Serunya Bercocok Tanam Kangkung Hidroponik
“Lebih sehat juga, karena organik tidak pakai pestisida, jadi lebih praktis dan mudah untuk anak-anak muda yang gemar bertanam dan minim lahan tanah.”
BEKASI - Bercocok tanam menggunakan metode hidroponik menjadi tren di masa pandemi COVID-19.
Masyarakat pun mulai memiliki kegemaran baru untuk mengisi hari luang yang dilakukan di dalam rumah.
Metode ini juga berguna untuk Sahabat Tani di perkotaan, yang memiliki lahan sempit.
Baca juga: Membuat Nutrisi Hidroponik Sendiri
Hidroponik sendiri bertujuan untuk menumbuhkan tanaman tanpa media tanah, melainkan menggunakan air.
Kangkung merupakan salah satu tanaman yang dapat ditanam dengan metode hidroponik.
Bagi Sahabat Tani yang ingin mencoba metode hidroponik tanaman kangkung menjadi salah satu rekomendasinya.
Seperti yang dilakukan Hazya Akmalia (22) yang mulai gemar bercocok tanam.
“Semenjak pandemi ini karena di rumah saja, terus ada yang menyarankan juga coba tanam tanaman hidroponik. Terus akhirnya lihat Youtube dan prosesnya menarik buat saya, karena dari yang tidak ada sampai menjadi panen. Itu menjadi keseruan sendiri untuk mengisi waktu luang,” ucap Hazya dalam pesan singkatnya kepada Jagadtani.id, belum lama ini.
Hazya memilih metode hidroponik lantaran ia tidak memiliki lahan tanah yang cukup untuk bercocok tanam.
Sehingga ia pun mengaplikasikan metode tersebut di balkon rumahnya yang berlokasi di Oase Residence, Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat.
“Hidroponik itu hanya butuh benih, air dan medianya seperti bak atau styrofoam bekas buah. Jadi, perawatannya lebih mudah, tidak perlu main tanah. Lebih sehat juga, karena organik tidak pakai pestisida, jadi lebih praktis dan mudah untuk anak-anak muda yang gemar bertanam dan minim lahan tanah,” tuturnya.
Ia juga menambahkan, sayuran hasil hidroponik juga memiliki harga jual lebih mahal dibanding dengan sayuran yang ditanam menggunakan tanah.
“Satu ikat kangkung hasil hidroponik dijual sekitar Rp15.000 di supermarket. Kalau yang ditanam menggunakan tanah itu sekitar Rp2.000-3.000an. Jadi hasilnya lebih berkualitas pastinya dan daun-daunnya lebih besar dan tidak ada hama,” jelasnya.
“Kalau untuk skala hobi, metode hidroponik memang lebih mudah dari pada tanah. Tapi kalau skala besar, agak sulit, karena membutuhkan biaya untuk menjaga peralatan, beli tabung oksigennya dan lain-lain. Terus metode hidroponik juga banyak sistemnya,” lanjutnya.
Sayuran kangkung yang ia tanam sendiri memiliki masa panen sekitar 18-24 hari.
Baca juga: Pandemi Munculkan Inovasi Ketahanan Pangan
“Kangkung bisa dipanen, tidak perlu dicabut sampai akar-akarnya, melainkan dipotong batang-batangnya nanti akan tumbuh lagi. Namun, lebih baik kangkung dicabut sampai akar. Karena, kangkung yang tumbuh kedua kali bukan dari akar, tetapi dari batang, itu biasanya menyebabkan asam urat karena mengandung zat purin,” terangnya.
Menurut Hazya, yang perlu diperhatikan dari metode hidroponik ialah menjaga nutrisi air yang baik dan mengatur pH.
“Kita perlu punya alat ukur pH-nya, untuk mengatur pH agar sesuai kebutuhan tanaman. Supaya mencegah terjadinya daun-daun yang menguning, karena pH terlalu tinggi,” tutupnya.