Mengatasi Penyakit Bulai pada Jagung
Bila penyakit bulai sudah mewabah, petani akan menyebabkan kehilangan hasil hingga 70 %, bahkan ada yang tidak menghasilkan sama sekali atau gagal panen.
JAKARTA - Meningkatkan produksi pertanian sudah menjadi suatu keharusan bagi petani, namun nyatanya hal itu tidak semudah membalikan telapak tangan.
Dalam upayanya, petani terkadang mengalami berbagai kendala yang cukup beragam, diantaranya yaitu kendala yang disebabkan oleh biotik dan abiotik.
Kendala abiotik meliputi kekeringan, kekurangan unsur hara, kemarau dan lain sebagainya.
Sedangkan kendala abiotik berupa, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang berasal dari tiga golongan yaitu, patogen, hama, dan gulma.
Baca juga: Sepuluh Produsen Jagung Terbesar Indonesia
Ketiga OPT tersebut menjadi penghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman, bahkan beberapa jenis OPT dapat mengakibatkan pertanaman menjadi gagal panen.
Kondisi tersebut terjadi saat lingkungan mendukung perkembangan OPT tanaman, sementara varietas tanaman yang ditanam merupakan varietas rentan.
Melansir Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian (Kementan), beberapa spesies OPT, baik hama maupun patogen, menjadi OPT penting pada suatu jenis tanaman, salah satunya yaitu Oomycetes Peronosclerospora spp. yang menjadi penyebab penyakit bulai pada tanaman jagung.
Penyakit tersebut menyerang tanaman jagung yang masih muda dengan gejala lokal serta sistemik, sehingga terkadang tanaman tidak bisa menghasilkan tongkol.
Bila penyakit bulai sudah mewabah, petani akan menyebabkan kehilangan hasil hingga 70 %, bahkan ada yang tidak menghasilkan sama sekali atau gagal panen.
Tidak hanya di Indonesia, penyakit bulai juga telah menyebar luas di wilayah tropis dan subtropis seperti di Filipina, Thailand, India, Afrika, Amerika Serikat dan negara lainnya yang mengembangkan tanaman jagung.
Bahkan, penyakit bulai ini masih mendominasi penyebab kegagalan panen pada pertanaman jagung.
Penyakit bulai sendiri menjadi bumerang bagi petani jagung di seluruh wilayah pengembangan jagung nasional.
Dampaknya, selain menyebabkan penurunan produksi, juga menimbulkan trauma bagi masyarakat untuk menanam jagung kembali.
Petani jagung banyak yang merugi akibat serangan penyakit ini, oleh karena itu pengetahuan tentang beberapa aspek terkait dengan penyakit bulai perlu ditingkatkan.
Berikut beberapa tindakan pengendalian yang dapat dilakukan oleh petani guna menekan serangan penyakit bulai diantaranya:
Eradikasi
Mencabut dan menyimpan pertanaman jagung yang sakit ditempat yang sama, tujuannya untuk menekan penyebaran penyakit.
Pertanaman jagung yang dicabut tidak diangkut terlalu jauh, dikhawatirkan adanya peluang spora yang melekat pada daun jatuh pada tanaman sehat yang dilewati.
Pengaturan waktu tanam
Tanaman jagung paling rentan terkena bulai pada saat tanaman mulai berkecambah hingga tanaman berumur 5 minggu setelah tanam.
Selain itu, penyakit bulai juga banyak berkembang pada waktu peralihan musim kemarau ke musim penghujan atau sebaliknya.
Oleh karena itu, diupayakan pada saat terjadi peralihan musim, tanaman jagung sudah berumur lebih dari satu bulan.
Penanaman serempak
Patogen penyebab bulai hanya dapat bertahan hidup dan berkembang pada tanaman yang hidup.
Oleh karena itu, penanaman jagung secara serempak yang akan memutus siklus dan menekan serangan patogen ke pertanaman disekitarnya.
Hal tersebut dikarenakan Patogen tidak dapat hidup di tanah dan tanaman yang mati.
Pengendalian hayati
Untuk pengendalian dapat dilakukan dengan memanfaatkan mikroba-mikroba yang ada di sekitar kita.
Baca juga: Menjaga Pangan dengan Tanaman C4
Mikroba tersebut dapat diisolasi dari beberapa sumber diantaranya endofit tanaman maupun rhizosfer tanaman.
Penggunaan varietas tahan
Balitbangtan sendiri telah melepas beberapa varietas unggul baru (VUB) yang memiliki karakteristik tahan penyakit bulai yaitu varietas Bima-3, Bima-7, Bima-8, Bima-9, Bima-14 Batara, Bisi-3, Bisi-4, Bisi-5, Bisi-6, Bisi-7, Bisi-8, Bisi-9, Bisi-12, Bisi-13, dan Bisi-15.
Varietas lainnya yang diketahui agak tahan terhadap bulai yaitu, Bima-1, Bima-2 Bantimurung, Bima-15 Sayang.
Kimiawi
Perlakuan benih jagung sebelum ditanam dengan fungisida saromil atau ridomil yang berbahan aktif metalaksil, karena praktis dan mudah dilakukan.