• 24 November 2024

Mengolah Sianida Menjadi Kue

uploads/news/2019/10/mengolah-sianida-menjadi-kue-908379c12c21456.jpg

Banyak yang mengira jika cemilan tersebut merupakan stick biasa, tapi ternyata berasal dari buah bakau yang beracun.

MALUKU TENGGARA – Berbentuk mirip cheese stick, panjang, kecil, dan berwarna kuning kecokelatan. Cemilan yang satu ini renyah ketika digigit dan memiliki rasa manis seperti akar kelapa. Namun, banyak yang mengira jika cemilan tersebut merupakan stick biasa, tapi ternyata berasal dari buah bakau yang beracun.

Ya, bahan baku stick tersebut berasal dari buah lindur atau buah yang berasal dari pohon bakau jenis Bruguiera gymnorrhiza. Sebagai informasi, lindur merupakan racun jenis tanin dan Hidrogen sianida (HCN). Sehingga perlu pengolahan khusus untuk mengubah lindur menjadi cemilan yang enak.

Hal inilah yang dilakukan oleh Naomi Lilhata, perempuan dari Desa Rumadian, Kecamatan Manyeuw, Kabupaten Maluku Tenggara ini bersama delapan orang lainnya mengolah lindur menjadi cemilan cheese stick. Naomi mengaku, untuk mengolah lindur perlu usaha ekstra dan proses yang panjang.

“Dicuci, direbus, dua jam baru diangkat, dikupas, baru diiris, baru direbus ulang lagi lalu disiram direbus ulang disiram lagi, sampai 3 kali lalu di-blender. Prosesnya sampai lima-enam jam,” kata Naomi seperti mengutip detik.com.

Setelah racun hilang, lindur yang sudah di-blender, diuleni dengan tepung dan diberi bumbu, lalu tinggal dicetak, dipotong, dan digoreng. Perebusan dan perendaman dapat mengurangi dan menhilangkan racun-racun yang ada pada buah lindur.

Dengan perendaman yang berulang, daging buah lindur yang awalnya berwarna cokelat tua berubah menjadi cokelat muda. Dulu sebelum direbus, menurut Naomi, para orang tua biasanya merendam lindur sehari semalam. Namun, sekarang ada yang lebih cepat. Dirinya mengaku jika ia mendapatkan cara lebih mudah ini dari pelatihan dan melihat media sosial.

“Ada dari kota datang, sosialisasi supaya ibu-ibu bisa bikin dari mangrove kita lihat gimana cara rebus. Ada pelatihan, ketemu pendamping kasih pelatihan sampai satu hari saja,” jelasnya,

Bersama dengan ibu-ibu lainnya, Naomi saat ini sudah memproduksi puluhan bungus cemilan lindur yang ia hargai Rp15 ribu per 100 gram. Jika stok habis, ia bersama rekannya akan kembali membuat cemilan lagi.

“Uang (hasil penjualan) dikasih ke bendahara biasanya dapat Rp70 ribu per satu orang sekali jual. Uangnya untuk belanja beli gula beli beras,” katanya.

Kini, kelompok dasawisma-nya tengah menunggu keputusan Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tenggara untuk dapat memasarkan produk cemilannya ini lebih luas lagi. Bahkan, Kepala Desa Rumadian, Hans Watratan mengaku akan mengalokasikan dana desa 2020 untuk membuat rumah produksi dan membeli alat-alat penunjangnya.

Ia mengaku dana desa yang mengalir ke Desa Rumadian mampu menurunkan angka kemiskinan, karena dana desa dipergunakan untuk pemberdayaan masyarakat. “Sudah membaik kesejahteraan membawa angka kemiskinan turun , sebelumnya 40% sekarang sudah di 10% dari 102 kepala keluarga,” tutup Hans.

 

Related News