“Masyarakat Afrika menggunakan biji tanaman kola untuk berbagai keperluan seperti, ritual keagamaan dan kegiatan seremonial seperti, pernikahan, pemberian nama anak, penguburan, dan pengorbanan untuk para dewa mitologi Afrika.”
JAKARTA - Adakah Sahabat Tani yang suka meminum minuman ringan berkarbonasi rasa cola?
Tapi tahukah kalian jika minuman tersebut berasal dari ekstrak biji tanaman kola (Cola nitida)?
Kola sendiri termasuk ke dalam suku Sterculiaceae dan memiliki 140 jenis.
Tanaman ini tumbuh liar di Benua Afrika khususnya kawasan Pantai Gading dan Liberia, juga ditanam mulai dari Sierra Leone sampai ke Gabon.
Baca juga: Manfaat dari Manisnya Buah Kersen
Menurut peneliti Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya, Dr. R. Hendrian M.Sc.Tanaman ini masuk ke Indonesia pada awal abad ke-10 dan marga Cola sendiri terdiri dari 140 jenis .
Tanaman kola dapat tumbuh di hutan dataran rendah tropis yang panas, dengan curah hujan 17.000 milimeter pada rentang waktu delapan bulan atau lebih per tahun.
“Namun, tanaman ini juga dapat juga tumbuh pada curah hujan 1.200 milimeter per tahun. Kola dapat tumbuh subur pada tanah berat atau ringan selama kedalaman tanahnya baik, berdrainase baik, dan mengandung banyak humus,” ujar Hendrian.
Ciri-ciri tanaman kola yaitu selalu berdaun hijau dengan ketinggian 9 - 12 meter, namun dapat juga mencapai tinggi 27 meter.
Batangnya berbentuk bulat, kadang lurus, dengan diameter mencapai 1,5 meter.
Kulit kayu berwarna coklat keabu-abuan bergaris kasar.
Daun berseling, tunggal, kasar, tepi daun bergelombang, berwarna hijau tua.
Buah berbentuk segi empat panjang atau elips, berwarna hijau, licin, mengkilat, berbiji empat sampai dengan sepuluh buah tiap karpelnya dengan warna biji merah atau putih.
Biji kola mengandung 13,5% air, 9,5% protein kasar, 1,4% lemak, 45% gula dan pati, 7% selulosa, dan 3,8% debu.
Warna merah dari biji sering digunakan sebagai sumber yang potensial untuk pewarna makanan.
“Masyarakat Afrika menggunakan biji tanaman kola untuk berbagai keperluan seperti, ritual keagamaan dan kegiatan seremonial seperti, pernikahan, pemberian nama anak, penguburan, dan pengorbanan untuk para dewa mitologi Afrika,” ungkapnya.
Biji kola juga kaya alkaloid seperti theobromine, kafein, dan kolatin.
Kafein dapat menstimulasi tubuh, sedangkan kolatin dapat menstimulasi hati.
Warna merah dari biji juga dapat digunakan sebagai sumber yang potensial untuk pewarna makanan.
Biji kola terasa pahit ketika pertama kali dikunyah, namun meninggalkan rasa manis di mulut.
Sejak John S. Pemberton menemukan formula minuman ringan berkarbonasi dengan merek Coca Cola pada 1886, ekstrak biji kola pun kemudian populer sebagai bahan baku minuman ringan.
Baca juga: Pacar Air, Si Pewarna Alami
Selain itu, biji kola juga digunakan dalam produksi selai, karena kandungan pektin yang tinggi.
Jus biji kola juga sering digunakan sebagai pengganti kopi.
“Biji kola sendiri telah terdaftar dalam U.S. Food and Drug Administration (FDA) dan dinyatakan sebagai bahan makanan yang aman untuk dikonsumsi oleh manusia dan diklasifikasikan sebagai bumbu atau penambah cita rasa makanan yang alamiah. FDA juga telah menyetujui bahwa ekstrak biji kola sebagai bahan tidak aktif (inactive ingredient) dalam obat-obatan tertentu,” tutupnya.