Mengintip Budidaya Lobster Air Tawar
“Sekarang indukan semua ada 3.000 ekor. Kalau anakannya saya tidak tahu jumlahnya, pusing hitungnya.”
BOGOR - “Usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh tidak akan pernah mengkhianati hasil akhir yang didapatkan.”
Ungkapan itulah yang dipegang Aji Tribusono Wibowo.
Berkat ketekunannya, ia berhasil membudidayakan lobster air tawar.
Aji mengatakan, ia mulai merintis usaha sampingannya tersebut sejak dua tahun lalu atau tepatnya November 2018.
Baca juga: Lobster, Seafood Bernilai Ekonomi Tinggi
Awalnya pria yang tinggal di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat ini, hanya bermodalkan 18 indukan lobster jenis Cherax sp.
"Pertama itu saya beli 18 ekor harganya Rp500.000. Tetapi ternyata tidak mudah (budidaya), berjalan setengah tahun tersisa itu tujuh ekor. Iya, karena belum ketemu caranya yang benar," ujarnya kepada Jagadtani.id, belum lama ini.
Pria berusia 45 tahun ini mengaku, untuk menjadi seorang pembudidaya lobster air tawar harus memiliki sikap pantang menyerah.
Dalam perjalanannya, pembudidaya lobster juga membutuhkan pengetahuan mengenai cara budidaya yang bisa didapat dari berbagai sumber informasi.
Dari pengalamannya tersebut, ia berhasil mengembangkan budidaya lobster, hingga semua kolam yang berada tepat di depan rumahnya, terisi ribuan indukan lobster.
"Sekarang indukan semua ada 3.000 ekor. Kalau anakannya saya tidak tahu jumlahnya, pusing hitungnya," seloroh Aji.
Budidaya yang dilakukan Aji mulai pembenihan, pembesaran hingga lobster siap jual.
Untuk pembenihan, ia hanya lakukan di akuarium khusus yang dibalut plastik warna hitam, sedangkan pembesaran dilakukan di kolam.
"Kalau indukan yang siap kawin usianya empat bulan. Proses perkawinan sampai membuahkan telur itu 1,5 bulan lamanya. Dari telur sampai menetas menjadi burayak rata-rata dua minggu," urainya.
Aji menjelaskan, lobster air tawar yang habitatnya banyak ditemukan di Australia ini, dapat menghasilkan 200 sampai 400 telur.
Dari jumlah itu, lobster yang hidup sampai dewasa hanya 70%.
"Burayak sendiri boleh dipindah ke kolam setelah usia dua minggu sejak penetasan telur di akuarium. Burayak usia dua minggu ini bisa mencapai 1 bahkan ada 1,5 sentimeter," imbuhnya.
Di kolam pendederan, masih kata Aji, untuk suplai makanan anakan lobster bisa diberikan pelet rutin dua hari sekali.
Sementara selama di akuarium, makanan burayak tersedia, yaitu fitoplankton.
Untuk pembesaran selanjutnya, lobster yang sudah menginjak usia dewasa seukuran 6 sampai 8 sentimeter, kemudian dipindahkan ke kolam yang lebih besar dari kolam awal.
Perlu diperhatikan juga, ujar pria yang akrab dipanggil Nanang itu, setiap kolam diberikan potongan pipa paralon atau ditambah dedaunan untuk tempat sembunyi dan pergantian kulit lobster atau bisa disebut molting.
"Dan untuk pasokan oksigen tetap dengan aerasi. Kondisi air berarus tenang dengan pH sebesar 7. Kendalanya yang ada saat ini (lobster) sering berkelahi karena aturannya kolam itu 15 ekor diisi 60 ekor," ujarnya.
Namun demikian, sejauh ini Aji belum memasarkan secara luas hasil budidaya nya dikarenakan belum memenuhi target penjualan dalam jumlah besar.
"Kalau permintaan sudah banyak, seperti dari Medan, Sleman dan Jogjakarta," cetusnya.
Baca juga: Selamatkan Benih Lobster dengan Pembudidayaan
Meski kran pemasaran belum dibuka lebar, ia menilai dengan banyaknya permintaan tersebut, maka bisa diartikan potensi bisnisnya cukup menjanjikan.
Apalagi selain lobster air tawar bisa dijadikan ikan hias, juga dikonsumsi dengan nilai jual tinggi.
"Per ekor benih seukuran 4 sampai 5 sentimeter di sini dijual Rp15.000 sampai Rp22.000. Yang paling tinggi itu lobster warna biru. Warnanya ada merah, coklat, putih dan oranye," pungkasnya.