"Menebang sebuah pohon, menghancurkan ribuan kehidupan."
JAKARTA – Sahabat Tani bisa bayangkan jika manusia hidup di bumi ini tanpa pepohonan? Atau bagaimana jika tiba-tiba seluruh pohon di dunia ini menghilang?
Jangankan menghilang dari bumi, tersesat di hamparan gurun pasir tanpa melihat satu pohon pun saja nyaris membuat kita kehilangan harapan.
Bagaimana jika mencoba hidup ditengah-tengah gurun pasir tanpa ada satu pohon pun disekeliling? hanya menemukan beberapa gundukan pasir dan hamparan tanah yang datar tanpa rerumputan. Tak ada lagi semilir angin yang menerpa wajah, tak ada oksigen segar dari pepohonan.
Baca Juga: Analisis Kerugian Ekonomi Akibat Karhutla
Membayangkan kita hidup tanpa pohon, hidup di dunia di mana semua pohon di Bumi tiba-tiba menghilang, dapat membantu kita menghargai betapa berharganya pohon jika kita kehilangan mereka.
Hutan bagaikan urat nadi bagi kehidupan manusia. Kawasan yang ditumbuhi oleh beragam pepohonan ini, tak hanya menjadi sumber kehidupan bagi manusia, namun juga menjadi habitat bagi makhluk hidup lainnya. Sayangnya, dari tahun ke tahun, jumlah hutan yang ada di bumi kian menurun.
Baca Juga: Pengaruh Kebaran Hutan Terhadap Tanah
Menurut data dari United Nations Food and Agriculture Organization (FAO), ada sekitar 7,28 juta hektar lahan hutan yang hilang setiap tahunnya. Mirisnya, ada 80 ribu hektar lahan hutan yang terbakar setiap hari. Bukan hal yang umum lagi, kalau suhu bumi makin hari kian memanas. Lapisan ozon menipis, ditambah lagi pasokan oksigen yang semakin berkurang.
"Menebang sebuah pohon, menghancurkan ribuan kehidupan," Begitulah menurut sebuah kutipan yang cukup terkenal di telinga kita. Tanpa pohon, manusia akan kehilangan fungsi yang luar biasa penting untuk melengkapi kehidupan di Bumi.
Jaringan Pemantau Independen Kehutanan (JPIK) mencatat 15 kasus tindak pidana kehutanan telah terjadi mulai awal tahun 2020, tepatnya sejak adanya lonjakan kasus pandemi COVID-19 hingga saat ini. Ribuan pohon ditebang secara ilegal dari berbagai hutan di seluruh Indonesia. Kebanyakan pohon-pohon itu ditebang dari hutan lindung, suaka marga satwa, serta taman nasional yang dilindungi oleh Undang-Undang dan dilarang melakukan penebangan secara liar untuk diambil pemanfaatan kayunya.
Baca Juga: Riau hadapi Ancaman Karhutla
Juru Kampanye Jaringan Pemantau Independen Kehutanan (JPIK), Muhammad Ichwan, mengatakan lemahnya pengawasan oleh aparat penegak membuat semakin banyak munculnya para oknum-oknum pembalakan liar.
Tak hanya di pulau jawa, pembalakan liar bahkan merambah ke semua wilayah, mulai dari provinsi Riau, Sumatera, Bengkulu, Kalimantan hingga Papua.
“Pandemi ini seperti jadi kesempatan bagi para pelaku-pelaku, oknum-oknum, bagi mereka yang melakukan praktek pembalakan liar. Karena apa, ketika pandemi ini berlangsung itu ada semacam pengurangan waktu, artinya teman-teman misalkan teman-teman di Polhut (polisi hutan), di Gakkum (Penegakan Hukum KLHK), waktunya tidak seperti sebelum pandemi sehingga pengawasan ke lapangan pun tidak maskimal,” ungkap Ichwan.
Selain lemahnya penegakan hukum, faktor lain juga dipengaruhi oleh kurangnya efek jera dari para pelaku.
“Perintah Bapak Presiden adalah proses hukumnya tetap berjalan dan tidak boleh ada 'back-ing-back-ingan'," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, seperti dikutip Antara.
Baca Juga: Mencegah Kerusakan Ekologi di Indonesia
Menurut Siti Nurbaya, penting untuk menciptakan efek jera bagi para pembalak liar. Ia menjelaskan, para tersangka nyatanya hanya diberikan vonis ringan atau hanya beberapa bulan penjara saja. Bahkan, kata dia, ada tersangka yang dihentikan dan malah dibebaskan.
Setelah mengetahui dengan jelas gambarannya, pemerintah menyimpulkan bahwa yang diperlukan adalah niat dan pengawasan secara berkelanjutan dan secara ketat agar pembalak liar tidak lagi terus menerus bermunculan.
Pohon memiliki peran yang begitu besar di bumi. Ia bermanfaat sebagai penyimpanan karbon, konservasi tanah hingga pada proses regulasi siklus air. Pohon juga lah yang menyokong sistem makanan hewan dan manusia. Banyaknya spesies yang tak terhitung jumlahnya, menjadikan pohon sebagai tempat tinggal atau habitat bagi mereka, termasuk bagi manusia. Manusia memanfaatkan kayu pohon sebagai bahan materil untuk pembuatan rumah.
Pada contoh lainnya, jika tak ada pohon dalam semalam, maka bisa di pastikan, keanekaragaman hayati planet ini ikut menghilang.
Seorang ahli ekologi di Universitas Negeri Rio de Janeiro di Brasil, Jayme Prevedello mengatakan, hilangnya habitat sudah menjadi faktor utama kepunahan di seluruh dunia. Sehingga, jika pohon lenyap bahkan tak ada satupun hutan yang tersisa di muka bumi ini, akan menjadi ‘pembunuhan secara massal’ bagi semua makhluk yang ada di bumi. Bagi tanaman, hewan, jamur dan banyak lagi.
"Akan ada kepunahan besar-besaran dari semua kelompok organisme, baik secara lokal maupun global," Kata Jayme, dikutip melalui BBC belum lama ini.
Baca Juga: Memantau Satwa Liar Dengan Drone
"Bahkan, satu pohon yang terisolasi di area terbuka dapat bertindak sebagai 'magnet' keanekaragaman hayati, menarik dan menyediakan sumber daya bagi banyak hewan dan tumbuhan. Karena itu, kehilangan satu pohon saja bisa sangat mempengaruhi keanekaragaman hayati secara lokal,” ujar Prevedello.
Iklim di bumi ini juga akan berubah secara drastis, akan berdampak sampai jangka waktu yang panjang.
Pembentukan awan serta curah hujan juga bisa dipengaruhi oleh adanya hutan.
Faktanya, di Indonesia sendiri masih begitu banyak terjadinya banjir dimana-mana. Ketika hujan datang, banjir akan menjadi bencana. Erosi besar-besaran akan berdampak pada lautan, membekap terumbu karang dan habitat laut lainnya.
Jika ada pohon, pohon dapat mencegah banjir dengan menyerap semua air. Adanya pohon juga menjadi pelindung bagi komunitas di pesisir pantai dari hantaman gelombang badai.
Baca Juga: Cara Menyelamatkan Badak Sumatera
Pulau-pulau yang tidak memiliki pepohonan akan kehilangan penghalang dari lautan, dan akan ada banyak sekali yang hanyut.
Tanpa pohon, daerah yang sebelumnya berhutan akan menjadi lebih kering dan lebih rentan terhadap kekeringan ekstrem.