Satu tanaman dapat menghasilkan 1-20 bulbil, dengan bentuk, dan ukuran yang beragam tergantung letaknya pada percabangan tulang daun.
JAKARTA - Porang (Amorphophallus muelleri) sempat diabaikan dan dianggap sebagai makanan ular, namun popularitasnya beberapa tahun ini kian meningkat.
Hal itu berawal dari kisah seorang petani di Jawa Timur yang menjadi miliarder berkat porang.
Apa algi, tanaman umbi-umbian ini memang diminati pasar ekspor, terutama dari Jepang, Tiongkok, Vietnam, dan Australia.
Sejak saat itu, porang pun semakin diminati untuk dibudidayakan.
Baca juga: Porang yang Diminati Jawa Barat
Cara perbanyakannya sendiri beragam, baik generatif maupun vegetatif melalui umbi batang, cabutan, stek daun, stek umbi, dan bulbil.
Meski demikian, umbi dan bulbil dianggap sebagai cara perbanyakan yang tergolong paling efektif.
Menurut Sunjaya Putra, peneliti Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian (Kementan), satu tanaman dapat menghasilkan 1-20 bulbil, dengan bentuk, dan ukuran yang beragam tergantung letaknya pada percabangan tulang daun.
“Bulbil dapat dipanen, ketika tanaman memasuki fase penuaan dan menjelang dorman. Bulbil untuk benih berasal dari tanaman yang sudah tua dengan warna daun menguning, daun dan tangkai daun layu, serta benih mudah dilepas,” ujarnya dalam keterangan resmi Balitbangtan belum lama ini.
Pada tanaman yang masih segar, lanjutnya, bulbil menempel lebih kuat dan kurang baik untuk dijadikan benih.
Ukuran bulbil yang dapat dijadikan benih pun beragam.
“Namun jika ingin menanamnya langsung di lapangan, pilih bulbil dengan diameter >2,5 centimeter. Sementara itu, bulbil berukuran kecil sebaiknya disemai terlebih dahulu di kotak kayu atau bak atau polybag,” jelasnya.
Adapun cara persemaian porang dengan bulbil sebagai berikut:
Pertama, siapkan campuran pasir dan tanah atau kompos sebagai media persemaian.
Kedua, bulbil disemaikan dengan posisi mata-matanya menghadap ke atas agar cepat bertunas.
Ketiga, benih siap dipindahtanamkan ke lahan.
“Porang bisa ditanam dengan jarak tanam awal sesuai jarak optimum yaitu, 35-70 centimeter atau diperlebar 2-3 kali dalam perkembangannya. Bila jarak tanam tidak diubah dari awal hingga panen, bulbil yang jatuh diambil dan tidak ditanam selama masa penanaman,” jelasnya.
Sementara itu, menurutnya, perubahan jarak tanam dilakukan dengan cara menanam bulbil terbesar, yang jatuh pada musim dorman siklus pertama berdampingan dengan tanaman porang yang pertama kali ditanam dengan jarak optimum.
Baca juga: Segudang Manfaat Tanaman Porang
Fungsi perubahan jarak tanam awal pada tanaman porang yaitu untuk memastikan, agar tiga tahun kemudian porang dapat dipanen setahun sekali.
Selain itu, jumlah benih bulbil yang digunakan pertama kali tidak banyak dan tidak membutuhkan biaya yang besar.
“Tanaman Porang memiliki beberapa siklus pertumbuhan di mana satu siklus berlangsung selama 12-13 bulan. Siklus pertama dan kedua merupakan fase pertumbuhan vegetatif, sehingga panen umumnya bisa dilakukan di siklus ketiga,” tutupnya.
