• 22 November 2024

Khasiat Sakti Sang Raja Pahit

uploads/news/2020/12/khasiat-sakti-sang-raja-633871dc29b12c3.jpg

Sambiloto memiliki senyawa kimia bernama laktobe yang terdiri dari andrografolid; flavonoid; alkane; keton; aldehid; mineral yang terdiri dari kalium, kalsium, dan natriuml; asam kersik; dan dammar.

JAKARTA - Bagi Sahabat Tani yang menyukai jamu tradisional, pastinya sudah tidak asing dengan tanaman sambiloto (Andrographis paniculata).

Tanaman yang terkenal dengan sebutan “King of Bitter” atau raja pahit ini, memang memiliki rasa yang luar biasa pahit.

Namun, ia juga memiliki banyak khasiat.

Bahkan, di beberapa negara maju, tanaman ini sudah berkembang menjadi bahan baku obat.

Baca juga: Mengkudu, Buah Pahit Kaya Manfaat

Menurut peneliti tanaman obat dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian (Kementan), Gusmaini, sambiloto memiliki senyawa kimia bernama laktobe yang terdiri dari andrografolid; flavonoid; alkane; keton; aldehid; mineral yang terdiri dari kalium, kalsium, dan natrium; asam kersik; dan dammar.

Senyawa utama yang dihasilkan tanaman sambiloto adalah andrografolid. Senyawa andrografolid bermanfaat dalam mengatasi berbagai penyakit antara lain, sel kanker dan antitumor; antihepatoprotektif, antiinflamasi, antioksidan, antidiabetes (menurunkan gula darah), antimalaria, dan antimikrob (antibakteri, antifungi, dan antiviral),” ujarnya dalam keterangan tertulisnya belum lama ini.

Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan, ekstrak sambiloto merupakan alternatif dalam menyembuhkan infeksi bagian atas saluran pernafasan tanpa komplikasi.

Menurutnya, senyawa andrographolide terdapat di dalam bagian atas jaringan tanaman yaitu daun, batang, bunga, dan kandungan tertinggi terdapat pada daun.

Berbagai manfaat tersebut karena sambiloto mempunyai senyawa-senyawa turunan dari androgropholide seperti deoxyandrographolide, andrographolide, neoandrographolide, 14-deoxy-11, 12-didehydroandrographolide,” jelasnya.

Ia menambahkan, jika dibudidayakan, sambiloto akan cukup cepat berproduksi.

Dari tanam hingga panen berkisar 2,5-4 bulan tergantung iklim,” lanjutnya.

Gusmaini menyebut, perbanyakan tanaman ini dapat melalui biji atau setek.

Selain itu, tanaman ini juga membutuhkan lingkungan tumbuh cukup luas yaitu, dari dataran rendah hingga menengah, dengan ketinggian tempat 1-700 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Selama pertumbuhan, tanaman sambiloto menghendaki banyak sinar matahari.

Meski demikian, tanaman ini masih toleran tumbuh dan berproduksi kondisi pada ternaungi maksimal 30%.

Jika budidaya dilakukan dengan kondisi naungan di atas 30%, maka mutunya cenderung menurun.

Umumnya masyarakat memperoleh tanaman sambiloto yang tumbuh liar.

Namun, Gusmaini tidak menyarankan hal tersebut, karena produksi dan mutunya rendah, serta tidak stabil.

Akan lebih baik jika dibudidayakan untuk menghasilkan produk yang terstandar,” sebutnya.

Menurutnya, sambiloto jika ditanam pada saat iklim kering atau musim kemarau, maka tanaman akan cepat berbunga, sehingga perlu segera dipanen.

Tetapi jika ditanam saat musim hujan, maka akan lambat berbunga dan lebih banyak pertumbuhan daun.

Ciri sambiloto untuk siap dipanen yaitu, ditandai dengan akan munculnya bunga atau sebelum bunga mekar.

Hal tersebut disebabkan pada kondisi tersebut daun masih tumbuh dengan baik sehingga produksi optimal dan kandungan Andrographolidnya cukup tinggi,” tulis peneliti yang bertugas di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) ini.

Jika tanaman sudah muncul bunga yang sudah mekar, lanjutnya, maka daun akan mengecil.

Hal itu akan membuat dampak rasio antara batang dan daun akan lebih besar.

Artinya, lebih banyak batang daripada daun (produksi daun dan mutu rendah).

Demikian juga bila dipanen lebih muda, yaitu sebelum terbentuk inisiasi bunga.

Budidaya sambiloto tidak memerlukan lahan yang luas, pada lahan yang sempit atau di pekarangan rumah pun bisa dilakukan dengan menanam di dalam pot.

Jika dilihat dari khasiatnya, tanaman ini dapat mengatasi beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus, serta mengatur dan memacu daya tahan tubuh.

Jadi tidak menutup kemungkinan tanaman ini juga berpotensi dalam mencegah atau mengatasi virus Covid-19.

Baca juga: Lidah Mertua, Penyerap Ratusan Polutan

Namun hal tersebut masih memerlukan penelitian lebih lanjut,” sambung Gusmaini.

Tidak hanya sambiloto, menurut Gusmaini, masih banyak tanaman-tanaman lain yang berpotensi sebagai bahan baku obat untuk berbagai penyakit lain.

Apa lagi, Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai biodiversity terbesar di dunia, sehingga potensinya masih sangat besar untuk penemuan-penemuan bahan baku obat alam,” tutupnya.

Related News