perkembangan pertumbuhan ikan dalam sebulan pun menunjukkan hasil yang luar biasa, dari awal ukuran 5 sentimeter menjadi 10 sentimeter. 

Ia menjelaskan, proses pengeringan maggot membutuhkan waktu selama 45 menit dengan temperatur suhu 40 derajat celcius.

Sebelum dilakukan pengeringan, maggot dicuci terlebih dulu dengan air bersih sebanyak dua kali dan satu kali direndam air panas. 

Dalam proses pengeringan tersebut, sambung mantan pejabat di Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), maggot segar akan terjadi penyusutan berat sekitar 60% menjadi maggot kering.

"Dari 100 persen dihasilkan maggot kering 40%," cetusnya.

Dirinya mengaku, untuk kapasitas produksi maggot kering masih bergantung kepada pengembangan bibitnya.

Sebab, dalam satu kali siklus panen dilakukan pemisahan sebanyak 30% yang akan dijadikan recuva, sedangkan 70% akan dibagi dua, untuk maggot segar dan dikeringkan. 

"Saya punya keinginan maggot kering ini bisa menjadi salah satu produk UMKM bahkan masuk toko modern. Ke depan mungkin nanti bisa dikerjasamakan dengan Dinas Koperasi dan UMKM serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan," ungkapnya.

Baca juga: Untung Manis Menanam Pare 

TPS 3R berbasis ASN yang sudah berjalan enam bulan lalu, terus menggenjot pengolahan sampah organik melalui budidaya maggot.

Berdasarkan catatan hingga per Oktober, mereka telah mampu mereduksi 2 ton sampah organik di Kota Bogor.

"Ada tiga sumber sampah organik yang diolah di sini. Pertama, kami ajak ASN untuk membawa khususnya food waste ke kantor DLH. Kedua dari truk transit sampah, dan sumber lainnya dari satu pelaku usaha restoran yang telah memilah sampah organik sendiri, kami manfaatkan di sini," pungkasnya.

Related News