• 28 March 2024

Perlunya Pertimbangkan Impor Beras

uploads/news/2021/03/perlunya-pertimbangkan-impor-beras-42341041b27871e.jpg

Impor beras dalam jumlah besar akan dapat mengganggu beban mental para petani dan pelaku usaha lainnya yang kini tengah berjuang meningkatkan produksi dalam negeri.”

JAKARTA - Pemerintah berencana akan melakukan impor beras sebanyak 1.000.000 ton pada awal tahun ini untuk menjaga stok beras nasional.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, impor beras sebesar 1.000.000 ton akan dibagi 500.000 ton untuk cadangan beras pemerintah (CBP) dan sisanya sesuai kebutuhan Bulog.

Menurutnya, stok beras perlu dijaga karena pemerintah perlu melakukan pengadaan beras besar-besaran untuk pasokan beras bansos selama masa PPKM (Pembatasan , serta terjadi bencana di beberapa tempat yang dinilai mengancam ketersediaan pasokan beras nasional.

Sementara itu, Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) University dari Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), Prof. Muhammad Firdaus mengatakan, pemerintah perlu mempertimbangkan kembali rencana impor 1.000.000 ton beras dalam memenuhi cadangan beras nasional.

Baca juga: Primadona Baru di Food Estate

Menurutnya, kebijakan tersebut harus dipikirkan secara matang, mengingat saat ini para petani tengah menghadapi musim panen yang akan berlangsung pada beberapa bulan ke depan.

"Kalau kita mengimpor apalagi dalam volume yang cukup besar seperti 1.000.000 ton, maka harus betul-betul dipertimbangkan dengan matang. Impor beras dalam jumlah besar akan dapat mengganggu beban mental para petani dan pelaku usaha lainnya yang kini tengah berjuang meningkatkan produksi dalam negeri," katanya.

Menurutnya, kebijakan impor harus didasarkan pada data yang akurat dan sebuah data tidak bisa disediakan oleh satu pihak saja.

Namun, harus melibatkan data lain dan mengacu pada data yang benar dan kebijakan impor harus mengacu pada data yang valid.

"Perlu diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis adanya potensi peningkatan produksi padi pada tahun 2021 sebesar 4,86 juta hektar atau naik sebesar 26,56% jika dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan terjadi karena panen raya di awal tahun, terutama di sejumlah daerah yang terus menunjukkan tren positif," ujarnya.

Prof. Firdaus menambahkan, berdasarkan catatan BPS, pergerakan produksi beras pada 2020 mencapai 54,65 juta ton.

Angka ini masih lebih tinggi ketimbang angka di 2019 yang hanya mencapai 54,60 juta ton.

Adapun total luasan panen pada 2020 mencapai 10,66 juta hektar dengan total produksi padi mencapai 54,65 juta ton (gabah kering giling).

"Sementara itu, jika dilihat menurut subround, produksi padi pada Mei-Agustus 2020 mengalami peningkatan sebesar 1,14 juta ton gabah kering giling atau 6%. Sedangkan untuk periode September-Desember mengalami peningkatan sebesar 2,68 juta ton gabah kering giling atau 22,54% jika dibandingkan periode yang sama pada tahun 2019. Penurunan hanya terjadi pada subround Januari-April 2020, yakni sebesar 3,78 juta ton gabah kering giling atau 15,91% dibandingkan subround Januari-April 2019," imbuhnya.

Baca juga: Seribu Manfaat Beras Bambu

Jika dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi beras pada 2020 sebesar 31,33 juta ton atau mengalami kenaikan sebanyak 21,46 ribu ton atau 0,07% dibandingkan 2019 yang hanya sebesar 31,31 juta ton.

Untuk itu, Prof. Firdaus menilai pentingnya membaca data yang valid sebelum mengeluarkan kebijakan impor.

Terlebih pangan strategis seperti beras, merupakan mata pencaharian jutaan petani yang terus berjuang meningkatkan produksi.

"Impor pangan strategis harus dipertimbangkan dengan berdasarkan data yang akurat. Data yang akurat itu harus segera dikumpulkan dari daerah sentra produksi padi,"  tutupnya.

Related News