• 23 November 2024

Melihat Keajaiban Daun Kelor

uploads/news/2020/12/melihat-keajaiban-daun-kelor-8547886947ac3b3.jpg

Kandungan kalsium kelor lebih tinggi dibanding tanaman lain, bahkan dengan susu sapi sekalipun.”

JAKARTA - Sahabat Tani pastinya sudah tidak asing dengan daun kelor (Moringa oleifera).

Kelor umumnya dikonsumsi sebagai sayuran maupun ramuan tradisional.

Kandungan vitamin dan mineral dalam kelor terbukti mencukupi angka kecukupan gizi harian yang dibutuhkan oleh tubuh, bahkan kandungan kalsiumnya pun melebihi susu hewani.

Kandungan kalsium kelor lebih tinggi dibanding tanaman lain, bahkan dengan susu sapi sekalipun,” ungkap peneliti bidang fisiologi tumbuhan dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ridwan.

Baca juga: Daun Kelor, Diyakini Cegah Covid-19

Ridwan juga menjelaskan, selama ini sumber kalsium bagi manusia yang dikenal luas oleh masyarakat berasal dari susu.

Padahal, kandungan kalsium susu sapi sekitar 143 miligram per 100 gram.

Sedangkan berdasarkan literatur, kandungan kalsium daun kelor kering bisa mencapai 17 kali lipatnya.

Kami pernah menganalisis dan membandingkan kandungan kalsium daun kelor dari beberapa daerah di Indonesia. Hasilnya bahkan ada yang mencapai hampir 21 kali lipatnya, yaitu 3.000 milligram per 100 gram. Tapi, hasilnya memang variatif,” ujar Ridwan.

Tak hanya itu, tanaman yang mendapat julukan “The Magic Tree” dari World Health Organization (WHO) ini pun memiliki kandungan protein yang setara dengan kacang-kacangan pada umumnya, yaitu sekitar 27%.

Memang masih kalah jika dibandingkan dengan biji kedelai yang mencapai 36%.

Namun, pada tanaman kelor tetraploid yang kami dapatkan dari penelitian sebelumnya, kandungan proteinnya meningkat menjadi 30-34%, atau sudah lebih mendekati kandungan protein biji kedelai”, tambahnya.

Selain kandungan nutrisinya, kelor juga mengandung berbagai senyawa metabolit sekunder yang dapat berfungsi sebagai antibakteri, antioksidan, antifungi, antiinflamasi, antikanker, antiobesitas, dan antikolesterol.

Saat ini, kami sedang melakukan penelitian untuk meningkatkan kandungan metabolit sekunder tanaman kelor dengan pendekatan ekofisiologi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan produksi tanaman kelor yang tinggi dengan kandungan nutrisi dan metabolit sekunder yang tinggi dan stabil,” ungkapnya.

Pada tanaman, senyawa metabolit sekunder memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai atraktan (menarik serangga penyerbuk), melindungi dari stress lingkungan, pelindung dari serangan hama atau penyakit (phytoaleksin), pelindung terhadap sinar ultraviolet, sebagai zat pengatur tumbuh, dan untuk bersaing dengan tanaman lain (alelopati).

Senyawa metabolit sekunder memiliki struktur yang lebih komplek dan sulit disintesis, jarang dijumpai di pasaran karena masih sedikit (15%) yang telah berhasil diisolasi, sehingga memiliki harga yang mahal.

Perbanyakan tanaman kelor dalam upaya budidayanya, dapat dilakukan secara vegetatif dengan stek batang dan generatif dengan biji.

Perbanyakan dengan stek batang dan biji masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Perbanyakan dengan stek batang bisa menghasilkan produksi daun dan buah yang lebih cepat. Namun, dalam usaha budidaya yang intensif dan luas, pemenuhan kebutuhan batang sebagai bahan stek akan menjadi masalah,” ujarnya.

Hal ini karena batang yang digunakan untuk stek dengan probabilitas keberhasilan yang tinggi paling tidak harus memenuhi beberapa kriteria, seperti batang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, panjang 1 meter, dan diameter 5-10 sentimeter,” lanjutnya.

Selain itu, akar yang terbentuk tidak terlalu kuat, sehingga lebih gampang roboh.

Perbanyakan dengan biji juga lebih aplikatif pada aktivitas budidaya yang intensif.

Viabilitas biji juga dianggap cukup tinggi, akar yang terbentuk kuat, sehingga tidak mudah roboh, dan penanaman lebih mudah.

Meskipun panen daunnya relatif cepat atau mulai 3-4 bulan setelah tanam, namun untuk produksi buah jauh membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 1,5-2 tahun tergantung kondisi lingkungan tumbuhnya.

Dalam perawatannya, menanam kelor sebenarnya tidak terlalu susah.

Hanya dengan pengairan secukupnya, yang penting jangan sampai tergenang, karena tanaman kelor sangat rentan terkena penyakit busuk akar.

Baca juga: Benalu Kelor, Obat Khasiat Tinggi

Saat ini, permintaan untuk ekspor tanaman kelor terutama daunnya sudah sangat banyak, seperti dari Jepang, Amerika, Afrika, Korea Selatan, Spanyol, dan Jerman.

Namun, permintaan yang besar tersebut disertai dengan syarat kualitas yang tinggi terkait tampilan dan kandungan dari produk tanaman kelor tersebut.

Hal inilah yang perlu kita jawab sebagai peneliti, bagaimana menyiapkan teknologi budidaya tanaman kelor yang aplikatif, berproduksi tinggi, tampilan prima, dan kandungan gizi dan senyawa bioaktifnya yang optimal sehingga memiliki kualitas layak ekspor. Dengan demikian, tanaman kelor dapat diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tutupnya.

Related News