• 25 November 2024

Panen Perdana Kobia di Pangandaran

uploads/news/2020/12/panen-perdana-kobia-di-359691e9e3ea6cd.jpeg

Dari segi konsumsi, ikan kobia memiliki keunggulan karena mengandung EPA dan DHA. Kualitas dagingnya pun sempurna dengan tekstur dagingnya yang putih, enak, dan empuk. Makanya banyak diminati.”

JAKARTA - Rasa syukur dan ucapan terima kasih dilontarkan oleh anggota Kelompok Pembudidaya-Ikan Kecil (Pokdakan) Bahari Indah di pantai timur Pangandaran, Jawa Barat atas bantuan yang diberikan Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL), Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Pasalnya, mereka berhasil memanen ikan kobia dengan produktivitas 20 kilogram per meter perkubik dan omzet Rp10.000.000 per lubang keramba.

Baca juga: Harlequin, Si Cantik Terancam Punah

Semua itu tak lepas dari keberhasilan BBPBL dalam membudidayakan ikan kobia, yang kini menjadi salah satu komoditas unggulan yang kini mulai dilirik oleh para pembudidaya.

Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto, panen perdana ikan kobia ini merupakan salah satu prestasi yang membanggakan.

Setelah UPT kami yaitu BBPBL Lampung yang telah berhasil mengusai teknologi budidaya kobia mulai dari pemeliharaan, pemijahan induk, pemeliharaan larva, hingga pembesaran di Keramba Jaring Apung (KJA), dan kini sudah dibudidayakan ke daerah-daerah. Panen perdana ikan kobia di Pangandaran ini capaian yang luar biasa dari BBPBL Lampung. Ke depan bukan hanya di Pangandaran saja tapi daerah lain bisa segera menyusul,” ungkap Slamet dalam keterangan tertulis KKP.

Menurut Slamet, budidaya ikan kobia memiliki beberapa keunggulan dan relatif lebih mudah dibudidayakan.

Selain itu, waktu pemeliharaannya pun lebih singkat dibandingkan dengan ikan laut lainnya, sekitar pemeliharaan sembilan bulan, ikan dapat tumbuh mencapai 4-6 kilogram.

Dari segi konsumsi, ikan kobia memiliki keunggulan karena mengandung EPA dan DHA. Kualitas dagingnya pun sempurna dengan tekstur dagingnya yang putih, enak, dan empuk. Makanya banyak diminati,” ujar Slamet.

Selain itu, lanjut Slamet lagi, peluang pasar dan preferensi konsumen baik pasar domestik dan ekspor kobia masih terbuka luas diantaranya Hongkong, Taiwan, Jepang, Australia, Eropa.

Potensi ikan kobia di masa mendatang itu luar biasa. Ikan kobia bisa menjadi salah satu komoditas unggulan ekspor. Karena pasarnya yang luas, harganya pun premium. Makanya penting untuk kita dorong agar produksi ikan kobia bisa kita tingkatkan,” tambah Slamet.

Ia pun memberikan apresiasi dan selamat kepada kelompok pembudidaya ikan bahari indah di Pantai Timur Pangandaran Jawa Barat  yang telah berhasil melakukan panen perdana atas keberhasilannya.

Atas bantuan benih dari BBPBL Lampung dan juga bimbingan teknis dari balai.

Keberhasilan ini menunjukkan bukti keseriusan pembudidaya dalam berbudidaya ikan kobia dan tetap semangat dan bangkit meski saat ini kita semua masih dibayangi pandemi COVID-19. Tapi tidak menyurutkan semangat kita untuk terus memajukan sektor perikanan dan kelautan di Indonesia,” tutur Slamet.

Karena itu, Slamet mengaku akan terus mensosialisasikan dan terus memberikan pendampingan teknis, agar pembudidaya budidaya ikan kobia bisa banyak ditiru oleh daerah lain.

Sehingga upaya kami untuk mensejahterakan para pembudidaya dan perbaikan ekonomi terhadap masyarakat dan bangsa pada umumnya bisa kita capai dengan baik. Harapannya, ikan kobia bisa terus menjadi salah satu komoditas perikanan budidaya laut yang mampu menjadi penggerak ekonomi pasca pendemi,” papar Slamet.

Sementara itu, Kepala BBPBL Lampung, Ujang Komarudin mengungkapkan, BBPBL Lampung telah memulai kegiatan pemeliharaan larva ikan kobia di hatchery secara indoor sejak 2009.

Dengan berbagai tahapan teknologi yang telah dilakukan, bisa dibilang ikan kobia bukan merupakan ikan hasil rekayasa genetika.

Teknologi budidaya ikan kobia di BBPBL Lampung telah berkembang pesat dan kini kami mampu melakukan pemeliharaan induk, pemijahan induk, pemeliharaan larva, produksi benih, serta kegiatan produksi ukuran konsumsi di Keramba Jaring Apung (KJA),” ungkap Ujang.

Meski begitu, kami terus berupaya keras guna keberhasilan budidaya ikan kobia ini.

Untuk itu, kami akan terus mengembangkan produksi ikan kobia ini dengan membentuk kawasan-kawasan budidayanya.

Tahun lalu kita sudah kembangkan kawasan budidaya kobia di Lampung, tahun ini di Pangandaran, dan berikutnya di Kepulauan Seribu,” ujar Ujang.

Di samping itu juga, kita akan terus mensosialisasikan budidaya ikan kobia kepada para pembudidaya agar lebih diminati dan produksinya bisa terus meningkat dari waktu ke waktu,” lanjutnya.

Baca juga: Botia, Ikan Hias Berumur Panjang

Sementara itu, peneliti BBPBL Lampung, Suryadi Saputra menambahkan, teknologi perbenihannya sudah dikuasai oleh BBPBL lampung saat ini sudah memproduksi >10.000 ekor per bulan dan masih dapat ditingkatkan.

Produksi ini memungkinkan untuk menyuplai kebutuhan masyarakat terhadap protein hewani di atas 20% suplai nasional. Demi keberhasilan yang maksimal, perlu penguatan sinergi hulu hilir serta dukungan dari stakeholder terkait dalam mempromosikan dan penyerapan ikan kobia untuk konsumsi domestik dan mancanegara,” tutupnya.

Related News