Ikan Koi yang Tak Tergantikan
“Sekarang hampir semua daerah di Indonesia mengembangkan jenis ikan hias ini yang bisa dilakukan secara individu maupun berkelompok.”
JAKARTA - Meski saat pandemi COVID-19, berbagai ikan hias dengan ukuran kecil seperti, cupang, guppy, molly, ikan sumatra, neon, dan ikan kecil lainnya sedang naik daun.
Begitu juga dengan ikan hias predator seperti arwana, louhan, maru, dan lainnya, yang masih banyak peminatnya.
Namun, hal tersebut tak berpengaruh terhadap ikan koi.
Baca juga: Harlequin, Si Cantik Terancam Punah
Menurut peneliti Loka Riset Mekanisasi Pengolahan Hasil Perikanan (LRMPHP), Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Tri Nugroho W, ikan koi sampai saat ini masih relatif stabil, baik harga, jumlah, dan peminatnya.
Ikan koi banyak diminati lantaran memiliki warna yang beraneka ragam, memiliki jenis yang beragam, serta dapat mencapai ukuran yang besar.
Selain itu, keindahan ikan koi dapat dinikmati di alam terbuka, kolam dalam rumah, kolam luar rumah, hingga akuarium.
“Pengembangan budidaya koi saat ini pun semakin berkembang, tidak hanya daerah tertentu seperti Blitar, Tulungagung, Bogor, dan Sukabumi yang menjadi pusat budidaya. Sekarang hampir semua daerah di Indonesia mengembangkan jenis ikan hias ini yang bisa dilakukan secara individu maupun berkelompok,” ujarnya dalam keterangan resmi BRSDMKP.
Selain itu, hal lain yang menjadikan ikan koi masih menjadi primadona yaitu harganya yang bervariasi, dari harga ribuan sampai ratusan juta rupiah per ekor.
Karena itu, semua kalangan pun bisa menikmati ikan hias ini.
Di Indonesia sendiri, jenis ikan koi yang paling diminati yaitu, Kohaku, Showa dan Sanke.
Baca juga: Botia, Ikan Hias Berumur Panjang
Beberapa penelitian tentang ikan koi juga masih terus dikembangkan, baik terkait dengan penelitian budidaya, pemijahan, maupun penanganan dan transportasi ikan koi.
“Metode pemijahan, misalnya, penelitian Kusrini, dkk, yang disampaikan dalam Media Kultur tahun 2015 mengungkap, bahwa pemijahan semi buatan lebih efektif dilakukan, karena dapat meningkatkan produksi terutama derajat penetasan yang lebih tinggi,” jelasnya,
“Keberhasilan pembenihan juga sangat dipengaruhi oleh pengelolaan induk yang baik, manajemen pemberian pakan yang optimal, serta pengelolaan lingkungan yang lebih terkontrol, sehingga akan mempengaruhi kebugaran induk, kematangan gonad, dan kualitas telur yang akhirnya dapat meningkatkan produksi benih secara keseluruhan,” lanjutnya.
Penelitian lain terkait dengan penanganan dan transportasi benih koi juga pernah disampaikan oleh Sulmartiwi L, dkk, dalam Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan pada 2014.
Penelitian tersebut menjelaskan mengenai minyak atsiri pada pengangkutan ikan koi dengan sistem tertutup.
“Pemberian minyak atsiri daun bandotan (A. conyzoides) berpengaruh terhadap SR, kadar glukosa darah, dan tachi ventilasi pada benih ikan koi yang ditransportasikan secara tertutup. Dosis optimal pemberian minyak atsiri daun bandotan dalam proses transportasi benih ikan koi secara tertutup adalah 5 ppm,” tutupnya.