Mengenal Hama dan Penyakit Nila
Pencegahan merupakan langkah yang paling efektif untuk menekan risiko hama dan penyakit ikan nila.
JAKARTA - Jika Sahabat Tani tengah membudidayakan ikan nila, perlu mengetahui cara mengendalikan hama dan penyakit untuk mencegah terjadinya kerugian.
Walaupun serangan penyakit jarang ditemukan secara besar-besaran dalam budidaya ikan nila.
Jika pun ada, hanya berupa serangan lokal.
Baca juga: Teknologi Sederhana Budidaya Ikan Bandeng
Namun, Sahabat Tani tetap harus berhati-hati, karena penyakit ikan nila bukan tidak mungkin datang mengganggu.
Menurut Balai Laboratorium Pengujian Kesehatan Ikan dan Lingkungan (BLPKIL) Kelas A, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jawa Tengah, kondisi paling rentan terhadap serangan hama dan penyakit, biasanya terjadi pada fase pembenihan ikan nila, dari penetasan hingga pendederan.
Selain itu, penyakit ikan nila bisa ditularkan lewat aliran air, udara, dan kontak langsung atau terjadi karena kondisi lingkungan yang buruk.
Oleh karena itu, pencegahan merupakan langkah yang paling efektif untuk menekan risiko hama dan penyakit ikan nila.
Karena, bila hama dan penyakit sudah menyerang, biaya penanggulangannya akan lebih besar.
Namun, Sahabat Tani jangan khawatir, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah serangan hama dan penyakit ikan nila, diantaranya:
Pengolahan dasar kolam, yaitu pengeringan, pengapuran dan pemupukan.
Pengeringan dilakukan dengan menjemur dasar kolam setiap kali hendak memulai budidaya.
Sinar matahari bisa membunuh sebagian besar hama dan penyakit yang mungkin ada pada periode budidaya sebelumnya.
Pengapuran dasar kolam juga membantu mematikan sebagian penyakit.
Memasang filter atau saringan pada pintu pemasukan air untuk mencegah sebagian hama dan vektor pembawa penyakit masuk ke dalam kolam
“Lakukan secara rutin pemberantasan hama secara mekanis (diambil atau dibunuh) dan pemberantasan hama secara biologis (mempertahankan predator alami hama),” tulis BLPKIL.
Apabila hama tetap membandel, Sahabat Tani bisa dipertimbangkan menggunakan obat-obatan kimia.
Selain itu, gunakan bibit ikan nila unggul yang tahan terhadap penyakit.
Sahabat Tani juga bisa mengurangi kepadatan ikan, agar tidak terjadi kontak antar ikan secara langsung.
Dengan jarangnya populasi, kadar oksigen terlarut dalam air kolam akan lebih banyak.
Lalu, berikan pakan dengan takaran yang tepat untuk menghindari terjadinya penumpukan sisa pakan dalam kolam.
Sisa pakan akan membusuk sehingga menurunkan kualitas lingkungan kolam dan menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit.
“Lakukan penanganan ikan secara hati-hati pada saat penebaran atau pemindahan antar kolam, agar ikan tidak terluka yang memicu infeksi penyakit,” sebutnya.
Apabila langkah pencegahan sudah dilakukan dan hama penyakit tetap muncul, lakukanlah pemberantasan hama dan pengobatan penyakit dengan obat-obatan kimia.
Perlu diingat, pemberian bahan kimia akan mendatangkan efek samping.
“Pengobatan penyakit bisa dilakukan dengan memberikan bahan kimia pada kolam, merendam ikan yang sakit, mencampur obat dengan pakan, atau memberikan obat secara langsung pada tubuh ikan,” tuturnya.
Sedangkan hama yang memangsa ikan nila tidak jauh berbeda dengan hama ikan air tawar lainnya.
Beberapa hama ikan nila yang paling sering dijumpai dan mempunyai efek mematikan diantaranya:
Notonecta
Masyarakat Jawa Barat menyebutnya bebebasan (menyerupai beras) karena terdapat bintik putih seperti beras.
Hama ini menyerang benih ikan yang masih kecil.
Upaya pencegahannya bisa dibilang cukup sulit.
Bila jumlahnya sudah terlalu banyak, hama ini dapat diberantas dengan menyiramkan minyak tanah pada kolam.
Jumlah minyak tanah yang diperlukan yaitu 5 liter tiap 1.000 meter persegi luas kolam.
Cara ini cukup efektif menekan populasi notonecta.
Larva cybister
Hama ini dikenal dengan nama ucrit, lebih mematikan dibanding notonecta.
Warnanya kehijauan dan dapat bergerak dengan cepat.
Bagian depan terdapat taring untuk menjepit mangsa, sedangkan di bagian belakangnya terdapat sengatan.
Ucrit biasanya menyerang benih ikan dan juga menyukai lingkungan kolam yang banyak mengandung material organik.
Untuk mencegahnya, bersihkan kolam secara rutin dari gulma dan sampah organik.
Bila sudah dewasa, ia akan bermetamorfosis menjadi kumbang yang bisa meloncat antar kolam.
Bahan kimia yang mematikan bagi ucrit, akan mematikan juga bagi benih ikan nila.
Oleh karena itu, hama ucrit hanya dianjurkan untuk diberantas secara mekanis dan mengefektifkan pencegahan.
Selain hama, Sahabat Tani juga perlu mewaspadai penyakit yang menyerang ikan nila.
Ikan nila sendiri bisa dikatakan relatif tahan terhadap penyakit.
Hingga saat ini belum pernah ditemukan wabah penyakit secara besar-besaran yang menyerang ikan nila.
Tidak seperti budidaya ikan mas, yang sering dilanda wabah.
Secara umum, terdapat dua tipe penyakit ikan nila, yaitu penyakit infeksi atau penyakit menular dan penyakit non-infeksi yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang buruk.
Berikut ini beberapa penyakit ikan nila dari jenis penyakit infeksi yang sering dijumpai:
Trichodina sp. sejenis mikroorganisme yang menjadi parasit pada ikan air tawar maupun ikan air laut.
Parasit ini biasanya menyerang bagian luar seperti kulit, sirip dan insang.
Tandanya terlihat luka pada organ-organ yang diserang.
Bisa dicegah dengan menjaga sanitasi kolam dan memasang filter air atau bak pengendapan pada instalasi pengairan kolam.
“Pengobatan bisa dilakukan dengan merendam ikan yang sakit dalam larutan garam (NaCl) sebanyak 500-1.000 miligram per liter selama 24 jam atau dengan larutan formalin sebanyak 25 miligram per liter,” jelasnya.
Selain itu, ada juga penyakit yang disebabkan oleh sejenis jamur.
Biasanya menyerang telur, larva dan benih ikan dan akan menyerang bagian tubuh yang diserang yaitu organ-organ luar.
Penampakan penyakit ini seperti benang halus berwarna putih atau putih kecokelatan.
“Pengobatan bisa dilakukan dengan merendam telur atau ikan yang terserang dalam larutan Malachite green 1 miligram per liter selama 1 jam atau larutan formalin 200-300 miligram per liter selama 1-3 jam atau NaCl 5 gram per liter selama 15 menit,” paparnya.
Epistylis spp. parasit ini umumnya menyerang organ-organ bagian luar seperti kulit, insang dan sirip.
Ciri-ciri ikan yang terserang bagian insangnya berwarna merah kecokelatan, ikan sukar bernafas, gerakan lambat dan pertumbuhannya terhambat.
Penularan penyakit terjadi karena kontak langsung dengan ikan yang sakit.
Pencegahannya yaitu dengan mengurangi padat tebar ikan. “Pengobatannya dengan merendam ikan dalam larutan formalin 200 miligram liter selama 40 menit, atau KmnO4 20 miligram per liter selama 15-20 menit,” ujarnya.
Ada juga penyakit bercak merah, yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas dan Pseudomonas.
Bakteri ini menyerang organ bagian dalam dan luar.
Ciri-cirinya yaitu ada pendarahan pada bagian tubuh yang terserang, sisik terkelupas, perut membusung.
Bila menyerang kulit akan terlihat borok.
Selain itu, ikan terlihat lemah dan sering muncul ke permukaan kolam.
Bila dibedah bagian dalamnya, ikan mengalami pendarahan pada hati, ginjal dan limpa.
Pengobatan bisa dilakukan dengan cara menyuntik, perendaman atau dengan mencampur obat pada pakan.
“Seperti, obat perendaman Kaliumpermanganat 10 -20 miligram per liter selama 30-60 menit. Penyuntikan dengan tetramysin 0,05 miligram per 100 gram bobot ikan atau kanamysin 20-40 miligram per kilogram bobot ikan. Pencampuran pada pakan dengan oxytetracyclin 50 miligram per kilogram pakan, diberikan setiap hari selama 7-10 hari,” paparnya.
Sedangkan penyakit non-infeksi yang banyak ditemukan dalam budidaya ikan nila disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
Kualitas air yang buruk dan membahayakan perkembangan ikan.
Oleh karena itu, kualitas air harus terus dipantau.
Pastikan saluran masuk dan keluar tetap lancar.
Bila air disirkulasikan untuk beberapa kolam, penggunaan bak penyaringan air lebih direkomendasikan.
Air yang berkualitas akan membuat ikan selalu berada dalam kondisi bugar dan sehat.
Selain itu, pemberian pakan harus tepat jenis dan takaran.
“Pakan yang tersisa akan mengendap di dasar kolam, menurunkan kualitas air dan menimbulkan gas-gas berbahaya bagi ikan,” katanya.
Keracunan pada ikan biasanya disebabkan oleh pemberian pakan yang salah, misalnya pakan kadaluarsa.
Bisa juga disebabkan oleh adanya senyawa beracun dalam kolam, seperti H2S yang timbul dari pembusukan material organik di dasar kolam atau pollutan berbahaya yang terbawa dari sumber air.
Dalam menangani ikan usahakan secara hati-hati.
Misalnya saat penebaran atau pemindahan kolam, jangan sampai tubuh ikan terluka karena jaring atau benda keras lainnya.
Luka pada tubuh ikan akan memicu penyakit.
“Gunakan juga selalu benih ikan yang baik. Penyakit juga bisa disebabkan oleh keturunan. Misalnya, bentuk tubuh ikan yang tidak sempurna atau cacat,” tutupnya.