Mengenal Si Monster Ikan, Arapaima
“Arapaima gigas memiliki sifat kompetitor, mereka bersaing dengan jenis ikan lain untuk mendapatkan makanan, terutama memangsa ikan yang lebih kecil.”
JAKARTA - Apakah Sahabat Tani ada yang mengenal ikan predator bernama Arapaima?
Arapaima merupakan spesies asli dari Amerika Selatan, tepatnya di Sungai Amazon bagian Brasil dan Peru yang mempunyai iklim tropis.
Genus ikan ini terdiri dari empat spesies, yaitu Arapaima Gigas, Arapaima Mapae, Arapaima Agassizi, dan Arapaima Arapaima.
Baca juga: Ganasnya Ikan Aligator, Bolehkah Dipelihara?
Seluruh spesies tersebut memiliki sifat invasif.
Arapaima Gigas atau nama lainnya Paiche atau Pirarucu yang merupakan ordo Osetoglossiformes, merupakan ikan predator yang bisa memakan hampir semua hewan yang bisa ia telan, terutama ikan yang berukuran kecil, dan hewan-hewan lain yang ada di permukaan air.
Ikan ini memiliki sirip pektoral yang kecil berada di dekat kepala.
Warna tubuhnya abu-abu hijau dan emas dengan titik oranye yang ada di sepanjang tubuhnya.
Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Arapaima gigas merupakan ikan yang biasanya diintroduksi secara sengaja ke habitat lain dengan tujuan untuk budidaya maupun sebagai ikan hias.
Arapaima gigas sendiri bersifat adatif, di habitat aslinya ikan ini hidup di air dengan suhu mencapai 25-29 derajat celsius dan pH 6-6,5.
Namun, ikan ini bisa tetap tumbuh dengan baik di air dengan suhu 31 derajat celsius dan pH 8,5-9.
“Arapaima gigas memiliki sifat kompetitor, mereka bersaing dengan jenis ikan lain untuk mendapatkan makanan, terutama memangsa ikan yang lebih kecil,” tulis Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) KKP dalam keterangan tertulisnya belum lama ini.
Secara ruang, Arapaima gigas dapat mendominasi secara ruang, karena ukuran tubuhnya yang besar, bahkan raksasa.
Arapaima gigas dewasa mencapai ukuran panjang berkisar 145-154 sentimeter.
Bahkan panjang pejantannya bisa mencapai ukuran 2 meter hingga 4,5 m dengan berat tubuh 226 kilogram.
Siklus reproduksi Arapaima gigas juga tergantung pada musim.
Arapaima gigas betina akan bertelur pada Februari, Maret, dan April.
Selama periode ini, tingkat air di Sungai Amazon sangat rendah.
Telur ditempatkan di sarang yang telah dibangun oleh induk di bagian bawah.
Sarang ini biasanya berukuran kurang lebih 50 sentimeter dengan diameter 15 sentimeter.
Meski pun siklus reproduksi bersifat musiman, tetapi nilai survival rate (SR) Arapaima gigas tinggi, karena dijaga langsung oleh induk jantan.
Sementara makanan utamanya yaitu ikan-ikan yang ukurannya lebih kecil.
Meski pun terkadang ikan ini bisa memakan unggas, katak, atau serangga yang berada di dekat permukaan air.
“Bahkan, telah ditemukan adanya tumbuhan air dalam isi perut Arapaima gigas, dikarenakan ikan ini menangkap mangsanya dengan cara menghisap kemungkinan tumbuhan air tersebut ikut terbawa,” tulis BKIPM.
Arapaima gigas dapat melukai manusia pada saat ditangkap, karena ukuran tubuhnya yang besar.
Meski begitu belum pernah ditemui kasus Arapaima gigas yang menyerang manusia. Daging Arapaima gigas sendiri dapat dikonsumsi dan diklaim memiliki rasa yang enak.
Bagian lidahnya dapat digunakan sebagai amplas kayu.
Selain itu, spesies ini dapat dikoleksi sebagai ikan hias.
Pada 1980, pemerintah Brasil sempat melarang pemancingan arapaima untuk mempertahankan habitatnya.
Namun, pada 2006 para pebisnis dari Peru mulai membudidayakan arapaima.
Bahkan di 2011, ikan ini muncul di beberapa menu restoran di Amerika Serikat.
Food and Agricultural Organization (FAO), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun mencantumkan harga internasional dari ikan ini yaitu, USD20-25 per kilogramnya dalam situs resminya.
Daging Arapaima gigas tidak berduri dan menurut FAO, pengemasan daging ikan arapaima dalam bentuk filet paling populer.
Arapaima bisa dipanen jika sudah berusia 14 bulan setelah menetas dari telurnya.
Pada satu bulan awal, biasanya anak-anak arapaima masih dilindungi oleh induknya.
Arapaima yang berumur 14 bulan, biasanya memiliki berat badan sekitar 10-12 kilogram.
Biasanya ikan ini dibudidayakan dalam kolam-kolam berukuran sekitar tiga ikan per meter kubik.
Selain itu, arapaima juga tinggi kandungan kolagen, sehingga saat dimasak menghasilkan tekstur renyah enak di bagian luarnya.
Arapaima paling enak dipanggang, dijadikan stik karena dagingnya tebal.
Olahan lain yang cocok untuk ikan ini yaitu fish and chips.
Filet arapaima dilapisi adonan tepung lalu digoreng.
Meski FAO menyebut arapaima bisa memberikan dampak ekonomi yang besar, namun 'monster sungai' ini dilarang masuk Indonesia.
Larangan tersebut tercantum dalam beberapa peraturan menteri.
Baca juga: Kemunculan Hiu Paus saat Pandemi
Masuknya Arapaima gigas diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 94 Tahun 2016 tentang Jenis Invasif, yaitu spesies asli atau bukan yang mengkolonisasi suatu habitat secara massif, sehingga dapat menimbulkan kerugian terhadap ekologi, sosial, dan ekonomi.
“Selain itu, juga diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 41 Tahun 2014 tentang larangan pemasukan jenis ikan berbahaya dari luar negeri ke dalam wilayah Indonesia,” tutupnya.