• 15 October 2024

Selamatkan Benih Lobster dengan Pembudidayaan

uploads/news/2020/11/selamatkan-benih-lobster-dengan-187638ccd4b4d61.jpg

Sebagai dampaknya, harga lobster juga ikut meningkat dan membuat nelayan terus menerus mengambilnya dari alam.”

Adakah Sahabat Tani yang yang suka lobster?

Ya belakangan ini nama lobster sedang hangat diperbicangkan pasca tertangkapnya Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo, oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Lalu apa yang spesial dari lobster?

Lobster memiliki daging yang gurih, halus, dan lezat serta berprotein tinggi.

Baca juga: Menilik Potensi Lobster Laut Indonesia

Hal itulah yang membuat lobster sangat diminati hampir semua orang.

Karena itu juga yang membuat peminat lobster semakin meningkat. Sebagai dampaknya, harga lobster juga ikut meningkat dan membuat nelayan terus menerus mengambilnya dari alam,” kata Varian Fahmi, peneliti dari Balai Bio Industri Laut, LIPI, dalam keterangan resminya belum lama ini.

Menurut Varian, pembudidayaan lobster perlu ditingkatkan.

Dalam jurnal ilmiah Biosfera vol: 35 (1) Januari 2018, peneliti krustasea dari Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI, Rianta Pratiwi, menulis tentang ‘Keanekaragaman dan Potensi Lobster (Malacostraca: Palinuridae) di Pantai Pameungpeuk, Garut Selatan, Jawa Barat.’

Di jurnal tersebut, ia menyebutkan, Indonesia merupakan penghasil perikanan lobster terbesar hampir di seluruh perairan Indonesia, dari pantai barat Sumatera hingga pantai timur Jayapura.

Lobster (Panulirus spp.) merupakan biota yang termasuk golongan krustasea, yang memiliki makanan sampingan berupa gastropoda dan alga.

Sementara ikan, ecinodermata, dan ascidiacea sebagai makanan tambahan.

Lobster juga merupakan hewan nokturnal yang aktif mencari makan pada malam hari.
Permintaan yang terus meningkat, mengakibatkan nelayan berusaha untuk menangkap lobster sebanyak-banyaknya.

Banyak sekali jenis-jenis udang yang kita kenal di laut, maka tidak berlebihan bila dikatakan lobster merupakan salah satu marga dari crustacea laut yang mempunyai potensi ekonomi penting dan telah dikenal diseluruh dunia,” ujarnya.

Pembesaran lobster

Varian menyebut, lobster yang kian diminati, juga perlu dibudidayakan.

Menurutnya, saat ini LIPI sedang melakukan pembudidayaan lobster, khususnya tahap pembesaran.

Hal ini, lanjutnya, merupakan upaya LIPI dalam menyelamatkan biota laut, dalam hal ini lobster.

Tahapan pembudidayaannya sendiri terdiri dari tiga bagian, yaitu pembenihan, pendederan, dan pembesaran.

Tahap pembenihan, terjadi proses kawin antara lobster jantan dan betina sampai menghasilkan bayi lobster,” terangnya.

Lobster sendiri berkembang biak dengan cara kawin.

Setelah telur-telur dibuahi oleh sperma lobster jantan, telur tersebut akan diletakkan di bawah perut lobster betina, menempel pada kaki renangnya.

Telur yang dierami nantinya akan mengalami perubahan warna dari merah jingga menjadi merah gelap.

Varian juga mengatakan, tahap pembenihan sendiri tidak sesederhana itu.

Ada beberapa tahap di dalamnya dan membutuhkan teknologi khusus.

Hingga saat ini kami belum mengetahui pakan dan kondisi lingkungan yang paling cocok untuk bayi lobster,” ungkap Varian.

Pada tahap pemeliharaan anakan lobster, Varian dan tim penelitiannya memanfaatkan keramba jaring apung (KJA).

KJA dapat terbuat dari bambu atau kayu yang diberi pelampung, sehingga dapat mengapung di atas permukaan air laut.

Rakit tersebut berbentuk persegi dan di tiap sudut diberi tali ukuran 22 milimeter yang diikatkan pada jangkar di dasar laut.

Ia pun mengatakan, pada bagian tengah dari rakit dibuat petak-petak agar wadah pemeliharaan dapat digantungkan.

Ukuran petaknya pun dapat bervariasi tergantung kebutuhan dan bagian atas dari bambu atau kayu tersebut diberi papan untuk memudahkan pemeliharaan.

KJA yang kami gunakan saat ini bukan yang terbat dari kayu atau bambu, melainkan HDPE (High-density polyethylene), yaitu bahan polimer termoplastik yang terbuat dari proses pemanasan minyak bumi. Harganya memang lebih mahal, tapi lebih awet bisa hingga 10 tahun,” tutur peneliti muda lulusan Pascasarjana Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut.

Varian menyebutkan, lokasi KJA tempat pemeliharaan anakan lobster umumnya terletak di teluk yang mempunyai pertukaran air bagus dan terhindar dari gelombang tinggi.

Selain itu, KJA juga harus terletak jauh dari sungai untuk menghindari fluktuasi salinitas air laut, terutama pada saat musim hujan.

KJA ini kami gunakan untuk pembesaran lobster. Berbeda dengan biota-biota yang pernah kami riset di BBIL, pendekatan budidaya lobster kita mulai dari pembesaran, karena teknologi pembenihan lobster masih belum berkembang,” ujar Varian.

Australia baru-baru ini memiliki teknologi pembenihan lobster setelah riset belasan tahun. Nah, sambil jalan tahap pembesaran di BBIL, kami juga mencoba melakukan pembenihan, tapi belum berhasil hingga saat ini,” tambahnya.
Varian juga menjelaskan, anakan lobster dipelihara dalam wadah-wadah yang terbuat dari jaring atau waring.

Ketika lobster sudah besar, maka kami menjadikannya induk. Selanjutnya induk-induk itu dikawinkan, anak-anaknya nanti itulah yang kami gunakan untuk riset pembenihan,” tuturnya.

Related News