• 26 November 2024

Cegah Kematian Ikan dengan Vaksin

uploads/news/2020/11/cegah-kematian-ikan-dengan-92317fbfa8caa0a.jpg

Vaksin tersebut mampu meningkatkan kekebalan ikan terhadap infeksi patogen. Selain vaksin untuk penyakit bakterial, vaksin untuk penyakit viral juga telah kami kembangkan.

JAKARTA - Menurut Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) University dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Prof. Dr. Sukenda, setiap tahun selalu terjadi kematian massal ikan yang disebabkan oleh bakteri, virus, cendawan dan parasit.

Hal ini pun menjadi kendala besar dalam budidaya ikan.

Diperkirakan kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh penyakit tersebut mencapai Rp5,2 triliun per tahun.

Baca juga: Ladang Emas di Kolam Ikan

Ditambah, vaksin yang tersedia pada umumnya berasal dari luar negeri yang memiliki risiko tidak sama dengan isolat bakteri atau virus yang ada di Indonesia.

Sehingga, hasilnya tidak sepenuhnya efektif.

Menurut Prof. Sukenda, penggunaan isolat lokal, yang diisolasi dari ikan-ikan sakit pada saat terjadi wabah penyakit, untuk pembuatan sediaan vaksin merupakan solusi yang realistik dan prospektif.

Selain itu, penyebab penyakit dapat dikendalikan karena jenis bakteri atau virus yang digunakan sesuai dengan vaksin yang dibuat.

Tim peneliti vaksin dari Departemen Budidaya Perairan FPIK IPB University telah berhasil mengembangkan vaksin dari isolat lokal. Yaitu vaksin Streptococcus iniae, vaksin Streptococcus agalactiae, vaksin Aeromonas hydrophila, dan vaksin Mycobacterium fortuitum baik dalam sediaan tunggal maupun campuran,” ujarnya dalam keterangan tertulis IPB University belum lama ini.

Vaksin tersebut mampu meningkatkan kekebalan ikan terhadap infeksi patogen. Selain vaksin untuk penyakit bakterial, vaksin untuk penyakit viral juga telah kami kembangkan. Vaksin DNA anti Koi Herpes Virus (KHV) mengandung sisipan gen glikoprotein 25 (GP25) yang berasal dari isolat lokal Koi Harpes Virus. Vaksin DNA anti KHV mampu meningkatkan kekebalan dan memproteksi ikan mas saat terjadi wabah,” tambahnya.

Menurutnya, pengembangan vaksin ikan merupakan tugas yang menantang, diantaranya karena beragamnya jenis penyakit dan spesies ikan budidaya.

Ditambah, dengan tingkat keunikan kerentanan ikan terhadap setiap penyakit yang juga berbeda-beda.

Selain itu, penggunaan vaksin dirasa lebih aman daripada penggunaan antibiotik dalam budidaya perikanan.

Prof. Sukenda menyebut, ke depannya pengembangan vaksin yang berasal dari isolat lokal akan terus dilakukan yang dibarengi dengan pengembangan metode pemberian, evaluasi, dan diseminasi sebagai upaya untuk mendukung industri akuakultur berkelanjutan.

Menurutnya, metode vaksinasi ikan dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu injeksi, perendaman, dan oral.

Pemberian vaksin melalui cara perendaman lebih praktis untuk penerapan pada benih ikan yang masih rentan terhadap serangan penyakit karena sistem kekebalan tubuhnya masih belum sempurna.

Metode infiltrasi hiperosmotik yang kami kembangkan merupakan modifikasi dari metode perendaman untuk mengefektifkan pemberian vaksin. Metode ini dilakukan dengan menggunakan media yang dibuat hipertonik dari tubuh ikan dengan memberikan kejutan salinitas sehingga jumlah vaksin yang diserap lebih banyak. Hasil penelitian menunjukkan vaksinasi ikan nila secara infiltrasi hiperosmotik dengan kejutan salinitas sampai 20 gram per liter selama lima menit mampu meningkatkan proteksi ikan terhadap serangan bakteri S. agalactiae,” paparnya.

Baca juga: Seluk Beluk Usaha Pembibitan Lele

Selain itu, ada juga metode vaksinasi maternal, yaitu transfer imunitas dari induk ke anakan.

Sebelum memijah, induk ikan terlebih dulu divaksin menggunakan vaksin yang tersedia, baik tunggal maupun campuran.

Kemudian, induk ikan akan membentuk imunitas yang ditransfer kepada anakannya ketika memijah.

Hal ini dibuktikan dengan lebih tingginya antibodi dan tingkat kelangsungan hidup relatif anak ikan yang berasal dari induk yang divaksin dibandingkan dengan yang tidak divaksin ketika keduanya diuji tantang dengan bakteri patogen,” pungkasnya.

Related News