• 23 November 2024

Meraup Untung dari Perikanan Budidaya

uploads/news/2021/03/meraup-untung-dari-perikanan-5854727f62a322f.jpeg

Ikan nila paling gampang untuk dibudidayakan, karena risiko kematiannya kecil.”

JAKARTA - Ikan nila menjadi salah satu komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat saat ini.

Susanto salah satunya.

Pembudidaya nila asal Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini memilih membudidayakan ikan air tawar tersebut karena perawatannya yang praktis dan punya nilai jual tinggi.

Nila termasuk mudah untuk dibudidayakan sebab risiko kematiannya kecil.

Selain itu, pengelolaan kolam-kolam budidaya nila tidak membutuhkan banyak pekerja, sehingga bisa dilakoni secara mandiri.

Baca juga: Mengenal Bawal Sakti dari Batam

Tertarik budidaya nila karena praktis. Kemudian risikonya tidak terlalu besar, tenaganya juga tidak begitu banyak. Itu poin utama dari budidaya ikan di sini. Ikan nila paling gampang untuk dibudidayakan, karena risiko kematiannya kecil,” ujar Susanto dalam keterangan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Sabtu (20/3).

Susanto mengaku, ia menekuni budidaya nila sejak 1998 bersama tujuh rekannya yang tergabung dalam Kelompok Budidaya Mina Taruna Garongan.

Lantaran fokus dan tak kenal menyerah, usaha mereka pun berhasil berkembang.

Kolam yang tadinya hanya delapan menjelma menjadi 104 titik.

Begitupun dengan anggota kelompok budidaya yang bertambah menjadi 29 orang.

Untung yang didapat menjadi pembudidaya terbilang tinggi.

Dari setiap panen, Susanto bisa mengantongi Rp 15.000.000 per kolam.

Sedangkan anggota kelompok direntang Rp 5.000.000 - 8.000.000.

Namun, hantaman pandemi COVID-19 sejak Maret 2020 lalu diakuinya sempat mempengaruhi usaha nila konsumsi yang ia lakoni.

Ancaman naiknya harga pakan hingga hasil panen yang tak terserap, sempat membuatnya khawatir.

Namun kekhawatiran itu berangsur-angsur hilang seiring permintaan yang terus datang dan harga pakan yang ternyata stabil.

"Ikan nila produksi kami sudah dipasarkan di berbagai tempat, baik secara eceran maupun skala besar. Pasarnya meliputi berbagai daerah di Provinsi DIY dan Provinsi Jawa Tengah," akunya.

Inovasi dan teknologi, diakuinya sebagai unsur yang tidak bisa dipisahkan  untuk memperoleh hasil panen yang maksimal dan bermutu.

Berbekal pengalaman berimprovisasi, Susanto akhirnya menemukan teknologi sistem penggunaan kincir untuk meningkatkan produksi nila miliknya bernama “sibudidikucir”.

"Saya banyak dibantu oleh pemerintah, seperti pembinaan, pendampingan, dan berbagai bentuk bantuan seperti kincir, bantuan induk, dan pelatihan. Saya berharap dukungan ini terus berlanjut," pungkasnya.

Melihat hal tersebut, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono menyebut, potensi lahan budidaya di Indonesia masih sangat luas, baik untuk komoditas air tawar, payau, juga laut.

Selain itu, tren konsumsi hasil perikanan meningkat dari tahun ke tahun sehingga sub sektor ini menjanjikan nilai ekonomi yang tinggi.

Sejumlah program pun sudah disusun Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk pengembangan perikanan budidaya ini.

Diantaranya pembangunan kampung-kampung budidaya, seperti kampung lele, udang, patin, hingga kampung kerapu yang prosesnya akan melibatkan elemen masyarakat dan pemerintah daerah.

Ada juga program millennial shrimp farm (MSF) atau tambak udang milenial, yang pengelolaannya sebagian besar menggunakan teknologi.

Baca juga: Sulap Gurame Jadi Modal Nikah

Menurut Trenggono, MSF sangat cocok untuk anak muda yang ingin berwirausaha.

"Kita ajak mahasiswa, anak-anak muda kita jadi pengusaha muda di sektor kelautan dan perikanan," ujar Trenggono belum lama ini.

Sementara itu, berdasarkan data nilai produksi perikanan budidaya tahun 2018, nila lebih dari Rp 21 triliun; lele mencapai Rp 17 triliun; kerapu sekitar Rp 851 miliar; dan udang vaname mencapai Rp 41 triliun.

Angka tersebut baru dihitung dari 10 sentra produksi masing-masing komoditas yang tersebar di seluruh Indonesia.

Related News