“Apabila minyak kelapa dikatakan lebih jahat dari minyak babi, maka seharusnya kandungan asam palmitat dan asam stearat-nya lebih dominan.”
JAKARTA - Belakangan ini beredar in muncul informasi yang viral terkait pernyataan Guru Besar dari Harvard University, Amerika Serikat, Prof. Karin Michiels, yang menyatakan jika minyak kelapa (virgin coconut oil/VCO) merupakan salah satu makanan terburuk dan layaknya racun murni bagi kesehatan.
Prof. Karin menyebutkan, kandungan lemak jenuh pada minyak kelapa mencapai lebih dari 80%, lebih banyak dari lemak babi.
Asam lemak yang terkandung dalam minyak kelapa juga berbahaya untuk kesehatan jantung, karena meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
Namun, menurut Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) University dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Prof. Dr. Nuri Andarwulan, pernyataan tersebut tidak utuh dan tidak lengkap.
Baca juga: Minyak Kelapa Diklaim Cegah Coronavirus
Menurutnya, informasi jika minyak kelapa merupakan racun atau toksik, menurutnya tidak benar.
Karena, tidak ada bukti ilmiah yang menyebutkan minyak kelapa dengan kandungan lemak jenuh tinggi dapat menyebabkan hal toksik.
“Apabila minyak kelapa dikatakan lebih jahat dari minyak babi, maka seharusnya kandungan asam palmitat dan asam stearat-nya lebih dominan. Akan tetapi asam palmitat dan asam stearat yang ada di minyak kelapa ini rendah,” ujarnya dalam keterangan resmi IPB University belum lama ini.
“Minyak kelapa disebut jenuh, betul. Jika total angka lengkap dijumlahkan maka akan menghasilkan angka 90% jenuh, akan tetapi kualitas dan profil asam lemaknya berbeda dengan hewani. Mayoritas kandungan asam lemak yang terkandung dalam minyak kelapa itu 55-70% merupakan asam lemak rantai sedang, sementara lemak jenuh yang terdapat pada hewani seluruhnya adalah rantai lemak panjang,” tambahnya.
Karena itu, pakar teknologi pangan ini menekankan, harus dilihat dulu profilnya, karena asam lemak rantai sedang dan asam lemak rantai panjang itu berbeda.
Kelompok asam lemak rantai sedang, sepertiganya dibakar, sepertiga menjadi rantai panjang, dan sepertiganya lagi menjadi trigliserida.
Sementara, lanjutnya, asam lemak rantai panjang yang terdapat dalam produk hewani semuanya pasti menjadi kolesterol.
“Sehingga tidak bisa kandungan asam lemak minyak kelapa disamakan dengan asam lemak yang terdapat pada minyak babi. Hal tersebut sudah terbukti secara ilmiah,” imbuhnya.
Prof. Nuri juga menjelaskan tentang keistimewaan minyak kelapa, yang mengandung asam laurat yang dapat berguna sebagai antivirus dan antibakteri.
Menurutnya, keistimewaan ini tidak dimiliki produk lain.
Monolaurin yang ada di minyak kelapa bisa diserap tubuh sebagai antimikroba, sehingga dapat menjaga kesehatan tubuh untuk menangkal bakteri jahat.
Baca juga: Minyak Kelapa Tingkatkan Imunitas Tubuh
Senyawa tersebut bukan hanya ada di minyak kelapa, tetapi juga terdapat pada minyak inti sawit.
Hal ini menurutnya sudah dibuktikan dengan banyak studi.
Bahkan, lanjutnya, dalam beberapa studi disebutkan, minyak kelapa dijadikan terapi bagi pasien HIV karena minyak kelapa mengandung antivirus.
“Untuk itu, dalam merespon pernyataan saintifik maka dibutuhkan referensi ilmiah atau bukti ilmiah. Banyak bukti ilmiah yang bisa dipublikasikan terkait hal ini. IPB University siap dengan referensi ilmiah yang bisa disajikan dengan scientific opinion” tutupnya.