• 25 November 2024

Pembibitan Kentang dengan Kultur Jaringan

uploads/news/2020/12/pembibitan-kentang-dengan-kultur-26425a9d0d7cb4a.jpg

Untuk memproduksi tanaman kentang dalam jumlah besar pada waktu yang relatif singkat serta bebas patogen (terutama bebas virus) dilakukan perbanyakan dengan sistem kultur jaringan.”

JAKARTA - Sahabat Tani yang sedang diet, pastinya akrab dengan kentang (Solanum tuberosum).

Kentang yang merupakan tanaman sayuran berumbi, tumbuh subur di dataran tinggi yang beriklim tinggi.

Daerah yang ideal untuk budidaya kentang yaitu dataran tinggi yang memiliki ketinggian antara 1.000-2.000 meter di atas permukaan laut, dengan suhu udara yang dingin, antara 14-22 derajat celsius.

Baca juga: Kisah Sukses Desa Kentang, Ngantru

Selain itu, tanaman ini juga membutuhkan curah hujan selama masa pertumbuhan tanaman antara 1.000-1.500 milimeter per tahun.

Saat ini, di Indonesia sudah banyak tempat yang menjadi sentra budidaya kentang, sehingga prospek budidaya kentang sangat tinggi.

Budidaya kentang di Indonesia berawal dari abad ke-18 di Cibodas, Lembang, Pangalengan, dan Tengger yang kemudian menyebar ke daerah Sumatera Utara tepatnya di dataran tingginya, karena tanaman ini hidup hanya di dataran tinggi serta di pegunungan,” ujar Susi Deliana Siregar dari Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Kementerian Pertanian (Kementan) dalam keterangan tertulisnya.

Menurut Susi, kentang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, tidak mudah rusak, dan dapat dikonsumsi sebagai sumber karbohidrat, protein, kalori, dan juga vitamin.

Kentang juga mengandung karbohidrat dengan kalori yang lebih rendah, sehingga biasa digunakan untuk program diet.

Pembibitan dengan kultur jaringan kentang biasanya ditanam dengan menggunakan umbinya, dengan kebutuhan benih kira-kira 1 ton per hektare.

Untuk memproduksi tanaman kentang dalam jumlah besar pada waktu yang relatif singkat serta bebas patogen (terutama bebas virus) dilakukan perbanyakan dengan sistem kultur jaringan,” ujarnya.

Kultur jaringan merupakan suatu cara untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel jaringan (meristem) dan organ, serta menumbuhkannya dalam kondisi yang aseptik.

Sehingga, bagian tanaman tersebut dapat kembali menjadi tanaman yang lengkap.

Pelaksanaan kegiatan kultur jaringan terdiri dari beberapa tahap kegiatan yang saling berhubungan satu dengan lainnya.

Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan kultur jaringan yaitu:

Persiapan alat dan bahan

Alat yang digunakan antara lain: clean bench, auto clave, hot plate magnetic stirer, mikroskop, timbangan elektrik, inkubator atau ruang kultur, test tube, botol kultur atau botol mayones, pipet bermacam ukuran, destilator, petridish, gunting, tabung reaksi atau beaker glass, pH meter, pinset berbagai bentuk, jarum penusuk, sealpel, gelas ukur, dan pisau silet.

Bahan kimia yang diperlukan antara lain: alkohol, antiformin, gula putih, aquadest, aluminium foil, tisu, damn kertas sarang.

Media yang digunakan dalam kutur jaringan yaitu media murashige and skoog (MS) dan media padat, serta media cair.

Persiapan pengambilan meristem

Umbi kentang yang akan diambil meristemnya berumur dua bulan panen.

Sebelumnya perlu dilakukan disenfeksi agar umbi bersih dari kotoran yang terbawa dari lapangan.

Umbi dibersihkan dengan deterjen dan air mengalir, kemudian direndam dalam larutan antiformin 0,5% selama 15 menit, lalu dibersihkan dengan air dan dikeringkan dengan angin.

Penyimpanan juga dilakukan dengan menyiapkan boks plastik atau stek bak, lap dengan tisu yang dibasahi alkohol 70%, lapiskan dengan kain kasa.

Simpan umbi di atas kain, ditutup kain sarang.

Boks plastik dibungkus kertas koran yang bersih dan disemprot alkohol 70%, simpan pada suhu ruang dan tunggu sampai bertunas 1-2 sentimeter.

Tunas atau sproud siap diambil meristem-nya.

Pengoleksian meristem dan perbanyakan in-vitro biasanya dilakukan dengan menggunakan clean bench yang sudah dibersihkan bagian dalamnya dengan kertas tisu beralkohol 70%.

Penanaman meristem

Umbi yang telah diberi perlakuan dan mempunyai tunas 1-2 sentimeter lalu dipetik tunasnya, masukan ke dalam alkohol 70% selama 30 detik.

Rendam pada larutan antiformin 0,5% selama 5 menit, kemudian rendam atau bilas dalam air steril.

Tusuk dengan jarum atau stick needle, di bawah mikroskop monokuler, daun pada tunas dibuang dengan menggunakan scalpel.

Akan terlihat meristem dengan dua daun primordia seperti kubah.

Potong meristem, tanam pada test tube yang berisi media MS.

Tutup rapat di atas nyala api, agar jamur tidak masuk.

Kemudian, simpan di dalam rung gelap selama seminggu.

Pindahkan ke inkubator atau ruang kultur yang bersuhu 20-25 derajat celsius, beri cahaya 3.000-5.000 lux selama 16 jam sehari.

Meritem akan tumbuh antara tiga bulan sampai satu tahun.

Perbanyakan in-vitro

Stek mikro yang telah berumur 3-4 minggu, diperbanyak dengan cara dipotong setiap buku-buku.

Setelah itu ditanamkan lagi pada media tanam pada botol kultur.

Setelah selang waktu 3-4 minggu, plantlet sudah bisa diperbanyak lagi.

Penanaman botol kultur berisi 5-10 stek untuk yang akan diperbanyak dan yang akan di-transplanting atau diaklimatisasi.

Kegiatan aklimatisasi

Kegiatan ini berupa pemindahan tanaman dari suatu media yang terisolir dari lingkungan yang berbeda tempat dan kondisi ke media atau tempat yang baru. Tanaman yang diaklimatisasi berupa media tanam, antara lain: tanah subsoil, pupuk kandang, dan arang sekam.

Tanah subsoil dan pupuk kandang dicampur dengan perbandingan 1:1, diaduk sampai rata, dibiarkan lebih dari 4 jam dengan suhu 90 derajat celsius secara merata.

Setelah dingin, media siap untuk diangkat dan dimasukkan ke seed bed yang berukuran panjang 170 sentimeter, lebar 80 sentimeter, dan tinggi 15 sentimeter.

Media arang sekam dapat digunakan pada waktu membumbun atau dicampur dengan media campuran.

Media tanam pada seed bed diberi pupuk buatan SP36: 100 gram, ZA 54 gram, KCl: 27 gram atau pupuk NPK: 15-15-15 100 gram, ditambah SP36: 50gram.

Cara penanaman plantlet sebagai berikut:

Pertama, botol kultur jaringan yang berisi plantlet diisi dengan sedikit air, kemudian tumpahkan isi botol tersebut pada baki yang berisi air.

Bersihkan akar plantlet, sehingga terbebas dari media sebelumnya.

Kedua, tambahkan plantlet tersebut pada media seed bed, beri naungan agar sinar matahari tidak langsung.

Baca juga: Terjun Bebas Jumlah Konsumen Kentang

Ketiga, siram dengan hyponex sekali seminggu.

Keempat, pemeliharaan lanjutan yang seperti biasa dengan pemberian air 2-3 kali dalam seminggu atau tergantung kelembapan saat itu.

Kelima, pengendalian hama penyakit dilakukan secara preventif.

Keenam, pengujian virus dilakukan setelah tanaman berumur lebih dari 30 hari dengan uji elisa dan inakulasi.

Related News