• 13 October 2024

Memastikan Kesehatan Tanah Sebelum Berkebun

uploads/news/2021/02/memastikan-kesehatan-tanah-sebelum-641828bfffbb909.jpg

Mereka bisa menerapkan sistem teraponik, yaitu suatu sistem yang memanfaatkan lahan kecil menjadi lahan produktif untuk pertanian.”

JAKARTA - Beberapa orang masih belum berani untuk bertani maupun berkebun.

Menurut peneliti urban farming dan biologi lingkungan dari Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang, Dian Armanda, untuk memulai bertani maupun berkebun tergantung pada kemauan dan keberanian.

Mereka bisa menerapkan sistem teraponik, yaitu suatu sistem yang memanfaatkan lahan kecil menjadi lahan produktif untuk pertanian,” ujarnya kepada ANTARA belum lama ini.

Sistem ini menggunakan tanah, namun umumnya di kontainer, bukan tanah terbuka di atas bumi.

Baca juga: Aneka Manfaat dan Khasiat berkebun

Sementara itu, bagi mereka yang terlanjur halaman rumahnya dipasang keramik, misalnya, masih ada media tanam hidroponik sebagai salah satu alternatif,” katanya.

Cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah (hidroponik) ini biasanya dikerjakan dalam kamar kaca dengan menggunakan medium air yang berisi zat hara.

Zat ini meliputi unsur fosfat, amonium, dan nitrat yang mempengaruhi kesuburan perairan yang menentukan jenis tumbuhan yang hidup di dalamnya.

Ciri-ciri ini umumnya dimiliki hidroponik.

Karena itu, pendiri startup CitiGrower (inisiatif urban farming berbasis digital) ini menyarankan kepada pemula untuk mengenal seputar tanah, media tanam, dan pupuk sebelum mengawali berkebun.

Perempuan yang merupakan kandidat doktor dari Institute of Environmental Science, Leiden University, Belanda ini mengatakan, tanah merupakan media tanam paling natural (organik).

Untuk mengetahui apakah tanah di sekitar rumah itu sehat atau tidak, perlu melakukan uji tanah secara sederhana, yaitu: pertama, uji komponen tanah apakah berupa lempung (clay), sedimen (silt), dan pasir (sand); kedua, uji asam/basa apakah kelebihan cuka.

Apabila berbusa, menandakan tanah basa, biasanya tercemar bahan kimia.

Dian Armanda menjelaskan pula, tanah sehat menyediakan rumah ideal bagi mikroba dan organisme lain di tanah.

Adapun ciri-cirinya, antara lain kaya biota, kaya humus dan mineral, gembur dengan komposisi 50:50 padatan versus kantung udara, hitam atau mengandung karbon organik, sirkulasi udara dan air baik, serta derajat keasaman atau pH-nya kurang lebih 7 dengan range 5.5-8.0.

Selain itu, tanah subur mengandung mikroba yang mampu menyerap karbon di atmosfer (di udara) penyebab global warming, mengembalikan karbon-karbon itu ke tanah.

Tanah juga bisa menyimpan setidaknya 4.000 gigaton lebih banyak karbon daripada atmosfer dan seluruh tanaman yang tumbuh di permukaan tanah sebanyak 1.700 gigaton.

Mereka yang berkebun di pekarangan rumah, juga perlu memelihara tanah sehat dengan memaksimalkan keanekaragaman hayatinya dan minimalisasi gangguannya,” tuturnya.

Baca juga: Manfaatkan WFH untuk Berkebun Kreatif

Pemeliharaan tanah sehat meliputi penanaman, pemulsaan, tanaman penutup, irigasi cukup, menggunakan pupuk organik atau kompos, rotasi tanaman, rotasi grazing, legum, menjaga perakaran atau hati-hati saat memanen bagian akar, dan ditusuk sedikit untuk menambah aerasi (penambahan oksigen ke dalam tanah).

Agar tanah tetap sehat, salah satunya yaitu pemulsaan atau teknik untuk menjaga tetapnya suhu tanah di sekitar akar tanaman, menahan uap air dalam tanah, mencegah erosi, dan menghilangkan tumbuhnya gulma dan penyakit.

Dian Armanda juga menyarankan kepada pekebun urban farming, bila tanah sudah subur, untuk tidak mencabut akar tanaman dengan paksa, menginjak tanah, membalik tanah dengan mencangkul atau membajak, dan menggunakan bahan sintetis (pupuk, pestisida, fungisida, dan herbisida).

Selain itu, jangan memaparkan tanah langsung ke sinar matahari,” tutupnya.

Related News