LIPI Dorong Potensi Ubi Kayu
Banyak potensi ubi kayu yang belum dimaksimalkan.
TANGERANG SELATAN - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menganggap ubi kayu, bahan pangan yang dikenal masyarakat Indonesia begitu merakyat, masih menjadi komoditas yang belum maksimal termanfaatkan. Menurut LIPI, Saat ini produksi nasional ubi kayu mencapai 24 juta ton yang menempati urutan kedua di Asia Tenggara.
Dalam keterangan tertulis LIPI, jumlah tersebut ternyata belum mampu menutupi kebutuhan nasional. Pemerintah masih melakukan impor ubi kayu untuk menutup kebutuhan tersebut. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) semester 2017, impor ubi kayu mencapai 3,2 ribu ton yang seluruhnya berasal dari Vietnam. Sedangkan di lapangan, gairah petani untuk menanam kian berkurang. Jumlah luas lahan tanam tercatat tidak tumbuh karena harga jual tidak kompetitif.
“Sifat ubi kayu yang hampir sepertiga hasil panennya rusak dalam seminggu pertama menjadi kerugian lain bagi para petani,” terang Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga LIPI, Enny Sudarmonowati dalam peluncuran buku ‘Biodiversitas, Perakitan Klon Unggul dan Pemanfaatan Bioresources Ubi Kayu untuk Mendukung Ketahanan Pangan’ di Serpong, Tangerang Selatan.
Buku setebal 304 halaman yang ditulis Enny Sudarmonowati, N. Sri Hartati, Ahmad Fathoni, & Hartati itu berisikan hasil-hasil riset tentang ubi kayu yang telah dilakukan oleh LIPI bersama kementerian dan lembaga lain di Indonesia selama 10 tahun terakhir. Enny menjelaskan, banyak potensi ubi kayu belum dimaksimalkan, baik peningkatan kadar gizi, percepatan panen, hingga upaya untuk menambah daya tahan pasca panen.
“Fokus pemerintah selama ini pada padi, jagung dan kedelai membuat ubi kayu sedikit terpinggirkan,” tutupnya.