“Dampak lainnya yang terjadi adalah, krisis air, bencana banjir, tanah longsor, konflik satwa, dan sebagainya.”
JAKARTA - Tahukah Sahabat Tani, jika luas kawasan hutan di Pulau Jawa semakin mengecil karena beberapa sebab?
Bahkan, saat ini luasnya hanya sekitar 128.297 kilometer persegi atau 24% dari luas Pulau Jawa.
Hal ini diungkapkan oleh ahli peneliti utama bidang konservasi keanekaragaman hayati dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Hendra Gunawan, dalam web forum peringatan Hari Hutan Internasional 2021: "Forest Restoration a path recovery and well-being", yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) secara daring, Minggu (28/3).
Menurut Hendra, dari sekitar 24% kawasan hutan di Pulau Jawa, tutupan hutannya hanya sekitar 19%.
Sedangkan 5% lainnya, diantaranya berupa kebun raya dan taman kehati, yang memiliki fungsi seperti hutan.
Baca juga: Pentingnya Peran Air bagi Kehidupan
Hendra juga mengungkapkan, semakin mengecilnya hutan di Pulau Jawa, yang memiliki penduduk terpadat di Indonesia, karena beberapa sebab.
Diantaranya yaitu, alih fungsi hutan untuk lahan pertanian, pemukiman, industri, infrastruktur, kawasan komersial, dan sebagainya.
Menurutnya, akibat adanya alih fungsi hutan itu membuat kawasan hutan menjadi hilang, rusak, terpecah-pecah, dan hal ini mengancam keanekaragaman hayati di dalamnya.
"Dampak lainnya yang terjadi adalah, krisis air, bencana banjir, tanah longsor, konflik satwa, dan sebagainya," katanya seperti dilansir ANTARA, Minggu (28/3).
Hendra menyatakan, hutan yang hilang, rusak, dan terpecah-pecah itu perlu dilakukan penanganan, untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati.
Ia menjelaskan, hutan yang hilang secara permanen, misalnya untuk pembangunan gedung dan infrastruktur.
Karena itu, perlu dilakukan restorasi dengan melakukan penghijauan di lokasi lainnya yang memungkinkan.
"Hutan yang rusak perlu direhabilitasi, serta yang terpecah-pecah perlu dibuat koridor penghubung bagi keanekaragaman hayati," katanya.
Pada kesempatan tersebut, Hendra pun mengusulkan agar para pemangku kepentingan melakukan aksi-aksi lokal untuk penyelamatan keanekaragaman hayati melalui kegiatan menanam pohon di ruang terbuka hijau (RTH).
"Pembangunan RTH itu akan lebih baik dibangun dengan konsep keanekaragaman seperti ekosistem hutan," katanya.
Hendra mencontohkan, konsep tersebut berupa kebun raya dan taman kehati.
Baca juga: Ketika Pohon Lenyap dari Bumi
Berdasarkan data LIPI pada 2019, ada 43 kebun raya di Indonesia dengan luas total sekitar 8.850,6 hektar dan 29 taman kehati dengan luas total 1,863,5 hektar.
Menurutnya, taman kehati sangat cocok sebagai laboratorium lapangan dan wahana pembelajaran bagi siswa sekolah, sekaligus memberikan pengetahuan dan pembentukan karakter cinta lingkungan.
Dirinya menjelaskan, di taman kehati ini banyak aspek yang dapat digali, seperti ekologi, konservasi, hidrologi, botani, sosiologi, ekonomi, tanaman obat, pangan, hingga peran tumbuhan sebagai peredam kebisingan dan pencemaran.
Pembicara lainnya pada web forum tersebut yaitu Senior Corporate Social Responsibility (CSR) Manager Aqua Plant Ciherang Bogor, Heri Yunarso dan Peneliti Etnobiologi dan Ekologi Manusia LIPI, Fathi Royyani.