• 11 December 2024

Menjaga Kelestarian Manisnya Jeruk Siompu

uploads/news/2021/03/menjaga-kelestarian-manisnya-jeruk-16326154b43fb1a.jpg

Jeruk siompu memiliki rasa lebih manis dibanding jenis jeruk unggulan di tanah air.

JAKARTA - Adakah Sahabat Tani yang pernah mencicipi manisnya jeruk siompu?

Jeruk yang berasal dari Kabupaten Buton Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara ini memiliki rasa lebih manis dibandingkan dengan hampir semua jenis jeruk unggulan di tanah air.

Semisal jeruk keprok sumatra, jeruk kalimantan, atau jeruk dari Bali dan Pulau Jawa.

Klaim itu bukan tanpa alasan, tingkat kemanisan jeruk yang memiliki berat 135-200 gram ini berada pada skala 11-12 derajat Brix.

Baca juga: Mengembalikan Kejayaan Jeruk Keprok Grabag

Satuan ukur derajat Brix sendiri,diambil dari nama kimiawan Jerman, Adolf Adolph Ferdinand Wenceslaus Brix (1798-1870), dipakai untuk mengukur kualitas kandungan larutan misalnya kadar gula pada jeruk.

Pada Kontes Jeruk Keprok Nasional di Kota Batu, Malang, Jawa Timur, 2016 lalu, jeruk siompu dinobatkan sebagai jeruk dengan rasa paling manis.

Kandungan air pada jeruk siompu lebih sedikit dari jeruk sejenisnya.

Karena alasan itu pula buah ini jarang dijadikan minuman segar (juice) dan lebih dipilih sebagai hidangan setelah makan oleh warga Buton Selatan.

Bupati Buton Selatan, La Ode Arusani menyebutkan, karena keistimewaan dan rasa manisnya, jeruk siompu diketahui pernah menjadi buah-buahan untuk jamuan kenegaraan di Istana Negara pada 1990-an.

Menurut Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro), Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian (Kementan), jeruk endemik ini telah dimasukkan sebagai jeruk unggulan nasional melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor 742/Kpts/TP.240/7/97.

Selain itu, jeruk siompu juga merupakan primadona tanaman buah di Pulau Buton dan Kabupaten Buton Selatan.

Pada laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Buton Selatan berjudul "Statistik Daerah Buton Selatan 2020" terbitan 28 Desember 2020.

Disebutkan, produksi jeruk varietas ini menduduki urutan kedua terbesar dari komoditas buah-buahan asal Buton Selatan, setelah pisang.

Sebanyak 495,3 ton jeruk siompu dihasilkan dari bumi Buton Selatan pada 2019 dimana 290 ton diantaranya dipasok dari Pulau Siompu dan sisanya dari kecamatan lain, seperti Kadatua.

Jangan sampai punah

Menurut peneliti Balitjestro, Emy Budiyati, jeruk siompu dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah hingga maksimal di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut.

Tanaman jeruk siompu baru bisa dipanen kala berumur 6-7 tahun dan tiap pohonnya mampu menghasilkan 100-135 kilogram jeruk segar.

Umumnya dalam 1 hektar lahan terdapat 300-400 pohon jeruk siompu.

Pemerintah setempat sudah berupaya melakukan budi daya jeruk siompu pada lahan di luar Pulau Siompu.

Sayangnya, kualitas buahnya tidak sebagus di daerah asalnya.

Kondisi tadi ditambah lagi dengan semakin turunnya produksi jeruk siompu di daerah asalnya.

Jika pada 10 tahun lalu produksi jeruk siompu masih mampu di angka 800-950 ton, maka sejak 2017 turun hingga rata-rata produksi tak lebih dari 300 ton per tahun dihasilkan dari lahan tersisa seluas total 15 hektar.

Mayoritas petani jeruk di Siompu saat itu mulai tidak bergairah menanam pasca serangan penyakit secara massal pada tanaman jeruk mereka saat menjelang panen pada 2015.

Hal itu membuat para petani merugi.

Sulitnya mendapatkan bibit berkualitas serta tantangan alam menjadi beberapa kendala lain bagi pengembangan dan distribusi ke luar pulau.

Ini di luar alasan minimnya permodalan para petani jeruk siompu.

Kondisi-kondisi tersebut membuat jeruk siompu sulit untuk bersaing, apalagi harganya menjadi dua kali lebih mahal dibandingkan jeruk-jeruk lainnya.

"Karena itu Balitjestro Kementan diminta pihak DPRD Buton Selatan bersama pemerintah daerah setempat untuk membantu pengembangan jeruk unggulan ini agar tidak sampai punah," kata peneliti dengan bidang keahlian agronomi ini.

Lulusan Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian dan Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang ini menyebutkan, jeruk siompu hanya dapat tumbuh dan berkembang pada zona agroekologi tertentu seperti lahan kering di Pulau Siompu.

Usaha tani jeruk di lahan kering biasanya memiliki masalah serius dalam memenuhi kebutuhan air dan unsur hara bagi tanaman.

Pasalnya, lahan pertanian dengan tanah jenis ini biasanya memiliki laju infiltrasi yang cepat sampai sedang dan tingkat kesuburannya rendah.

Salah satu cara untuk mengatasi masalah kesuburan tanah di lahan kering adalah pemberian pembenah tanah zeolit alam. Di Jepang dan Amerika, zeolit digunakan oleh petani sebagai pengontrol kandungan air tanah, meningkatkan keasaman (pH) tanah, dan sebagai pemantap struktur tanah,” ujarnya.

Di samping itu, anggota Perhimpunan Hortikultura Indonesia (Perhorti) itu juga menyarankan kepada pemerintah setempat agar menanam jeruk siompu pada lahan pertanian dengan batas ketinggian maksimal 700 meter saja.

Menurutnya, jika ditanam di dataran lebih tinggi lagi, maka rasa buahnya menjadi lebih asam.

Jeruk siompu memerlukan suhu optimal berkisar antara 25-30? celcius dan harus mendapatkan sinar matahari penuh sepanjang hari agar hasil produksi buahnya dapat optimal.

Tanah yang disukai tanaman jeruk merupakan jenis tanah gembur, berpori, dan subur.

Baca juga: Cara Menanam Jeruk dalam Pot

Kedalaman air tanahnya hendaknya tak lebih dari 1,5 meter ketika musim kemarau dan tidak boleh kurang dari 50 centimeter pada musim hujan.

Selain itu, tanah juga tidak boleh tergenang air karena akarnya akan mudah terserang penyakit.

Tanah yang baik untuk tanaman jeruk harus berkadar asam pH 5-6.

Sedangkan curah hujannya yang cocok berkisar antara 1.000-1.200 milimeter per tahun dengan kelembaban udara 50-85%.

Related News