Penyebab Paus Dan Lumba-Lumba Terdampar
"Kebisingan atau polusi suara dapat menjadi pengganggu bagi kehidupan lumba-lumba. Lumba-lumba merupakan satwa yang menggunakan suara sebagai sensor utama dalam kehidupannya"
Jakarta – Selama beberapa tahun ini kita sering menemukan kasus dimana banyak hewan yang hidup di perairan dalam khusunya paus dan lumba-lumba terdampar di pantai. Seperti yang terjadi dua minggu lalu dimana 150 paus pilot terdampar di pantai Australia. Lalu apa sebenarnya penyebab hewan-hewan ini bisa sampai ke perairan dangkal dan terdampar di daratan? Ada beberapa bentuk gangguan yang dapat dirasakan oleh lumba-lumba. Melansir dari buku Pedoman Umum wisata Lumba- lumba, Kementrian perikanan dan kelautan. Penyebab gangguan yang terjadi pada lumba-lumba diantaranya.
Baca Juga: Menguak Misteri Banyaknya Paus Terdampar
Dampak Langsung kapal
Kapal adalah moda transportasi utama yang digunakan untuk melakukan wisata melihat lumba-lumba di Indonesia. Namu kadang kala, kapal justru menyebabkan kerugian pasa satwa yang akan menjadi objek wisata. Beberapa gangguan yang terjadi pada lumba-lumba akibat dampak langsung dari kapal yaitu sering terlihat luka-luka pada lumba-lumba akibat baling-baling kapal, selain itu anak lumba-lumba sering terpisah dari induknya, terutama jika terdapat beberapa perahu di sekitar lumba-lumba yang sedang berkelompok.
Baca Juga: Ambergris, Emas Laut Yang Mengambang
Kebisingan
Kebisingan atau polusi suara dapat menjadi pengganggu bagi kehidupan lumba-lumba. Lumba-lumba merupakan satwa yang menggunakan suara sebagai sensor utama dalam kehidupannya. Pada lumba-lumba, suara digunakan sebagai komunikasi dengan kawanan, mencari makan dan navigasi di dalam laut. Sehingga kebisingan yang dilakukan akibat adanya wisata laut, dapat menjadi salah satu penyebab terganggunya satwa. Kebisingan juga sebagai peringatan bagi paus akan kedatangan manusia, dan memungkinkan paus mengetahui keberadaan kita.
Baca Juga: Mengenal Beluga, Si Murah Senyum
Kecepatan Kapal
Kecepatan kapal dalam wisata lumba-lumba harus diperhatikan dengan seksama, karena ini merupakan hal yang penting dalam menjaga keselamatan, baik satwa maupun wisatawan. Kecepatan kapal dapat meningkatkan kemungkinan tabrakan dan tingkat keparahan cedera. Kebisingan dan bentuk gangguan lainnya juga dapat dikaitkan dengan peningkatan kecepatan. Sebagian besar kode etik merekomendasikan kecepatan perahu yang direkomendasikan kurang dari 6 knot saat dekat dengan hewan laut. Namun, ada kalanya kapal yang bergerak lebih cepat akan didatangi oleh lumba-lumba atau paus. Dalam hal ini yang disarankan adalah mempertahankan kecepatan yang stabil.
Baca Juga: Penanganan Saat Paus Pilot Terdampar
Memberi Makan (Feeding)
Pemberian pakan (feeding) Pemberian pakan satwa liar di pariwisata pada dasarnya tidak diperbolehkan karena berbagai alasan. Satwa mungkin tampak jinak, tetapi menjadi agresif dalam jarak dekat dan termasuk bagi wisatawan. Satwa mungkin menjadi tergantung pada makanan yang diberikan, dan karena itu menjadi rentan ketika tidak lagi tersedia. Makanan yang ditawarkan mungkin tidak cocok bagi satwa dan bahkan membahayakan. Mengamati terlalu dekat sambil memberi makanan akan beresiko terjadi tabrakan dan baling-baling kapal dapat melukai satwa lain. kemudian ada kemungkinan terjadi penularan penyakit antara dan lumba-lumba, saat terjadi kontak fisik.