• 22 November 2024

Demi Tingkatkan Ekspor Ubi Jalar

Pasar ubi jalar di luar negeri masih cukup luas, tapi Indonesia hanya mampu memenuhi sekitar 30-40% dari permintaan pasar.

MALANG - Demi meingkatkan ekspor produk pertanian seperti ubi jalar, Kementerian Pertanian terus melancarkan strateginya. Berdasarkan data yang dirilis Observatory of Economic Complexity (OEC), Indonesia termasuk ke dalam 10 negara produsen ubi jalar di dunia dengan nilai transaksi sebesar USD9,45 juta.

“Pasar ubi jalar di luar negeri masih cukup luas, tapi kita hanya mampu memenuhi sekitar 30-40% dari permintaan pasar. Untuk itu hari ini kita ketemukan para eksportir dengan para petani ubi jalar, biar ketemu solusi terbaik terhadap kendala teknis maupun non teknis untuk peningkatan ekspor,”kata Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Gatut Sumbogodjati, saat memberikan sambutan pada Acara Fasilitasi Investasi Pengembangan Ekspor Ubi Jalar belum lama ini.

Dalam keterangan tertulisnya, acara yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ini juga mengundang para pengusaha, peneliti, dan petani ubi jalar. Dalam acara ini, para pengusaha ubi jalar memaparkan varietas apa saja yang mereka terima. Sedangkan untuk menjamin kontinuitas pasokan, Gatut menyarankan jika ekportir melakukan pola kemitraan atau kebun sendiri.

Gatut juga menambahkan agar petani dapat memproduksi sesuai dengan standar perusahaan dan varietas yang dibutuhkan oleh para pengusaha. Pola kemitraan yang sehat tidak hanya dianggap menguntungkan petani, tetapi juga eksportir. Selain itu, lanjut Gatut, petani juga harus memegang komitmen isi perjanjian (MoU) dan tidak mudah beralih ke pihak lain yang menawarkan harga lebih tinggi namun hanya sesaat saja, tidak terus menerus.

Menurut Gatut, lebih baik petani memiliki komitmen dengan MoU yang sudah disepakati untuk menjaga kepercayaan mitra sehingga kerja sama tersebut dapat berkelanjutan.

“Ace putih, ubi cilembu, ubi jepang beniazuma adalah varietas yang siap ditampung oleh perusahaan kami,” kata Manajer Penanaman PT Indo Wooyang, Putut kepada para peserta rapat.

Putut juga menjelaskan jika pasokan ubi jalar yang masuk baru sekitar 50% dari kemampuan produksi perusahaan sebesar 50 ton/hari. Kurangnya ketersediaan bibit unggul dan komitmen penanaman dari petani menjadi kendala Putut dalam menerima pasokan ubi yang sesuai dengan standar perushaan.

Senada dengan PT Indo Wooyang, Kiran Rahal dari PT KSIP Agro menjelaskan selain masalah bibit unggul, petani juga tidak terbiasa menangani hasil panen secara baik dan standar ekspor. Kirain pun menjelaskan kepada petani yang hadir mengenai standar penanganan ubi yang baik, mulai dari teknik pencucian sekaligus pengepakan saat pengiriman hingga diterima pabrik. Kiran pun sangat mengapresiasi forum pertemuan yang diadakan Ditjen Tanaman Pangan.

“Ini menjadi langkah positif pemerintah dalam membangun tata niaga dan persamaan persepsi tentang budidaya ubi jalar di Indonesia,” katanya

Untuk mendukung dari sisi produksi, Kementan mengalokasikan bantua sekitar 2.500 hektare bantuan benih ubi jalar unggul bersertifikat 2020. Untuk bimbingan teknis, Kementan akan mengalokasikan anggaran untuk pertemuan Forum Group Discussion (FGD). Dengan adanya FGD, diharapkan dapat terjalin sinergitas antara ekpsortir, petani, dan pemerintah pusat dan daerah.

Dalam acara tersebut PT. Indowooyang juga melakukan MoU Produksi dan Pemasaran Ubi Jalar dengan para petani ubi jalar dari Kuningan, Jawa Barat. Selain itu, untuk menggaet generasi muda PT Indowooyang juga melakukan MoU dengan Perguruan Tinggi Politeknik Pembangunan Pertanian Malang untuk transfer knowledge dan pembinaan terkait produksi produk olahan ubi jalar.

Related News