• 23 November 2024

Mengenal Vaksin Terbaru untuk Nila

uploads/news/2021/01/mengenal-vaksin-terbaru-untuk-169557101ab1446.jpeg

Ikan nila rentan terhadap dua penyakit yang timbul bersamaan (ko-infeksi), yaitu motile aeromonas septicemia (MAS) dan Streptococcosis, dengan nilai angka kesakitan (insidensi) sebesar 60% dari total populasi ikan nila.

JAKARTA - Saat ini, vaksin menjadi buah bibir masyarakat.

Tak hanya di Indonesia, namun juga dunia, khususnya terkait dengan pandemi COVID-19 yang belum terlihat tanda-tanda berakhirnya.

Ternyata tak hanya manusia, ikan pun memerlukan vaksin untuk mencegah dari serangan penyakit.

Demikian pula dengan nila, si ikan konsumsi air tawar ini juga memerlukan vaksin yang kini tengah dikembangkan Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Baca juga: Budidaya Nila di Kolam Deras

Menurut Kepala BRSDM, Sjarief Widjaja, pengembangan vaksin untuk ikan nila ini merupakan arahan langsung dari Presiden RI Joko Widodo kepada KKP.

Pihaknya pun langsung merespon arahan tersebut melalui riset dan peningkatan kapasitas SDM, salah satunya di bidang pengembangan vaksin untuk ikan, dalam hal ini yaitu caprivac hydrogalaksi.

Pengembangan vaksin ini juga dilakukan melalui kerja sama antara Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan (BRPBATPP), di bawah supervisi Pusat Riset Perikanan (Pusriskan) KKP, dengan PT Caprifarmindo Laboratories,” jelasnya dalam keterangan resmi BRSDM, Rabu (6/1) kemarin.

Caprivac hydrogalaksi merupakan vaksin inaktif yang mengandung strain bakteri Aeromonas hydrohyla AHL0905-2 dan Streptococcus agalactiae N14G isolat lokal, yang mempunyai kemampuan melindungi ikan terhadap serangan penyakit MAS dan Streptococcosis.

Caprivac hydrogalaksi diformulasi dalam bentuk solution sehingga mudah dalam aplikasi, baik secara injeksi maupun rendam.

Caprivac hydrogalaksi juga solusi tepat untuk memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit MAS dan Streptococcosis yang disebabkan oleh infeksi bakteri Aeromonas hydrophila dan Streptococcus agalactiae,” katanya.

Selain itu, vaksin Koktail Hydrogalaksi Vac untuk Pencegahan Penyakit Ko-infeksi MAS dan Streptococcosis pada ikan Nila, Oreochromis niloticus” masuk dalam Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan Tahun 2016, yang ditandatangani Menteri Kelautan dan Perikanan.

Hal itu sebagai tindak lanjutnya ditandatangani kerja sama pengembangan vaksin ikan pada 2018 di Kantor Pusat KKP, Jakarta, antara BRPBATPP dengan PT Caprifarmindo Laboratories.

Ikan nila sendiri rentan terhadap dua penyakit yang timbul bersamaan (ko-infeksi), yaitu motile aeromonas septicemia (MAS) dan Streptococcosis, dengan nilai angka kesakitan (insidensi) sebesar 60% dari total populasi ikan nila.

Karena itu, vaksin dengan kombinasi antara A. hydrophila - S. agalactiae diklaim berguna sebagai salah satu alternatif pencegahan penyakit potensial pada budidaya ikan nila.

Pengembangan vaksin kombinasi ini didasari dengan asumsi, jika vaksin ini akan memberikan perlindungan lebih baik dibandingkan jika diberikan vaksin tunggalnya (vaksin A. hydrophila saja atau vaksin S. agalactiae saja),” paparnya.

Ikan nila yang telah divaksin, memiliki kekebalan ketika diuji secara bersamaan dengan A. hydrophila dan S. agalactiae dengan nilai kelulusan hidup relatif (relative percent survival, RPS) sebesar 56.7.

Bidang invensi vaksin koktail Aeromonas hydrophila - Streptococcus agalactiae telah terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI), Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, dengan nomor P0020161716 pada 15 Maret 2016,” tuturnya.

Selain itu, juga telah memperoleh sertifikat paten nomor IDP000065965 atas nama Sentra Hak Kekayaan Intelektual KKP.

Penelitian yang dilakukan oleh Tuti Sumiati, Desy Sugiani, Angela Marianan Lusiastuti, Taukhid, dan Uni Purwaningsih ini memiliki berbagai aspek invensi.

Aspek invensi tersebut meliputi: klaim jenis asal isolae bakteri; komposisi (kandungan) dan formulasi atau kombinasi, serta konsentrasi isolat bakteri yang digunakan dalam pembuatan vaksin kombinasi A. hydrophila - S. agalactiae; proses pembuatan vaksin kombinasi A. hydrophila - S. Agalactiae; dan rekomendasi pemberian aplikasi vaksin.

Lewat komersialisasi HKI vaksin koktail A. hydrophila - S. agalactiae tersebut, diharapkan dapat mendukung pemerintah dalam arah kebijakan strategis untuk pembangunan perikanan budidaya berkelanjutan melalui pengembangan sistem kesehatan ikan dan lingkungan,” jelasnya.

Baca juga: Cegah Kematian Ikan dengan Vaksin

Hal itu dilakukan demi menghasilkan produk perikanan budidaya yang aman dikonsumsi serta menjaga kondisi lingkungan yang optimal dengan program unggulan KKP yaitu, gerakan vaksinasi ikan (Gervikan) sejak 2012.

Tujuan utamanya yaitu, mensosialisasikan penggunaan vaksin sebagai upaya pengendalian penyakit ikan yang aman, efektif dan murah, serta mendorong penyediaan vaksin oleh penyedia isolat dan produsen obat ikan untuk memproduksi vaksin ikan secara massal.

Dukungan produk vaksin ini sangat bermanfaat dalam pemenuhan kebutuhan pembudidaya ikan akan ketersediaan produk vaksin untuk ikan. Hal ini pun dapat mendukung pengembangan perikanan budidaya nasional,” tutupnya.

 

Related News