“Budidaya vanili sempat mengalami fase naik turun seiring dengan perkembangan harga, namun komoditas perkebunan ini sudah dibudidayakan di 25 provinsi.”
JAKARTA - Tanaman vanili sudah dikenal luas oleh masyarakat karena memiliki segudang manfaat dan kerap digunakan oleh berbagai industri, mulai dari industri makanan, pewangi, dan obat-obatan, menggunakan vanili.
“Budidaya vanili sempat mengalami fase naik turun seiring dengan perkembangan harga, namun komoditas perkebunan ini sudah dibudidayakan di 25 provinsi,” ujar Miskat Ramdhani dari Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) dalam keterangannya belum lama ini.
Bubuk vanili memiliki aroma harum, banyak produk pascapanen dalam bentuk kue dan roti menggunakannya.
Baca juga: Menanam Seledri Di Dalam Pot
Kandungan yang dimiliki vanili yaitu, serat, vitamin A, B, dan E, serta mineral.
Selain itu, vanili juga memiliki antioksidan yang tinggi.
Harganya pun cukup mahal, sehingga membuat petani tertarik membudidayakannya.
Di tambah, banyak industri makanan yang menggunakan vanili sebagai bahan bakunya seperti, biskuit, gula-gula, susu, roti, dan es krim.
Industri makanan juga kerap menggunakan vanili sebagai penyedap atau penambah cita rasa.
Sedangkan industri farmasi kerap menggunakannya sebagai pembunuh bakteri dan untuk menutupi bau tidak sedap bahan-bahan lain seperti, obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh industri bahan pengawet dan bahan insektisida.
Pola penanaman perkebunan vanili di daerah umumnya dilakukan secara tumpang sari dengan tanaman keras lainnya seperti kopi.
Sedangkan pola pengusahaannya dilakukan secara bertahap, sesuai dengan kemampuan tenaga dan modal yang dipunya.
Teknik pembudidayaan perkebunan juga dilakukan secara sederhana.
“Hampir semua petani belum melakukan kegiatan pemupukan secara kimiawi dan teknik budidaya secara modern, sehingga usaha ini relatif tidak memerlukan modal yang banyak,” tuturnya.
“Bahkan, stek batang pohon pelindung dan panjat, serta stek pucuk tanaman vanili yang merupakan bagian utama dari proses pengembangan perkebunan vanili, banyak didapatkan petani secara cuma-cuma dari para tetangganya meskipun dalam jumlah yang tidak banyak,” lanjutnya.
Namun, tanaman vanili juga memiliki penyakit yang kerap menghinggapi, yaitu, penyakit busuk batang vanili (BBV)
Penyakit ini dilaporkan dapat menginfeksi batang dan daun vanili.
Pada 1925, terjadi penularan penyakit yang disebabkan oleh jamur secara sporadis pada vanili di Jawa, yang diduga merupakan BBV.
BBV dilaporkan endemis di Jawa Tengah sejak 1960.
BBV mampu merusak akar dan batang vanili dan diduga disebabkan oleh jamur fusarium.
Penyakit ini telah menghancurkan tanaman vanili.
Penyebab penyakit BBV pertama kali dilaporkan pada 1962, yaitu Fusarium batatatis, kemudian direvisi menjadi Fusarium oxysporum f.sp. vanillae pada 1993.
Jamur ini mampu menghasilkan organ reproduksi berupa mikrokonidia, makrokonidia, dan klamidospora.
Klamidospora (spora istirahat) dapat bertahan di dalam tanah selama 7-10 tahun.
“Apabila telah masuk ke suatu areal lahan pertanian, patogen BBV sangat sulit dikendalikan. BBV dapat ditemukan pada seluruh bagian tanaman, terutama batang dan akar,” sebutnya.
Adapun cara pengendalian dapat menggunakan berbagai cara, seperti:
Formula fungisida nabati cengkeh (Mitol 20EC)
Merupakan salah satu komponen pengendalian ramah lingkungan yaitu pestisida nabati.
Hasil penelitian menunjukkan, eugenol yang terdapat dalam daun dan bunga cengkeh dapat mematikan patogen BBV pada konsentrasi 300 ppm.
“Aplikasi di lapangan secara langsung dengan menggunakan serasah daun atau dalam bentuk tepung dapat menekan populasi patogen BBV dalam tanah sebesar 70-79%, mencegah penularan penyakit BBV 50-94%, dan meningkatkan pertumbuhan tanaman vanili 37,5%,” jelasnya.
Untuk aplikasi dalam skala luas dengan bahan aktif eugenol yang konstan, telah dibuat formula dalam bentuk tepung dan cair.
Salah satu formula dalam bentuk cair yaitu Mitol 20EC dengan bahan aktif
Formula bahan organik (OrganoTRIBA)
Formula bahan organik OrganoTRIBA terdiri atas limbah kotoran sapi, arang sekam, cocopeat, serta limbah produk cengkeh yang diproses dengan teknik fermentasi menggunakan B. pantotkenticus dan T. lactae.
Baca juga: Budidaya Wijen yang Bernilai Ekonomis
Produk juga diperkaya beberapa mikroorganisme berguna, antara lain B. pantothenticus, T. lacto, B. firmus, dan fluorescens.
Di samping sebagai sumber nutrisi, bahan organik ini juga mengandung APH yang dapat mengendalikan patogen tanah.
“Uji in vitro ekstrak OrganoTRIBA setelah difermentasi selama dua minggu dan menunjukkan sifat fungisidal terhadap BBV. Dengan demikian, ekstrak OrganoTRIBA dan turunannya dapat berfungsi sebagai fungisida organik,” tutupnya.