Riau Hadapi Ancaman Karhutla
“Namanya Kelurahan Tangguh Bencana, para relawan yang telah dilatih, Insya Allah sudah siap melakukan evakuasi dini apabila terjadi kebakaran lahan di wilayah mereka.”
JAKARTA - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia telah menjadi bencana rutin tiap tahun.
Pengamat lingkungan pada umumnya mengatakan, jika kebakaran hutan terjadi karena dua faktor.
Pertama, faktor ulah manusia meliputi ulah industri dan kedua, karena faktor alam.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menjelaskan, jika memasuki musim kemarau akan lebih banyak ditemukan karhutla dengan penyebaran yang lebih luas dan intensitas yang sangat tinggi.
Baca juga: Mencari Solusi Permanen Atasi Karhutla
Terjadinya karhutla tepat pada saat kondisi iklim sedang mengalami musim kemarau panjang dengan curah hujan sangat rendah, atau sering disebut El-Nino.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru pun memperkirakan, saat ini sebagian Provinsi Riau sudah memasuki musim kemarau
Meskipun hutan di wilayah Pekanbaru jumlahnya tergolong sedikit, namun ada ancaman kebakaran lahan karena 60% wilayah Pekanbaru merupakan lahan gambut, sehingga semua pihak diperingatkan untuk bersiap menghadapinya.
BMKG pun memperkirakan terdapat tujuh daerah yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
"Tujuh daerah itu yakni Kabupaten Kepulauan Meranti, Bengkalis, Pelalawan, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Rokan Hilir, dan Kota Dumai," kata Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Ramlan, seperti dilansir dari ANTARA belum lama ini.
Jika suatu wilayah sudah lebih 10 hari tidak terjadi hujan, menurut Ramlan, maka wilayah tersebut sudah dikategorikan daerah yang kering dan rawan terjadi karhutla.
Hal itu terpantau sejak Januari-Februari, antara 11 hari hingga 21 hari di wilayah Riau, tidak ada hari yang terguyur hujan khususnya di beberapa daerah tersebut.
Dalam jurnal ilmiah Global Environmental Change, LIPI mencatat jika karhutla paling sering terjadi pada lahan gambut.
Lahan Gambut ini terdegradasi berat dengan tutupan hutan yang terbatas sehingga mengalami kebakaran jauh lebih parah dibandingkan pada lahan non-gambut dengan kondisi hutan yang masih baik.
Peningkatan jumlah titik panas pada cuaca tahun ini, diakibatkan kondisi atmosfer dan cuaca yang relatif kering, sehingga mengakibatkan tanaman serta hutan menjadi mudah terbakar.
Ketika sudah memasuki puncak musim kemarau, maka awan akan sulit membasahi lahan gambut untuk mencegah karhutla.
Pada kondisi aslinya dengan tutupan hutan yang baik, lahan gambut hampir selalu basah sepanjang tahun.
Namun seringkali, untuk pembukaan lahan pertanian, perkebunan dan kehutanan, hutan pada lahan gambut ditebang, dan gambutnya dikeringkan dengan cara membuat kanal.
Baca juga: Demi Mencegah Kebakaran Hutan
Untuk penanganan dini karhutla tingkat Kelurahan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) pun telah memberi pelatihan kepada beberapa kader di enam kelurahan Pekanbaru seperti Kelurahan Tobek Godang, Tenayan Industri, Bandar Raya, Tirta Siak, Palas, dan Sri Meranti.
"Namanya Kelurahan Tangguh Bencana, para relawan yang telah dilatih, Insya Allah sudah siap melakukan evakuasi dini apabila terjadi kebakaran lahan di wilayah mereka," kata Kalaksa BPBD Pekanbaru, Zarman Candra.
Apalagi, sejak Januari hingga 15 Februari 2021, telah terjadi karhutla di empat kabupaten/kota di Riau, diantaranya Kabupaten Rokan Hilir, Bengkalis, Siak, dan Kota Dumai.
Pemerintah Provinsi Riau pun sudah menetapkan status Siaga Darurat Karhutla sejak 15 Februari hingga 31 Oktober 2021.